Due

267 38 27
                                    

Tekan tombol bintang dan silahkan membaca, jangan lupa beri komentar hehe.

Happy reading✨

#maaf jika ada typo

Setelah pertemuan tak terduga beberapa hari lalu, Vania selalu menyempatkan pergi ke supermarket tersebut. Tapi sepertinya pria itu tidak pernah datang kembali. Hey, memangnya setiap hari Jung Jaehyun datang ke sana? Bagaimana Vania sebodoh itu.

Sedari tadi Vania hanya memainkan kakinya, menggoyangkan kedepan kebelakang persis seperti anak kecil. Saat ini dia sedang duduk dan merenungi nasibnya. Ibunya kemarin hampir membawa adiknya karena Vania kabur dan tidak ingin dijodohkan. Untung saja ada kakek dan neneknya yang bisa menghandle semuanya. Vania harus segera mencari cara agar ia dan adiknya selamat dari paksaan ibu dan ayah tirinya.

"Kak." Vania mendongak dan matanya bertemu dengan mata sang pria. Adiknya saat ini sudah berada di depannya. Vania terkejut dan langsung berdiri dan mengawasi samping kiri kanannya takut ada orang suruhan orang tuanya. Sudah dirasa aman Vania langsung membawa adiknya ke dalam mobilnya yang terparkir tidak jauh dari supermarket tadi.

"Sekarang tinggal sama gue aja ya. Lo gak aman kalau tinggal sama kakek nenek saat ini." Vania mencoba bernegosiasi dengan Arlan, semoga dia mau tinggal bersamanya.

Arlan menggeleng yang membuat Vania cemberut. "Gue aman disana, gue denger kemarin lo kabur? Dah mantepin buat pisah rumah?" Arlan bertanya sembari memakan permen yang sempat ia bawa dari rumah kakeknya.

"Iyalah, yakali gue mau dijodohin."

"Terus? Kalau lo diikutin gimana? ibu sama om gak akan berani nyentuh gue selama ada  kakek sama nenek ." memang, Arlan memanggil ayah tirinya dengan sebutan 'om'. Arlan memang benar, selama kakek neneknya masih ada, orang tuanya tidak akan pernah macam macam.

"Yaudah, gue hidup sendiri aja, kalau mereka ngelawan, gue juga ngelawan. Kok di buat susah." Vania memang santai mengatakannya, agar adiknya tidak khawatir dengannya. Arlan hanya mengangguk santai. Dia lega jika kakaknya bisa menangani masalahnya.

"Anterin gue pulang kalau gitu."

"Ye."

**-**

"Titip salam buat kakek nenek, gue pulang dulu." Arlan hanya mengangguk dan segera masuk. Mobil Vania pun melaju membelah jalan. Dia hanya ingin menenangkan pikirannya. Dan berakhirlah dia ke apartemen temannya.

Setelah sampai, Vania segera berjalan menuju lift dan betapa terkejutnya dia menemukan Jaehyun di seberang sana. Dia segera berjalan cepat dan menghampiri Jaehyun. Entah apa yang ada di pikirannya, dia hanya ingin bertemu pria itu.

"Hai." sapa Vania membuat Jaehyun menoleh. Dia sempat terkejut, dan segera menormalkan wajahnya serta memberi senyuman kepada Vania. Vania yang diberikan senyuman seperti itu hanya diam mematung. Dimple nya membuat Vania ingin menciumnya, ups beringas banget.

"Hai, kamu tinggal disini juga?" Mereka sudah memasuki lift, dan hanya mereka berdua yang ada di lift itu. Vania bingung ingin menjawab apa.

"Ah itu, mau ke apart temen."

"Malem malem begini?" Jaehyun bertanya membuat Vania terdiam. Hei, apakah dia peduli? Atau Jaehyun sedang mengejeknya karena dia bertamu malam malam?

"A-ah, aku, aku mau ambil buku. Iya buku hehe, soalnya kalau diambil besok dia nya gak akan bukain pintu." Terlihat tidak masuk akal tapi tak apalah, Vania harus menghilangkan kegugupannya dan segera pergi dari sini.

"Oh, yaudah, temen kamu di lantai berapa?"

"Kamu dilantai berapa?" bukannya menjawab tapi Vania malah bertanya membuat Jaehyun menaikkan alisnya. Vania hanya diam, dia hanya tidak ingin Jaehyun tahu jika ia akan bertamu di apartemen seorang pria. Hei, memangnya Jaehyun peduli? Sungguh otaknya Vania selalu kemana mana.

"Aku di lantai 7." Vania hanya menganggukan kepalannya dan segera memencet tombol 7, Jaehyun hanya diam memperhatikan pergerakan Vania.

"Kamu dulu aja hehe, kan kamu tadi yang nungguin duluan." semoga Jaehyun tidak kembali menanyakan sesuatu yang tidak bisa Vania jawab.

"Kamu dilantai berapa, Vania?" sudah ia duga akan seperti ini. Ya tuhan tolong Vania.

"Aku dilantai 6." Vania tidak berbohong. Dia jujur. Toh Jaehyun bukan siapa siapanya, cuma baru kenal. Hanya Vania saja yang mengharapkan Jaehyun. Entah dengan pria itu, apakah dia juga mengharapkan Vania? Sepertinya tidak.

"Kamu dulu aja kalau gitu." yah dari awal memang Jaehyun orang yang ngeyel tapi perhatian. Jadi ya, Vania mengalah.

"Oke."

**-**

"Ngapain sih kesini!" Billy terus memarahi Vania tapi tidak dipedulikan oleh wanita itu. Ia hanya duduk diam di sofa seraya melihat Billy, teman ah sahabatnya itu mondar mandir.

"Bosen aja dirumah." Billy langsung mendelik tajam. Ia duduk bersebelahan dengan Vania. Tadi Billy sedang nge game dan terganggu akan kedatangan Vania. Walaupun terganggu, dia tidak mengusir Vania. Aneh kan.

"Ya tuhan dosa apa gue punya temen kek gini." gumam Billy.

"Gue kan kabur dari rumah, terus tinggal sendiri di rumah gue. Sepi."

"Ya bakar aja biar rame! Atau nggak ngadain slametan setiap hari biar rame, terus rumah lo gak ada setannya, selesai."

*slametan: acara sykuran

"Ya kalau lo ada ngapain gue ngadain begituan." Billy hanya diam seraya menguap. Dia hanya tidur 3 jam. Tadi di kantornya ada kerusuhan hingga ia harus lembur, dan pada saat pulang, shaabatnya, si Kevin mengajak bermain game online. Dan datanglah sahabat satunya lagi, Vania, malah datang ke apartemen nya.

"Gue lagi suka sama orang Bil." Vania berujar seraya mengadahkan kepalanya. Oiya, tadi ia sempat meminta nomor ponsel Jaehyun. Pertamanya Jaehyun ragu, tapi akhirnya diberikan juga. Hehe, Vania memang hebat.

"Ya terus. Kenapa? Lo pengen nikahin?"

"Iya." sungguh Billy tidak menyangka bahwa Vania akan menjawab seperti itu.

"Cari laki yang bener, jangan asal."

"Iya gue tau. Tapi lo tau gak sih, gue baru ketemu sama dia beberapa hari yang lalu, terus gue langsung suka.  Gue kira itu cuma sekedar mengagumi. Tapi kelamaan gue pengen jadiin dia pendamping gue. Dah gila apa ya gue."

"Ya, lo dah gila. Gak sih, daridulu lo gila." Akibat perkataannya, Billy mendapat satu cubitan di lengannya. Vania bangkit dan memakai sepatunya. Billy hanya mengekorinya.

"Mau pulang?"

"Nggak, mau ngadain slametan!" setelah selesai memakai sepatu ia segera keluar dan tentunya dibelakangnya Billy hanya tertawa.

"Hati hati, chat gue kalau udah sampe."

"Hm, gue balik dulu." Sebelum Vania benar benar pergi, Billy menyempatkan mengacak rambut Vania. Vania merengut kesal dan segera pergi darisana. Setelah ini Vania berniat ingin mendapatkan Jaehyun seutuhnya. Apapun caranya ia akan lakukan. Jadi, dukung Vania ya gais!

See you  and stay healthy broe❤

DESIDERIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang