"Cinta, lo kenapa harus pindah sih?" gumam cowok itu sambil terus berjalan dikoridor menuju kelasnya.
Biasanya ia akan berjalan bersama para cecunguknya tapi sekarang ia sendiri, semangatnya hilang mendengar dokter kesayangannya akan pergi. Mungkin.
Brak
Tubuh Rafael terhuyung kebelakang. Karena dia memang sedang tidak mood, langsung saja ia menarik kerah seorang siswa yang menabraknya, ia tak lain adalah siswa baru dikelas Marsha...Fadil.
"E eh..El lo mau ngapain?" tanya Marsha kaget melihat Rafael yang bersiap memberi pukulan pada Fadil.
Rafael melirik gadis itu sesaat lalu perlahan melepaskan cengkraman dikerah baju Fadil.
"Ekhem, Mar ... dia siapa?" tanya Rafael sok cool tapi sangat penasaran, sebenarnya dari kemarin ia ingin tahu tapi malas bertanya.
"Kenalin gue fadil" ujar Fadil memperkenalkan diri tapi tak digubris oleh Rafael. Cowok itu malah sibuk menatap Marsha tajam.
"Cewe cadel modelan kek lo sok sokan jadi buaya, biar apalu begitu?!" cetus Rafael yang entah kenapa malah mengatakan itu.
Marsha mengernyit bingung tapi detik kemudian menghela nafas.
"Maap ya, kali ini gue nggak mau libut!" kata Marsha kemudian menggandeng tangan Fadil.
"Yuk kekantin!" ajak gadis itu dan bersiap menyeret Fadil tapi lebih dulu ditahan oleh Rafael.
"Heh! main pergi pergi aja lo, minta maaf cepet karna lo udah nabrak gue!" pinta Rafael sambil bersidekap dada dan dagu yang dinaikkan. Marsha mendengus.
"Kalo gue nggak mau? Suluh aja sifadil yang minta maaf..napa gue?" tanya Marsha tak mau kalah dengan tangan tetap memenggam pergelangan tangan Fadil.
Fadil sebenarnya agak risih dan berniat melepas genggaman Marsha tapi tidak bisa karena gadis itu sepertinya akan beradu mulut dengan Rafael.
"Eh, lo yang nyeret nih cupu!yah lo lah yang salah" balas Rafael.
"Gak mau!"
"Berani lo?!" kesal Rafael.
Marsha balas menatap Rafael tajam.
"Gue nggak pelnah takut sama lo!"
Rafael rasanya ingin menelan gadis itu hidup hidup, bukan apa apa. Saat kesal begini Marsha terlihat sangat imut.
Tapi melihat Marsha yang masih menggenggam tangan Fadil, ia mendelik tak suka lalu dengan cepat melepas genggaman Marsha.
"Heh?!"
Sebelum Marsha bicara panjang kali lebar lagi, Rafael sudah lebih dulu menariknya kekantin.
"Heh! Apa apaan sih lo!" gerutu Marsha yang ditarik. Rafael berhenti lalu menatap Marsha malas.
"Ngikut ae apa susahnya sih! Karna lo nggak mau minta maaf, lo harus mesenin gue dikantin apapun yang gue minta pake duit lo!"
Sontak saja mata gadis itu membulat.
"Heh anj..
"Hust hust..nggak ada penolakan karna ditolak itu sakit, ngikut ato gue tenggelemin dikali?!" ngawur Rafael lalu kembali menarik Marsha.
---
Marsha meringis sekaligus merasa kesal melihat cowok dihadapannya yang terlihat begitu lahap.
"Kesetanan lo?" ujar Marsha akhirnya melihat Rafael yang sudah hampir menghabiskan dua porsi nasi goreng. Cowok itu mengangkat wajahnya lalu tersenyum.
"Karna gratis itu hal terindah" katanya lalu meneguk es teh yang ia pesan.
Marsha mencibir.
"Katanya holang kaya, glatisan aja hal telindah"
Rafael menggeleng gelengkan kepalanya.
"No no...siapa yang bilang orang kaya nggak suka gratisan?buktinya gue yang hartanya nggak abis tujuh turunan tetep aja suka gratisan"
Marsha hanya mengangguk angguk malas menanggapi.
"Jadi lo ngambil blapa?" tanya Marsha kemudian merogoh sakunya.
"Jajan lu berapa mar?" balas Rafael bertanya membuat Marsha mendengus.
"30 libu kan?"
Rafael mengidikkan bahu dan kembali melanjutkan makannya.
"Nih, lo sendili yg bayal gue mo kekelas" ujar gadis itu meletakkan uang berwarna biru didepan Rafael.
Ia berniat pergi tapi tangan Rafael dengan tidak sopan kembali menyeret tangan Marsha agar gadis itu duduk kembali.
"Yak!" kesal Marsha.
"Apa?" tanya Rafael datar.
"Gue mau kekelas!" ketus gadis itu dan Rafael tentu saja menggeleng.
"Pesen nasi goreng lagi satu!" ujar cowok itu membuat Marsha membulatkan matanya tak percaya.
"Hah? Lo gilak yah, lo udah ngabisin dua piling anjim"
"Pesen cepet, kalo nggak gue aduin ke pak Aco kalo lo udah ngerampok gue"
"Mengadi ngadii"
"Cepet!dada gua sakit gegara ditabrak amatuh cupu tadi" kata Rafael memegang dadanya dramatis.
Lagi lagi Marsha hanya menghembuskan nafas kesal lalu pergi memesan nasi goreng dengan menghentak hentakkan kakinya.
10 menit kemudian ia kembali lalu menyodorkan nasi goreng itu ke Rafael.
"Noh ambil!" tukasMarsha.
"Idih ... nasi goreng tiga piring nggak bikin papalu bangkrut kali" cibir Rafael dan Marsha tak ingin menanggapi. Ia berniat pergi tapi Rafael kembali memanggilnya.
"Apsih El?!lo masih mau? Pesen sendili!gue mau kekelas!"
Rafael hampir saja tertawa dengan mulut penuh tapi ia masih bisa menahannya, setelah menelan nasi goreng itu barulah ia bicara.
"Ekhem ... orang kalo kekantin itu ngapain?makan kan? Trus kenapa lo kekantin cuman liatin gue? Gue tau gue ganteng Mar tapi lo juga harus makan...ntar lo sakit nggak ada babu dong gue"
"Nyenyenye"
"Heh mulutnya!"
"Apa apa?!"
"Nggak kok ... duduk dulu yang manis yang cantik trus lu makan dah nih nasi goreng, sumpah enak bet"
"Nggak ... gue nggak mao makan, lagian ini udah jam masuk nyet! Lo yang abisin, gue kekelas bye-!"
Setelah itu Marsha pergi dari kantin dengan Rafael yang matanya membulat.
"Heh Mar! Woi! Wah parah ninggalin gue, mana mampu gue ngabisin nih nasi"
Ia meringis kala merasakan perutnya sakit.
"Njir...tuhkan ini aja gue dah mules"
---
---
---
Sabtu, 3 april 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
MarEl
Acak"Nama gue Malsha!" "Hah?maksa?" "Maksud gue Malsha anjib!" "Hah?mangsa?" "El gilak!" "Hah?gue ganteng?iyyalah" "Yang walas ngalah jadi gue ngalah!" "Hah? Lawas?pfftt..." "Gue sumpahin anak lo cadel!" "Mamanya juga harus cadel kalau gitu, gimana kalo...