quattordici

150 20 4
                                    

Tekan tombol bintang dan silahkan membaca, jangan lupa beri komentar juga ya, hehe

Happy Reading✨

#maaf jika ada typo

Hari hari dilalui oleh Jaehyun. Tidak terasa sudah dua bulan dia berada di mansion Vania. Dia tidak menghitung tetapi bertanya kepada Bi Ima. Pelayan dan bodyguard disini sudah menjadi teman sehari hari Jaehyun.

Vania sendiri sedikit sedikit mulai berubah. Vania kemarin mengajak Jaehyun keluar melihat pasar malam di sebuah desa, Jaehyun tidak tahu desa itu. Tetapi dia justru merasa lega karena perubahan sikap Vania. Dan, ada sesuatu di dalam diri Jaehyun. Entah itu sementara atau tidak, tetapi sepertinya dia mulai suka pada Vania. Jaehyun berharap itu hanya perasaan sementara.

Lamunan Jaehyun buyar saat sebuah mobil masuk dan berhenti tepat di depannya. Itu Vania.

"Hai." Vania tersenyum lebar. Jaehyun menghampirinya dan memeluknya. Kalian jangan berfikir jika yang gila berganti kepada Jaehyun, sering terjadi bukan jika cinta muncul tanpa disadari. Mungkin Jaehyun Tenga merasakannya.

"Aku tadi habis ketemu sama klien, dan kamu tau, dia bawa anak. Lucu banget." Vania bercerita Jaehyun yang mendengarkan. Sudah kebiasaan mereka.

Jika Jaehyun bercerita, yang antusias Vania. Oh iya, Vania sudah ingat jika mereka dulu pernah bertemu, saat masih kecil. Jaehyun tidak memberi tahunya, Vania ingat sendiri. Walau sudah ada perubahan, hanya satu yang belum. Jaehyun harus ada di mansion Vania sampai waktu tidak ditentukan. Silahkan katakan Vania egois, memang benar itu adanya.

"Van, aku mau tanya." Vania yang sedang bersandar di dada Jaehyun mulai mendongak menatap wajah sang empu.

"Apa?"

"Soal keluargaku, mereka gak cari aku?" Vania menegang lalu menetralkan wajahnya. Ia kembali duduk tegak. matanya lurus menatap kedepan.

"Menurut kamu?" Vania balik bertanya membuat Jaehyun berdecak kesal.

"Bentar lagi kamu ketemu kok." Jaehyun membulatkan matanya. Apa maksud Vania? Jika benar, maka Jaehyun akan senang. Tapi mengapa ada yang aneh dengan pikirannya. Ia senang juga merasa sedih?

2 bulan bagi Jaehyun adalah hal yang lama. Tetapi pelayan disini seolah sudah menjadi keluarga bagi Jaehyun. Walaupun pertamanya sedikit kasar, hanya saja itu diperuntukkan jika Jaehyun memberontak.

"Serius?" Vania mengangguk. Tetapi Jaehyun melihat raut sedih di senyum Vania. Jaehyun juga merasakan apa yang Vania rasakan.

"Aku ngantuk. Aku ke kamar dulu ya Jae." Jaehyun mengangguk. Bicara soal making love mereka hanya pernah melakukannya 2 kali. Saat di awal (chptr 9) dan setelah berbincang (di akhir cpthr 13, tapi aku gak kasih rinciannya, hehe). Setelah itu mereka tidak melakukannya lagi.

Vania akan berkunjung ke kamar Jaehyun saat akan pergi ke kantor dan setelah pulang dari kantor. Tetapi 2 minggu terakhir ia jarang melakukannya karena sepulang kantor ia merasa lelah dan berakhir tidur di kamarnya sendiri.

Jaehyun sendiri tidak masalah jika Vania belum menemuinya asalkan Vania memberitahunya terlebih dahulu.

**-**

Besoknya, Vania berniat mengajak Jaehyun pergi ke di alun alun kota. Rencananya nanti malam.

"Jae?" Jaehyun yang sedang mengelus bulu kucing itu sontak menoleh. Tidak lupa ia memberikan senyum yang menjadi favorit Vania.

"Ya?"

"Nanti mau ke festival?"

"Malam?"

"Iya."

"Okey, aku mau." Vania menangguk semangat dan mulai berangkat ke kantornya. Vania berharap hari ini begitu mengesankan baginya.

**-**

Dikantor, Vania semakin gugup saat ada tamu yang ingin menemuinya. Masalahnya yang ingin menemuinya adalah Jaydan, kakak kandung Jaehyun.

Jika kalian berfikir Vania tidak mengingat Jaehyun itu, benar. Tapi Vania tidak lupa dengan Jaydan. Vania tahu saat Jaehyun pertama kali ke mansionya. Dia sedikit mencari info dan melihat ponsel Jaehyun, ternyata saudara Jaydan adalah Jaehyun, teman masa kecilnya dulu.

Setelah pindah, memang Jaehyun maupun Jaydan tidak lagi berkomunikasi dengan Vania. Tetapi takdir mempertemukan Vania dengan Jaydan dua tahun yang lalu, saat menghadiri pernikahan temannya. Mempelai pria adalah teman Vania dan mempelai wanitanya teman Jaydan. Disitu Jaydan datang menyapa Vania walau ada sedikit keraguan tetapi tebakannya benar dan ya akhirnya mereka berkomunikasi kembali. Vania sedikit terkejut jika tahu Jaehyun adalah adik Jaydan, bagaimanapun dulunya Jaehyun sedikit gembul, tapi sekarang tubuhnya atletis. Berbeda dengan yang dulu.

"Van." Vania segera menormalkan raut wajahnya. Ia tersenyum tipis menanggapi Jaydan.

"Gue mau cerita." Vania mengangguk dan mempersilahkan Jaydan bercerita.

"Lo tau kan adek gue, Jaehyun." Vania yang ingin mengambil donat yang ada di meja pun berhenti. Menoleh, menatap manik Jaydan dan mengangguk.

"Masa udah dua bulan ini dia ke luar negeri. Kantor ditinggalin gitu aja. Mamah sama papah sempet khawatir, tapi kata mereka, Jaehyun  ngabarin walaupun sebulan sekali. Ditelfon gak diangkat, bingung gue." Vania merasa bersalah. Ia harus mengakhiri ini semua, harus!

"Yaudahlah, nanti juga balik."

"Gue gak serepot itu Van, tapi Mamah papah gue? Mereka khawatir, takutnya adek gue ngelakuin hal hal yang nggak bener."

"Emang lo gak tanya temen temennya?" Jaydan menunduk lesu.

"Udah sih, tapi temen temennya juga bilang mereka gak tau. Tapi kemarin katanya Haechan, Johnny sempet ngobrol sama Jaehyun. Tapi gue cuma samar samar denger sih, soalnya Haechan ngomongnya kayak gumam." Vania merasa aneh, tiba tiba kepalanya pusing dan ingin mual. Jaydan yang melihatnya panik.

"Lo gapapa? Mau gue panggilan dokter? Mau gue bawa ke rumah sakit?" Vania menggeleng lalu berlari ke arah kamar mandi.

Huek huek

Vania mual, pusing juga iya.

tok tok

"Van? You okay?" itu suara Jaydan. Vania mengangguk lemah walaupun Jaydan tidak melihatmya.

Ceklek

"Gue anterin ke rumah sakit ya?"

"Gausah jay, lo mending pulang aja. Gue baik baik aja, mungkin cuma masuk angin." Jaydan tampak tak tersinggung mendengarkan perkataan Vania. Vania berdecak malas, adik dan kakak sama saja.

"Bener jay, gue gakpapa. Ada Rembo kok."

"Bener ya? Kalau ada apa apa telfon gue juga gapapa." Vania mengangguk. Akhirnya Jaydan pulang walau sedikit khawatir dengan Vania. Jaydan berfikir jika donat yang Vania makan beracun. karena yang membawa donat itu adalah Jaydan. Jadi ia merasa tak enak hati jika benar benar beracun.

DESIDERIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang