Lima Belas

748 71 11
                                    

Setelah menghabiskan seminggu penuh dirawat di rumah sakit, mama akhirnya diijinkan pulang. Besoknya aku dan mama langsung terbang ke Penang untuk meminta second opinion. Aku hanya pergi berdua dengan mama, jadi semua hal aku urus sendirian. Biaya yang kami keluarkan disana tidak sedikit, karena asuransi mama tidak berlaku disana. Sadly, kami juga menerima respon sama. Tulang mama sudah terlalu rapuh untuk disambungkan dengan menggunakan semacam besi yang biasanya digunakan untuk recovery. So it was settled, mama harus menggunakan kursi roda selamanya. Saat berada di Penang aku menyempatkan diriku untuk mencari kursi roda elektrik yang dapat meringankan beban tangan mama untuk mendorong kursi rodanya saat Bi Yuyun tidak bisa membantu.

Kami baru saja tiba di rumah tadi sore. Dua koper yang aku dan mama gunakan selama 3 hari di penang juga masih berada disamping pintu masuk. Saat kami tiba di rumah, para ibu-ibu janda teman paduan suara mama sudah menunggu. Ada bapak pendeta juga, bersama jemaat gereja yang lain, menyambut kami. Komunitas Gereja adalah tempat ternyaman bagi mama, jadi tidak heran hampir setengah jemaat Gereja menyambut kami.

Tanpa direncanakan kami mengadakan ibadah singkat, mendoakan kesembuhan mama. Mama banyak sekali menangis tadi, aku yakin mama pasti sangat lelah. Ada eyang juga, tapi aku belum melihat Mia. Aku ingat hari ini adalah jadwal Mia mengajar.

Seminggu penuh mama dirawat, seminggu penuh juga Mia selalu menyempatkan dirinya untuk menemaniku di rumah sakit. Kalau aku besoknya ada kerja, dia langsung menyuruhku pulang dan menjaga mama bersama eyang. Aku tidak henti-hentinya berterima kasih pada eyang. Diumurnya yang sudah senja, dia masih mau menjaga mama di rumah sakit.

Sayangnya saat akan pergi ke Penang, Mia tidak bisa ikut. Mia memaksa untuk ikut, tapi aku melarangnya. Mia baru saja memulai pekerjaannya di tempat les dan belum punya jatah cuti, selain itu aku tidak akan sampai hati meninggalkan eyang sendirian.

Kini setelah semua orang sudah pulang, hanya ada aku, mama, dan Bi Yuyun yang sedang mencuci piring. Syukurlah cucu bi Yuyun sudah sehat, jadi beliau bisa kembali tinggal bersama kami. Aku memohon padanya untuk bisa tidur sekamar dengan mama mulai sekarang. Aku juga menaikkan gaji Bi Yuyun karena aku tahu, menjaga orang sakit dan membutuhkan banyak bantuan, tentu tidak mudah.

Aku benar-benar harus merekalkulasi keuanganku dan sisa warisan papa kalau aku memang tetap ingin lanjut kuliah di luar negeri. Kejadian yang menimpa mama semakin membuatku ragu untuk memberitahu mimpiku ini pada mama. Mama pasti sangat membutuhkanku sekarang. Dan aku juga butuh memastikan mama tetap sehat dan kondisinya tidak bertambah parah.

"Mama mau tidur dulu." Aku membuka mataku yang kupejamkan sejenak setelah mendengar mama. Aku segera bangkit dan mendorong kursi roda mama. Mama terlihat sangat lelah. Setelah semua tamu pulang, aku dan Bi Yuyun memandikan mama. Tidak semudah kedengarannya karena kerap kali mama masih merasakan nyeri di kakinya. Aku berusaha menahan air mataku selama membasuh tubuh mama. Apa yang dulu mama lakukan padaku waktu kecil kini kugantikan. Aku yang sekarang harus memandikan mama. Sedih sekali rasanya.

Aku mengangkat tubuh mama ke atas tempat tidur dan berusaha menempatkan mama dalam posisi ternyaman.

"Besok Fany kerja ya ma." Aku memang harus aktif bekerja lagi setelah sering kali on-off dan juga mengambil cuti 3 hari untuk pergi ke Penang.

"Harus dong. Mama baik-baik aja Fan. Besok mama mau benerin bunga-bunga mama yang udah pada layu. Haduh mama malu banget tadi tamu-tamunya pada datang waktu bunga kita lagi pada rontok semua." Aku tertawa mendengar mama yang sudah kembali ke settingan awalnya.

"Weekend ini beli bunga yuk ma?" Aku mengusulkan ide yang pasti disukai mama. Benar saja, mata mama langsung berbinar-binar.

"Iya, mama pengen tambah koleksi Angger mama." Aku mengangguk dan mencium pipi mama.

Sippin' Waterfalls ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang