20

899 310 69
                                    

Felix tercengang, matanya melebar, dan tidak ada sepatah katapun yang bisa keluar dari mulutnya. Ia tahu ayahnya sendiri monster, tapi ia tidak tahu kalau ada yang lebih gila lagi, apa lagi ia orang berpendidikan, punya karir dan kehidupan yang bagus.

Felix tersadar dari lamunannya, saat mendengar isakan tangis Selina, serta gadis itu yang berusaha melepaskan bahunya dari cengkeraman tangan Felix.

"Kenapa bokap lo lakuin itu? Dari umur berapa?" Felix mencecar pertanyaan pada Selina, gadis itu tentu tidak bisa menjawab, selain karena merasa malu dan hina, pertanyaan itu membuatnya harus mengingat kejadian mengerikan yang selama ini kerap terjadi padanya.

"Sel, jawab gue pelan-pelan," namun Felix tetap memaksa Selina untuk menjawab pertanyaan yang berkecamuk di benaknya.

"Jangan bilang nyokap lo selama ini nyiksa lo, karena cemburu lo dilecehin bokap lo, iya?"

Selina lagi-lagi tidak bisa menjawab, ia hanya menatap Felix dengan napas yang terputus-putus, mendengar Felix mengatakan itu membuat dadanya terasa semakin sesak.

Felix mengangguk-anggukkan kepalanya, "Lawan monster emang harus sama monster lagi," gumam Felix.

Felix menghela napas, rasa simpati muncul di hatinya, padahal ia selama ini tidak pernah merasakan perasaan itu.

"Gimana bisa lo diperlakuin kayak gitu? Sama keluarga lo sendiri,"

"Mereka bukan keluarga gue," ucap Selina lirih.

"Bukan gimana?"

Selina tidak bisa menjawab, ia hanya menangis tidak henti, membuat Felix kesal, ia rasanya ingin memukul wajah Selina, namun entah kenapa tangannya tidak bergerak untuk melakukan itu.

°°°

Felix memukul kepala ayah Selina menggunakan tongkat bisbol hingga beberapa kali, setelah puas ia meletakkan ujung tongkat di atas selangkangan ayah Selina, dan menekannya dengan kedua tangan yang ia tumpukan di atas tongkat, hingga pria itu memekik kesakitan.

Felix menatap pria itu dengan tatapan yang benar-benar dipenuhi emosi.

"Saya gak nyangka anda semenjijikkan itu, padahal anda orang yang tahu hukum lebih dari orang biasa loh," ujar Felix, ia kemudian meludah di atas kepala ayah Selina, "Perlakuan anda ke keluarga saya aja udah bikin saya jijik, ditambah saya tau fakta yang bener-bener... entah kenapa nyakitin perasaan saya. Hah, saya gak pernah punya rasa kayak gini selama bertahun-tahun,"

Haechan yang melihat itu, berusaha mengeluarkan suara meskipun mulut dan rahangnya masih sakit terkena pukulan kursi.

"Fel, apa maksud lo, hah? Jelas-jelas kelakuan lo yang menjijikkan," ucap Haechan.

Felix menegakkan punggungnya yang sempat sedikit membungkuk, sembari mengangkat tongkat bisbol.

Ia lalu tertawa seraya menatap Haechan.

"Lo katanya sahabatnya, tapi kok lo gak tau apa-apa? Jangan-jangan lo malah ikutan?"

"Apa maksud lo, hah?" Teriak Haechan.

Felix terdiam, ia ingin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Selina, namun mulutnya entah kenapa sulit untuk mengatakannya. Dadanya langsung berdenyut sakit, setiap ia baru membuka mulutnya.

"Lo yang selama ini lebih lama sama Selina, menurut lo apa aja yang mengganjal dari badan dan sikap Selina selama ini?" Felix akhirnya berhasil bersuara, namun ia tetap tidak bisa mengatakan intinya.

Red Cookies | Felix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang