10

968 311 27
                                    

Selina mencuci tangannya yang berlumur darah, sebelum mengambil kotak obat yang berada di atas kulkas. Felix hanya diam, duduk di kursi meja makan, sembari memperhatikan setiap gerak-gerik Selina.

"Lo gak papa? Gak lo duluan yang diobatin?" tanya Felix.

"Enggak, gue cuman luka kecil kok. Luka lo kayaknya parah banget, harusnya lo ke rumah sakit," ujar Selina.

Gadis itu berdiri di depan Felix, sambil meletakkan kotak obat di meja makan. Selina kemudian membuka helaian rambut Felix, agar ia bisa melihat luka di kepalanya. Selain di kepala, terdapat memar serta luka juga di kening Felix.

"Gue gak suka rumah sakit." Gumam Felix.

"Tapi ternyata gak terlalu parah kok," ujar Selina sembari membuka kotak obat.

"Syukurlah."

"Ini kenapa?" tanya Selina.

"Gue kecelakaan kecil," jawab Felix.

Selina terdengar menghela napas, "Lain kali hati-hati, ya?" Ucap Selina kemudian, yang membuat Felix melirik ke arahnya.

"Lo sendiri kenapa?"

Selina tidak menjawab, ia pura-pura sedang fokus mengobati luka Felix.

Felix tiba-tiba merogoh jaket yang masih Selina kenakan, membuat Selina terkejut dan sontak bergerak mundur untuk menghindar, tetapi Felix sudah berhasil mengambil benda dari dalam sakunya.

Selina pikir Felix akan terkejut dan histeris melihat benda apa yang ditemukan di kantungnya, tapi pemuda itu hanya diam, sembari menatap pisau dapur berlumur darah itu dengan tatapan datar.

Selina yang malah menjadi panik, hingga sekujur tubuhnya gemetar.

"Gu-gue gak ngebunuh, gue gak ngebunuh!" seru Selina.

Felix melirik Selina, "Siapa yang nuduh lo ngebunuh?"

Selina seketika terdiam, ia kemudian kembali mendekati Felix.

"Lo... cuman lagi ngelindungin diri lo kan?" tanya Felix, yang Selina balas dengan anggukkan.

"Kalau lo lagi ada di situasi yang bahaya, jangan ragu ngebela diri dengan cara apapun, bahkan ngebunuh sekalipun." Kata Felix sembari menatap Selina dengan sorot yang tidak pernah Selina lihat sebelumnya.

Itu membuat Selina sedikit takut, tetapi di sisi lain membuatnya jadi seolah diberi energi.

"Lo pernah ngebunuh orang?" Felix seketika terdiam mendengar pertanyaan yang terlantar dari mulut Selina.

Felix kemudian tersenyum manis, sampai matanya menyipit.

"Gue keliatan kayak pernah bunuh orang emangnya?" ujar Felix.

"A-ah, enggak sih." Gumam Selina.

"Itu saran yang gue hiperbola aja, gak mungkin kan lo bener-bener pengen ngebunuh orang? Yang jahatin lo siapa? Dan sampe kayak apa, sampe lo bisa mikir gitu?"

Selina tidak menjawab, bola matanya bergulir kesana-kemari sejenak, sebelum kembali menatap Felix sambil tersenyum samar.

Ponsel Selina tiba-tiba berbunyi, gadis itu segera meraihnya dari atas meja, ada pesan masuk dari adik keduanya, tetapi Selina tidak membukanya, ia hanya membacanya lewat notifikasi.

From: Bert
Kak, masih gak mau pulang juga? Papa diserang sama strangers. Sekarang lagi di rumah sakit. Punggung sebelah kanan sama lengan kanan ditusuk, bagian paha kiri kerobek sampe harus dijait,

Red Cookies | Felix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang