Enam

1.2K 104 24
                                    

Falafel. Aku sedang berada di dapur dan membuat makanan yang berasal dari Mesir ini. Tadi pagi saat sedang mendorong kursi roda mama mengitari komplek, kami berpapasan dengan beberapa asisten rumah tangga yang baru saja belanja di depan komplek dari pick up nya mang Dudung. Mama memintaku untuk mendorong kursi rodanya mendekati ketiga ibu-ibu berusia sekitar 35 tahun tersebut. Salah satu dari mereka mengatakan kalau Mang Dudung lagi jualan Kacang Arab hari ini. Aku langsung teringat salah satu masakan yang biasa mama buat utukku saat masih kecil dulu, yaitu Falafel

Setelah mengakhiri sapaan pagi dengan para ibu-ibu aku membawa mama untuk pergi ke depan komplek. Masih ada beberapa ibu-ibu yang sibuk memilih berbagai bahan makanan di pick up Mang dudung. Mama yang sebenarnya sudah belanja kemarin pagi, ikut memillah-milih sayuran dan bumbu-bumbu dapur. Ada beberapa wajah ibu-ibu yang tidak aku kenal yang sepertinya berasal dari komplek sebelah. Harga jualan Mang Dudung yang murah memang menjadikannya idaman kaum hawa di komplek.

Aku berusaha masuk ke tengah-tengah perkumpulan tersebut, dan berhasil mendapatkan 1 Kilogram Kacang Arab, dan beberapa bahan makanan yang dibutuhkan untuk membuat Falafel. Setelah membayar semuanya, aku dan mama kembali ke Rumah. 

Karena hari ini mama kedatangan dokter terapi kakinya, aku hanya memasak Falafel sendirian. Tapi karena aku merasa masakanku terlalu banyak, aku mengundang seseorang untuk menghabiskan Falafel bersamaku dan mama.

"SHALOM!!" 

Wah, baru saja dibicarakan, orangnya sudah datang. Aku langsung mengenali siapa yang saat ini ada di depan rumah, hanya dari suaranya. Aku tersenyum, tapi tetap melanjutkan kegiatanku di dapur.

"Tanteeee, apa kabar, sini sun dulu." Aku mendengar Angga mencium mama yang sedang terapi di ruang tamu.

"Dok, pelan-pelan gerakin kaki mama saya ya." Angga mengingatkan dokter yang sedang memeriksa kaki mama. Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum.

"Oi!" Sapanya ketika akhirnya menemukanku di dapur.

"Oi!" Balasku lagi.

Angga melingkarkan tangannya di bahuku lalu mengintip ke arah food processor yang ada di depanku.

"Awas ye kalau ampe ga enak, gue tampol." Katanya sambil mengacak-ngacak rambutku.

"Iye!" Kataku menirukan logat betawi Angga, yang membuatnya kembali ketawa.

"Apanih? Gue makan ya." Kataya setelah membuka tudung saji dan melihat masakan mama.

Sejak malam di mana Angga pertama kali ke rumahku, mama seperti menemukan anak keduanya. Angga yang memang supel berhasil menjadikan mama sebagai teman barunya. Setelah malam itu Angga jadi rutin main ke rumah. Jadi saat menyadari aku memasak terlalu banyak falafel, aku langsung mengirim pesan kepadanya. Hanya centang biru yang aku terima. Sepertinya setelah menerima pesanku, dia langsung memacu motornya untuk pergi ke rumahku.

"Fan." Angga memanggilku dengan mulut yang masih sibuk mengunyah.

"Hmm?" Tanganku kini sibuk membentuk adonan yang telah dihaluskan untuk kemudian aku goreng di dalam wajan yang sudah aku siapkan di atas kompor.

"Tadi sebelum ke sini, gue ambil duit di indomaret depan komplek lo."

Angga menghentikan perkataannya dan menyuapkan makanan ke mulutnya. Aku menghentikan kegiatanku lalu membalikkan badanku dan bersandar ke tempat meja tempat aku masak.

"Gue papasan sama cewe, cantik banget, kayanya anak komplek lo juga." Mendengar perkatannya aku mulai penasaran.

"Lo kenal cewe cantik ga di komplek ini?"

Sippin' Waterfalls ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang