03

1.1K 369 81
                                    

Seorang bocah laki-laki berusia dua belas tahun berdiri di balik pintu dengan kepala sedikit menyembul. Mengintip kegiatan sang ayah di ruang tengah yang sedang membungkus setiap anggota tubuh seorang wanita yang tengah hamil muda, menggunakan kain putih tebal yang tahan air.

Bocah itu menelan ludahnya, dari awal ia melihat sang ayah mulai mencekik wanita itu menggunakan tali, sudah membuatnya gemetaran, ditambah melihat tubuh itu kemudian dipotong-potong dan dibungkus satu-persatu.

Pria itu tiba-tiba menoleh ke arah pintu kamar putranya yang terbuka sedikit, sembari meletakkan jari telunjuknya di depan bibir.

"Kalau ada yang bikin susah, lakuin aja apa yang Papa lakuin. Diri kamu sendiri itu nomor satu." Ujarnya sembari tersenyum, bocah itu kemudian mengangguk.

"Tapi kita bisa ditangkep polisi, dan dihukum mati kayak mama, gimana?" sahutnya kemudian.

"Makanya ikutin cara Papa biar gak ditangkep, kalau akhirnya ketahuan dan dihukum mati, gak papa, kita jadi nyusul mama. Yang penting perasaan kamu lega."

°°°

Felix tanpa sadar termenung di depan jajaran selai, karena matanya menangkap selai strawberry. Tangannya pun terulur untuk meraihnya, ia membolak-balik selai tersebut, sebelum memasukkannya ke dalam keranjang belanjanya.

"Emangnya cookies pake selai strawberry, ya?" celetuk Selina, yang membuat Felix tersentak kaget.

"Ha-hah? A-ah, enggak, cuman gue suka aja, buat gue di rumah," jawab Felix gelagapan.

"Gugup banget," ledek Selina sembari terkekeh, membuat Felix tersenyum simpul.

"Mama lo mana?" tanya Felix.

"Gak tau, mungkin ke kebutuhan anak atau peralatan sekolah, gue kan punya adek, tapi sekarang lagi sekolah," jawab Selina.

"Lo punya adek? Udah sekolah lagi, hebat. Emang berapa umurnya?"

"Udah mau sebelas tahun, sebenernya udah gede, cuman masih sering diperlakukan kayak anak kecil, terutama sama mama. Yah, gue juga masih diperlakukan kayak anak kecil sih sama papa,"

"Adek lo ada berapa emang?"

"Tiga, yang paling gede masih SMA kelas tiga, yang kedua SMP kelas dua, sama yang terakhir masih SD,"

Felix mengangguk-angguk mendengar cerita Selina.

"Berarti lo sama adek lo yang pertama, cuman beda setahun, ya?"

Selina tersenyum sebagai tanggapan.

"Eh, gue baru engeh, leher lo kenapa itu merah-merah?" Selina seketika terkejut mendengar pertanyaan Felix, dan sontak menutupi lehernya dengan kedua tangan.

"Merah-merah gimana? Di sebelah mana?" tanya Selina dengan raut panik.

"Di sebelah kanan, deket kerah baju, cuman satu aja, bercak merah keunguan gitu, lo gak papa? Itu iritasi, memar, atau gimana?"

Selina menggeleng, "Enggak kok bukan apa-apa."

Mata Felix mengerjap, ia memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut, karena Selina terlihat tidak nyaman.

Red Cookies | Felix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang