Part 9

140 22 2
                                    

Sudah enam hari lamanya Jinhwan menjalani skorsing untuk belajar dirumah. Kini ia sedang sarapan sambil ditemani Bibi Nam dan kakaknya Kim Yuri. Ada terbesit pertanyaan yang ingin diajukan Yuri pada adiknya soal kegundahannya beberapa hari lalu terhadap pernyataan ibunya tentang Jinhwan dengan ayahnya. Namun segera mengurungkan niatnya untuk bertanya karena takut kondisi dan mental sang adik terganggu lagi.

"Makan yang banyak manis, supaya kau cepat sehat dan bisa sekolah lagi"

"Noona.. jangan memanggilku seperti itu, memangnya aku anak perempuan? Aku sudah sehat. Lihat, aku tidak dibantu tongkat  kruk lagi kan! Lalu kenapa noona belum berangkat?"

"Aku agak siangan karena ingin bertemu seseorang dulu untuk membicarakan bisnis"

"Arraseo. Bibi, apa eomma sudah berangkat?"

"Sudah. Pagi - pagi sekali nyonya sudah pergi dengan tuan"

Mendengar kata 'Tuan' yang tertuju pada ayahnya, ia kembali menjadi murung mengingat kejadian kemarin. Tapi segera ia langsung mengubah moodnya menjadi biasa agar bibi dan kakaknya tidak menghawartikan keadaannya.

"Aku sudah kenyang. Bibi mana obatku"

"Yak! Kenapa tidak dihabiskan? Kau hanya makan seperempat dari piring ini Jinanie"

"Aku sudah kenyang noona. Perutku sudah tidak mampu menampung lagi"

"Dasar. Bagaimana badanmu tidak kurus kalau begitu!"

"Ini obatnya tuan" ucap Bibi Nam memotong perkelahian antara kakak beradik ini.

Tanpa banyak bicara, Jinhwan mengambil obat dari Bibi Nam dan langsung meminumnya. Yuri menatap Jinhwan yang sedang menelan obatnya hanya curiga dalam batin 'kenapa ia minum vitamin penambah berat badan setiap hari tapi tidak berefek pada badannya?'. Lalu segera ia menggelengkan kepalanya pelan untuk menghindari kecurigaan pada adiknya dan dengan cepat menghabiskan makanannya dan bersiap untuk pergi bekerja.

"Aigo.. Ternyata sudah jam segini, aku harus segera pergi. Kau mau kemana Jinanie? Kembali kekamarmu cepat dan istirahatlah" ucap Yuri saat melihat sang adik beranjak dari kursinya dan menuju ke taman belakang.

"Aku bosan kalau berdiam dikamar terus noona! Aku mau ke taman belakang untuk berolahraga" Jinhwan pergi meninggalkan kakaknya yang sedang menggerutu.

"Ya sudah sana. Dasar anak keras kepala. Aku berangkat ya Bibi" pamit Yuri pada Bibi Nam dan beranjak dari kursi. Namun baru lima langkah berjalan, ia kembali berbalik pada Bibi Nam untuk menanyakan sesuatu.

"Ada apa nona ? Apakah ada yang tertinggal ? Mau saya ambilkan" tawar Bibi Nam

"Ah.. tidak Bibi. Aku mau menanyakan sesuatu, tentang..."

Kring.. Kring.. Kring..

Ucapannya terputus saat ponselnya berdering dan dilihat, tertera nama dari klien yang ingin ditemuinya siang ini. Saat ini ia mengerutuk kesal harus menunda pembicaraan gara - gara kliennya menelphone.

'ah sial kenapa harus ada telfon sih!' batin  Yuri kesal.

"Menanyakan apa nona?"

"Tidak jadi bibi. Aku lupa tadi mau bilang apa? Gara - gara telphone ini aku jadi lupa ingin bicara apa dengan Bibi. Bikin kesal saja. Ya sudah, aku pamit ya Bi"

Bibi Nam membungkuk lalu segera membereskan peralatan makan bekas atasannya itu.

**

Taman Belakang

Jinhwan sebenarnya tidak berolah raga, tapi malah termenung di depan hamparan daun semanggi bersama tukang kebunnya Paman Kang yang sedang memangkas daun - daun kering menempel di ranting pohon kecil.

Be Side UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang