"Thank you, Maria."
"You're welcome Rachel. Remember to practice everyday before dinner. Okay? Next week we'll learn something fun." Kataku sambil tersenyum pada bocah kecil berumur tujuh tahun yang menjadi muridku hari ini.
"Okay." Balas rachel sambil memelukku. Aku membalas pelukan rachel.
"Bye." Kataku sambil berjalan keluar dari rumah orang tua rachel.
Aku menapaki sidewalk yang mengarahkanku kembali ke apartemenku. Jaraknya tidak jauh, hanya beberapa blok saja. Aku akan tiba di tempat tinggalku dalam waktu 20 menit. Sejak tinggal di California, aku belum menyempatkan waktu untuk membeli sepeda. Setelah sampai disini aku langsung disibukkan dengan kuliah. Beruntungnya aku, karena aku bisa mencari uang jajan tambahan dengan mengajari beberapa anak kecil di dekat kampusku. Rachel adalah salah satunya.
Tinggal di sini berbanding terbalik dengan di Indonesia. Aku menikmati setiap waktuku disini dengan berjalan kaki dan menggunakan transportasi umum. Los Angeles sudah mulai memasuki musim panas, jadi berjalan dengan baju tipis tidak masalah bagiku. Sejujurnya sejak sampai disini aku belum berbelanja. Hanya membeli hal-hal yang aku butuhkan saja. Mungkin dalam waktu dekat aku akan membeli beberapa pakaian musim panas.
Aku memakai headphoneku dan menikmati matahari yang sangat cerah yang membuat suasana hatiku ikutan senang. Jam tanganku masih menunjukkan pukul dua siang. Aku mengeluarkan handphone dari saku jeans ku, hendak mengganti lagu yang ingin aku dengarkan. Akhir-ahkir ini aku suka sekali mendengar lagu Sam Smith bersama Disclosure. Aku mengulang Omen berkali-kali sejak beberapa hari yang lalu. Walau major yang aku ambil adalah musik di era Baroque sampai dengan Romantic, tapi bukan berarti aku tidak mendengar lagu yang tidak ada hubungannya dengan musik yang biasa aku mainkan. Aku sangat suka Sam Smith. Musik barunya sangat unik dan cocok ditelingaku. But it still can't topped his music during his early career. You guys should listen to his album, In The Lonely Hour. It's top tier!
Aku tiba di pintu depan gedung apartemenku. Aku melihat seorang perempuan menungguku. Carol. Aku dan Carol mengambil beberapa kelas yang sama. Carol sendiri memainkan alat musik Violin. Orang tuanya tinggal di New York, jadi disini dia tinggal di sebuah rumah yang dia sewa bersama dua orang temannya. Aku tahu Carol menyukaiku.
"Hey. How long have you been waiting here?" Aku menyapa Carol dengan ramah. Aku melepaskan headphoneku.
"Hey. Not too long. Sorry i didn't tell you before." Balas Carol dengan nada kikuk.
"No. It's okay. I just finished Piano Lesson with one of the kids that I teach. Come in." ajakku sambil membuka pintu depan apartemenku. Kamarku berada di lantai tiga.
"No, it's fine. Let's just talk here."
Aku mengangguk dan menutup kembali pintu tersebut. Aku menggeser sedikit ke arah taman kecil yang ada samping pintu masuk. Carol mengikutiku. Aku dapat merasakan hawa yang kikuk. Sepertinya Carol sedang berpikir keras, bagaimana cara menyampaikan isi kepalanya kepadaku. jadi aku menunggu dengan sabar.
"Well. I came here to tell you something..." Carol mulai membuka pembicaraan, tapi dengan cepat kembali terdiam untuk mengumpulkan keberanian. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya yang kaku. Karena sejujurnya Carol adalah seorang periang. Cukup sering aku nongkrong bersama Carol dan teman-temanku yang lain.
Aku melirik jam tanganku dengan cepat, tidak mau membuat Carol merasa tidak dihargai. Setengah tiga. Malam ini aku ada Orchestra Music Recital pertamaku setelah beberapa bulan berada di LA. Bukan recital besar, hanya recital biasa yang aku ikuti bersama teman-temanku di kampus. Recitalnya akan diadakan di Opera Hall yang ada di kampusku. Carol juga ikut malam ini. Kami harus tiba di lokasi pukul 6 sore, karena recitalnya akan dimulai pukul 8. Walau ini hanya recital biasa, tapi aku tidak sabar untuk segera melakukannya malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sippin' Waterfalls ✓
RomanceFany merasa dirinya menjadi orang dewasa terlalu cepat...