00

3K 556 76
                                    

Selina berkeliling kampus mencari Haechan, teman semasa kecilnya yang kini berkuliah di kampus yang sama dengannya. Tapi anak laki-laki itu menghilang setelah ospek baru saja selesai.

Iya, ia dan Haechan adalah mahasiswa baru. Selina sama sekali belum mendapatkan teman setelah dua hari ospek, itu sebabnya ia selalu mengekor Haechan, satu-satunya orang yang ia kenal dan dekat di kampus.

"Ahh, tuh orang kemana sih?" keluh Selina dengan kaki yang berhenti melangkah di depan jendela.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya, membuat Selina tersentak kaget, dan sontak memutar balik tubuhnya.

Seorang pemuda berdiri di belakangnya sembari tersenyum lebar, di tangannya terdapat wadah plastik yang ditenteng berisi cookies red velvet dan dihias choco chip.

"Selina kan?" tanya pemuda yang rupanya memiliki suara berat.

"A-ah, iya, siapa ya? Kok tau nama gue?"

"Kenalin Felix, maba juga. Eum, tau lo karena banyak maba yang ngomongin lo, bahkan kating juga,"

"Waduh, diomongin kenapa?"

"Soalnya lo cantik."

Wajah Selina seketika bersemu mendengar pujian yang keluar dari mulut pemuda itu, yang padahal menurutnya memiliki paras lebih indah darinya, tampan dan cantik jadi satu.

"Maaf ya kalau gue terkesan cringe, cuman banyak yang ngomongin lo karena itu. Btw gue mau nawarin cookies, bikinan gue sendiri, tadi anak-anak lain udah pada dapet, tinggal lo yang belum," ujar Felix sembari membuka tutup wadah plastik yang dibawanya.

"Berarti lo udah ketemu sama anak yang namanya Haechan?" tanya Selina.

Pergerakan Felix terhenti sejenak saat Selina menyebut nama 'Haechan', baru ia mengangguk setelahnya.

"Kayaknya liat, ada di lantai atas. Lo temennya Haechan?"

"Iya, temen dari kecil, hehe,"

Raut wajah Felix berubah datar, namun tak berselang lama ia tersenyum sembari mengangguk lagi, sebelum menyodorkan wadah berisi cookies pada Selina.

"Ambil aja berapapun yang lo mau, atau coba aja satu dulu, kalau suka boleh ambil lagi," tutur Felix.

Selina pun mengambil satu cookies kemudian memakannya, baru satu gigitan raut wajahnya sudah menunjukkan kalau ia menyukainya.

"Enak banget! Serius lo bikin sendiri?" seru Selina, yang membuat Felix tersenyum lebar.

"Iya, kalau lo suka ambil semuanya aja, sewadahnya, soalnya udah tinggal dikit juga," kata Felix.

"Nanti ngembaliin wadahnya gimana?" tanya Selina.

"Kan kita satu kampus, gampanglah. Lo jurusan apa?"

"Hukum,"

'Hah, sama kayak bokapnya ya.' Batin Felix dengan sorot mata dingin.

"Gue kesenian. Boleh minta nomor lo? Buat nambah-nambah temen,"

"Boleh, bentar." Selina mengeluarkan ponselnya, begitu juga dengan Felix, mereka kemudian menukarnya untuk bertukar nomor.

"Selain Haechan, boleh dong gue jadi temen lo juga," ujar Felix setelah mereka selesai bertukar nomor.

Selina mengangguk.

"Boleh banget!" pungkas Selina.

"Kalau gitu gue ke atas dulu ya? Mau nyari Haechan lagi, makasih kuenya, besok bakal gue balikin tempatnya." Kata Selina, yang Felix balas dengan anggukkan.

Selina pun lekas pergi ke lantai atas meninggalkan Felix, Felix menolehkan kepalanya ke belakang, menatap Selina sembari menyeringai lebar.[]

gue mikirin alur buat konsep cerita ini lumayan lama, gk kayak biasanya, karena konfliknya gk ringan (tp gk terlalu berat jg) dan gue takut di tengah jalan bakal mandek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gue mikirin alur buat konsep cerita ini lumayan lama, gk kayak biasanya, karena konfliknya gk ringan (tp gk terlalu berat jg) dan gue takut di tengah jalan bakal mandek. Mudah2an kali ini enggak

Hope you like it

Red Cookies | Felix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang