15

906 309 75
                                    

Felix mengeluarkan mata pisau lipatnya, kemudian meletakkannya di samping nadi pada leher ayah Selina.

Ia juga mengeluarkan ponselnya, yang siap untuk merekam suara.

"Eumm, waktu saya kecil, saya belum bener-bener ngerti kronologi kenapa ibu saya bisa sampe kena fitnah, pokoknya yang saya tau, ibu saya kena fitnah, ayah saya udah bayar anda, tapi anda menolak karena ada yang bayar anda lebih tinggi, saya juga sempet ngemis-ngemis ke anda dan istri anda," ujar Felix, "Sekarang kasih tau, apa yang sebenernya terjadi, kenapa ibu saya yang jadi tertuduh bahkan sampe dihukum mati. Padahal banyak psikopat yang merkosa dan membunuh, tapi cuman dipenjara lima belas tahun, dua puluh tahun, seumur hidup,"

Ayah Selina menelan ludahnya, ia sama sekali tidak berani menatap Felix. Ia tidak menyangka, anak laki-laki yang menangis dan berlutut padanya dulu, kini sedang meletakkan mata pisau pada lehernya, kapan saja ia bisa mati sekarang, di depan istri dan anak-anaknya.

"Anda pikir hanya Tuhan yang akan menghakimi anda? Enggak. Anda juga udah membuat ibu saya dihakimi secara gak adil sama manusia, jadi anda, juga akan saya adili secara tidak adil, tapi itu adil untuk saya dan ibu saya." Felix berbicara dengan nada tenang, sembari menggores leher ayah Selina, namun di belakang bagian nadi, dan tidak terlalu dalam.

"Sekarang jelasin kronologi pembunuhan dan alasannya," ucap Felix, namun ayah Selina hanya diam, membuat Felix kesal dan akhirnya beralih memindahkan pisau di depan bibir ayah Selina.

"Ngomong sekarang, atau saya hancurkan mulut anda." Ancam Felix.

"Pak Kim selingkuh," ayah Selina mulai bicara dengan susah payah, "Istrinya udah tau, tapi dia berusaha mempertahankan pernikahannya, padahal selingkuhan pak Kim udah nuntut untuk dinikahin. Selain istrinya, anaknya yang ketiga juga tau, mereka pun berencana bunuh anak terakhir pak Kim, dan yang bakal jadi tertuduh istri pak Kim. Sayangnya waktu anak terakhir pak Kim itu lagi kejang-kejang setelah diracun, ibu kamu dateng dan berusaha nolong. Akhirnya rencana diubah, ibu kamu yang jadi tertuduh, dan istri pak Kim sendiri dibunuh, tapi orang taunya dia bunuh diri karena depresi setelah ada anaknya yang meninggal. Pak Kim bisa aja ninggalin istrinya gitu aja waktu itu, dan nikah sama selingkuhannya, tapi itu bisa ngerusak reputasinya. Ditambah dia punya anak laki-laki yang pasti gak akan tinggal diem kalau ayahnya bersikap kayak gitu,"

"Wahh, bikin makin marah aja dengernya," gumam Felix, "Sekarang kasih tau ke saya, jam berapa biasanya pak Kim pulang ke rumah, apa aja aktivitas istri dan kedua anaknya."

"Kamu jangan sebarin info itu kemana-mana!" seru ayah Selina.

Felix seketika tertawa, "Pak, anda pikir anda dan pak Kim nanti setelah ini bakal masih hidup, hah? Selain mati pelan-pelan, saya mau riwayat hidup terakhir anda dan pak Kim memalukan."

°°°

Pakaian serba hitam membalut tubuh Felix, ditambah dengan topi yang menutup hampir setengah wajahnya.

Ia memperhatikan sebuah mobil yang berhenti di depan sebuah rumah, si pengendara mobil tidak langsung turun, membuat Felix jadi memiliki kesempatan.

Pemuda itu menutup mulutnya menggunakan masker, kemudian berjalan mendekati mobil itu, sembari mencengkeram erat palu di tangannya.

Setelah berada di depat mobil tersebut, pemuda itu mengetuk kaca jendela mobil, sembari sedikit membungkukkan tubuhnya. Kaca mobil tak lama kemudian turun, memperlihatkan seorang pria paruh baya di dalamnya.

"Ada yang bisa dibantu?" tanya pria itu.

"Bener ayahnya Haechan?" ujar Felix seraya menurunkan maskernya.

"Iya, bener, siapa ya?"

"Saya temen kuliahnya, akhir-akhir ini saya denger Haechan gak masuk kuliah, jadi saya cari tau kemana dia,"

"Terus kamu udah tau dimana dia sekarang?"

Felix mengangguk, "Iya Pak, saya tau,"

"Cepet kasih tau saya dimana anak itu!"

"Biar langsung saya tunjukkin arah jalannya aja, Pak, soalnya kalau saya sebutin alamatnya bakal belibet. Saya boleh masuk mobil?"

Pria itu terdiam sejenak, ia menatap Felix dengan tatapan curiga, yang membuat raut wajah ramah Felix, seketika berubah menjadi dingin.

"Saya gak gampang percaya seratus persen sama orang lain, bisa aja kamu perampok," ucap pak Kim, "Saya akan lapor ke polisi," sambungnya sembari memperlihatkan layar ponselnya.

Felix mendengus, melalui kaca jendela yang terbuka, ia memasukkan sebelah tangannya untuk membuka kunci mobil. Pak Kim sontak hendak keluar dari mobil, tetapi Felix sudah lebih dulu menarik kerah bajunya, dan melayangkan pukulan bertubi di kepalanya menggunakan palu yang dibawanya.

Tubuh Felix yang sebelumnya masih setengah di luar, kemudian masuk seluruhnya dan menutup pintu. Pak Kim terlihat hendak berusaha menghubungi polisi, tetapi Felix memukul tangannya menggunakan palu, hingga ponselnya terjatuh ke bawah dasbor.

Felix kemudian beralih mencekik lehernya, kalau ia masih memukuli kepalanya, pak Kim bisa langsung mati.

"Siapa kamu? Mau apa kamu dari saya?" teriak pak Kim.

"Mau saya? Balikin nyawa ibu saya," ucap Felix dengan cekikan yang mengerat.

"Apa? Ibu kamu? Siapa, hah? Saya gak kenal!"

Felix mendengus, "Bisa-bisanya ya gak inget sama dosa besar yang udah anda lakukan," kata Felix.

Felix kembali mengangkat palu yang berada di tangannya, kemudian memukul kepala pak Kim hingga tidak sadarkan diri.

Setelah pria paruh baya itu tidak sadarkan diri, Felix melepas tas ranselnya, ia mengeluarkan kain putih serta tali, untuk membungkus pria itu.

Saat sudah selesai dibungkus, ia meletakkannya di bawah jok tengah. Tak lupa, ia membersihkan noda-noda darah pada tangan serta jok kemudi menggunakan tisu basah dan kering.

Tragedi yang sebelumnya terjadi, jadi seolah-olah tidak pernah ada.

Felix kemudian menoleh ke arah rumah di samping mobil tersebut.

"Katanya orang penting, tapi kenapa gak ada yang jaga rumahnya," monolong Felix sendiri.

Ia lalu beralih melirik ponsel pak Kim yang berada di bawah dasbor.

Felix mengambilnya, dan melihat-lihat isi di dalam ponselnya. Rupanya pak Kim masih suka berselingkuh sampai detik ini, meskipun ia sudah berhasil menikahi selingkuhannya yang sebelumnya, sampai mengorbankan tiga nyawa.

"Hah, konsep hidup orang kayak gini gimana sih?" gumam Felix, "Jijik banget."

"Yah, langsung beresin istri dan anaknya aja sekarang, terakhir Haechan dan Selina." Felix kemudian tersenyum samar, sebelum keluar dari mobil.[]

ada yg nunggu cerita ini up?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ada yg nunggu cerita ini up?

Red Cookies | Felix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang