25

769 274 21
                                    

Boleh tidak ya, dalam kasus kali ini, berpikir seandainya.

Seandainya, Selina tidak pernah diadopsi keluarga itu, seandainya ibu Felix tidak pernah bekerja di keluarga itu, seandainya ayah Haechan bisa menahan nafsunya, hal-hal besar dan mengerikan tidak akan pernah terjadi.

Seandainya Selina, Felix dan Haechan, bisa tumbuh sebagai anak-anak yang normal, masalah mereka mungkin hanya cinta segitiga.

Seandainya kedua adik perempuan Haechan juga masih hidup, pasti mereka sudah tumbuh menjadi gadis-gadis yang cantik dan periang. Akan sangat bahagia, ketika Haechan pulang kuliah atau kerja, ia membawakan mereka makanan enak.

Sayangnya kata 'seandainya', hanya membuat perasaan jadi semakin terluka.

Waktu tidak bisa diputar, kalau pun bisa, apa mereka yang masih anak-anak, bisa menghentikan keputusan tidak bijak orang dewasa?

°°°

Selina mengayunkan kakinya ke udara, matanya menatap kosong hamparan tanah yang dipenuhi rumput-rumput kering di depannya.

Ia tidak tahu sudah berapa bulan berada di tempat asing dan aneh ini, hanya ada satu rumah minimalis, dan hamparan tanah.

Sampai sekarang ia tidak tahu ini dimana, beberapa kali mencoba pergi, namun ia tidak pernah menemukan jalan keluar.

Seperempat tubuhnya terdapat bekas luka bakar. Ia bertengkar hebat dengan Felix di rumahnya, kemudian pemuda itu membakar rumahnya sendiri, sembari berteriak agar mereka mati bersama.

Sebelum api sempat menyulut seluruh tubuhnya, sebuah mobil datang, memadamkan api yang mengenai tubuhnya dan tubuh Felix, lalu setelah itu ia tidak sadarkan diri.

Selina hanya tinggal dengan Felix, tetapi seminggu sekali seorang pria paruh baya datang membawakan makanan, serta kebutuhan primer lainnya.

Ia tidak pernah bertatap muka langsung, atau bicara dengan pria paruh baya itu, yang ia perkirakan sebagai ayah Felix. Ia takut, melihatnya, membuatnya ingat dengan sosok ayahnya.

Selina dan Felix hampir tidak pernah saling bicara, Selina sering mengurung diri di kamar. Saat Felix mencoba mengajaknya bicara, ia akan menghindar.

Peristiwa berdarah yang terjadi beberapa bulan lalu, masih membekas di benaknya, ia juga mengkhawatirkan Haechan, Aliah dan Alex, bagaimana kabar mereka?

Selina tentu pernah bertanya, dimana sekarang ia berada, dan meminta pulang. Respon Felix tentu tidak bagus, ia akan melempar barang yang ada didekatnya, tanpa mengatakan apapun.

"Selina!" Felix tiba-tiba memanggilnya, membuat gadis itu sontak menolehkan kepalanya ke belakang.

Ia melihat pemuda itu menggunakan apron, wajah dan apronnya penuh noda tepung, serta pewarna makanan.

"Bantuin gue bikin kue, yuk," ucap Felix.

"Gila," Selina menjawab singkat dengan nada dingin.

Felix menarik ke atas sudut kiri bibirnya, "Ini kue biasa, gak gue tambahin bahan aneh-aneh, soalnya mau dititip ke toko,"

"Maksud lo apa?"

"Bantuin gue dulu,"

Selina terdiam, mempertimbangkan ajakan Felix.

Red Cookies | Felix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang