✽ Introgasi

3.6K 610 45
                                    

⸙ ⸙ ⸙

Pelan-pelan lelaki itu membawa tubuh kecil nan rapuh kembali ke atas kasur. Ia tau sang gadis sudah terlelap.

Ia tarik selimut putih sampai pada dagu (y/n). Memandang diam wajah si gadis yang masih terasa air muka piluh nya.

Kembali ia melangkah meninggalkan ruangan, membiarkan gadis rapuh tersebut tertidur kembali.

Pintu ruangan berhasil di tutup nya tanpa meninggalkan suara. Langkah menyusuri koridor terhenti kala netra biru tua menangkap lelaki jenjang.

"Yo! Okkotsu-kun. Bagaimana keadaannya?"

Lelaki itu bernama Okkotsu Yuta, ia menoleh pada pintu ruangan yang baru saja ia keluar dari sana.

"Seperti yang Gojo-sensei dengar"

Yang bernama Gojo, diam mencerna sejenak. Ia tau maksud anak murid satu nya ini. Ya, suara jeritan yang menggila sampai ke penjuru koridor.

"Berarti dia belum bisa ditanyain"

Yuta kembali mendangak pada lelaki yang menutup matanya dengan kain hitam. "Maksud sensei?"

Jari jemarinya saling bertautan, bergoyang-goyang kecil seakan ia berpikir nan menimang. "Aku ingin bertanya soal jari Sukuna yang ia dapat"

"Bukannya itu tidak penting, jarinya kan sudah di amankan"

"Kau benar, dan lagi aku ingin mengintrogasinya"

"Untuk apa?"

Jari telunjuk lentik milik Gojo mengacuh di udara. "Namanya (y/n), bukan? Apa kau tidak merasa aneh?"

Terkadang berbicara dengan gurunya yang satu ini selalu membawa raut muka bingung. "Maksud sensei?" tanya Yuta.

"Aku meminta data dirinya ke sekolah. Disana tidak ada marga, alamat rumahnya sama dengan temannya. Aku juga bertanya pada siswa disana tapi yang ku dapatkan hanya gelengan tidak tau dan, mereka akan menjawab..."

"...Murasame-chan yang tau seperti apa (y/n)-san"

Yuta kembali dibingungkan oleh nama yang ia tidak tau siapa. "Murasame? Aku akan mencarinya"

"Dia itu sudah mati" bisa dipastikan netra Gojo dibalik penutup mata tengah menatap serius pada Yuta. "Murasame Ako"

"Murasame.... Ako? Maksud sensei, nama yang diteriaki (y/n)-san?"

Gojo mengangguk mengidahi fakta. "Jika ia sudah sadar lagi tolong introgasi dia"

Mahkota putih salju yang melawan gravitasi itu pergi meninggalkan anak muridnya.

⸙ ⸙ ⸙

Shoko Ieiri berpapas muka setelah menutup ruang yang dimana (y/n) berada di dalam.

"Bagaimana?" Yuta bertanya.

Wanita bernotabene dokter diam berpikir kalimat apa yang harus ia jelaskan tentang kondisi (y/n).

"Mungkin ia dalam kondisi ingin sendiri"

Lagi, jawaban yang Yuta tanya selama tiga hari berturut-turut dijawab dengan hal yang sama.

Dirinya diam menatap nampan yang ia bawah untuk si pasien. Sudah cukup baginya berpikir, ia masuk ke dalam ruangan.

Manik biru tuanya mampir pada meja yang berisi vas bunga dan sarapan pagi yang tak tersentuh sedikit pun.

Kembali ia memadang si gadis. Di dudukanya kursi di sisi ranjang, meletak nampan pada pangkuan. Kekhawatiran tercetak di raut wajah.

"(y/n)-san mari makan"

Si empu diam menatap kosong tangan dipangkuannya.

"Kumohon, kau akan sakit"

Wajah memelas Yuta pun tak berhasil memindahkan atensi (y/n).

Dengan keraguan tapi Yuta harus melakukannya, ia gengam pelan tangan si pasien. Berharap si gadis mau mendengarkan dirinya.

Namanya kembali dipanggil dengan lembut. Seakan terpaksa, ia gerakkan bola mata pada pria berwajah memelas tersebut.

Tangan Yuta mulai menyendok dan berdiam di udara menunggu bibir pucat (y/n) terbuka menerima suapannya.

"Hai' aaa~"

Si pasien terpaksa menerima sendok tersebut karna Yuta sudah memberi aba-aba. Kasih jika tidak diterima, nanti Yuta semakin sedih.

"Enak?"

───── · · ⸙ 10 march 2021 ⸙ · · ─────

O. Yuuta  ❛AkrasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang