Jumat, 18.00
"Ma, yakin cuma pergi berdua saya Bi Yuyun? Fany kok ragu ya?" Aku menggenggam setir mobilku sambil melihat ke arah mama yang sudah bersiap untuk turun dari mobilku. Ada Bi Yuyun yang sedang mengambil kursi roda mama dibagasi belakang mobilku.
"Mama bisa. Kan ini retreat lansia. Yang ngadain juga Gereja. Yang ikut teman-teman mama semua. Ada eyang juga. Jadi bakalan banyak yang bantuin mama. Bi Yuyun mama ajak juga karna mama kasian Bi Yuyun sebulan ini jagain mama terus, ga kemana-mana. Dokter juga bilang kalau mama ga harus dirumah terus. Gimana mama bisa tambah sehat kalau mama di kamar mulu. Mama ngerti Fany takut, tapi mama kan bukan anak kecil. Mama tau kalau mama harus hati-hati. Lagian Fany berharap apa dari retreat Lansia? Lari-larian?" Aku memutar mataku mendengar mama membuat pembelaan sambil menceramahiku.
Aku menghela nafas panjang. sia-sia kalau aku menahan mama. Bisa-bisa mama jadi ngambek kalau kami harus kembali ke rumah disaat mobilku sudah berada di depan hotel tempat mama akan menginap sampai hari Minggu bersama Bi Yuyun, eyang, dan para lansia lainnya.
"Fany gamau tau, mama harus standby hp terus. Fany bakal nanyain keadaan mama. Jangan sampai telat makan, biar bisa minum obat. Jangan deket-deket orang yang lagi berdiri, nanti bisa kesandung kursi roda mama. Kalau capek langsung balik kamar, jangan maksain diri."
"Iya mama." Goda mama membalasku. Aku yang tadinya serius tidak bisa menahan diriku karena merasa geli mengingat perkataanku barusan. Aku dan mama baru saja bertukar peran. Pantas saja aku anak mama, sifat kami ternyata sama. Sama-sama cerewet kalau soal kesehatan.
Akhirnya aku mengalah dan keluar dari mobilku untuk membantu mama naik keatas kursi roda. Belum sempat aku mendorong kursi mama, mama sudah direbut oleh dua orang pemuda Gereja yang cukup familiar bagiku. Mereka juga mengambil koper dan tas dari tangan Bi Yuyun. Aku tersenyum lega, karena meskipun ini adalah retreat lansia, ada banyak pemuda yang voluntir untuk menjadi LO para lansia ini.
Aku melihat mama sampai menghilang ke dalam lobi hotel, lalu masuk ke mobilku dan keluar dari area hotel untuk segera berangkat ke tempat les.
Jumat, 21.00
Cukup larut aku pulang ke rumah setelah les tadi. Hal ini karena aku menyempatkan diriku untuk singgah ke restoran seafood favoritku, mama, dan papa untuk makan malam. Berhubung persiapan mama dan Bi Yuyun sangat hectic tadi sore, aku melarang Bi Yuyun untuk memasak. Bisa-bisa mama dan Bi Yuyun terlambat hanya karena harus memasakkanku lauk. Aku turun dari mobilku dan segera masuk ke rumah. Ada beberapa pekerjaan rumah yang mama titipkan padaku tadi sore.
Jumat, 23.00
Setelah menyiram bunga, menyapu rumah, mencuci sisa piring, menggosok lantai kamar mandi mama, mengganti sprei di kamar mama, dan meletakkan sampah di tong sampah besar di depan rumah untuk diambil petugas besok pagi, akhirnya aku bisa melakukan perawatan tubuh, wajah, rambut, dan diakhiri dengan mandi. Karena kecelakaan mama, aku sepakat untuk berbagi tugas dengan Bi Yuyun untuk meringankan bebannya. Saat ini aku sudah duduk di sofa sambil menonton TV. Aku melihat jam di layar handphoneku. Sudah jam sebelas. Mia masih belum membalas pesan singkat yang aku kirimkan kepadanya. Aku tahu dia sedang siap-siap untuk kegiatan Benak malam ini. Kami sepakat memundurkan jadwal belajar jadi besok siang, berhubung aku dan Mia juga sama-sama sendirian di rumah.
Malam ini kami akan pergi berdua untuk mengikuti kegiatan Benak. Aku sudah berpakaian rapi walaupun tidak menggunakan riasan apapun. Saat pulang nanti aku hanya akan mencuci wajahku saja. 'Mia kemana ya? Kenapa lama sekali?' Sebelum aku beranjak untuk pergi menghampiri Mia di rumahnya, aku mendengar ketukan dipintuku.
Aku membuka pintu dan melihat Mia sudah rapi. Mia menggerai rambut hitamnya. Malam ini Mia mengenakan kaos polos berwarna lilac, mia juga mengenakan cardigan berwarna ungu yang menutupi kaosnya. Warna kesukaanku. Untuk bawahan Mia mengenakan celana jeans ketat dan sepatu sneakers. Aku melihat Mia dari atas ke bawah berulang kali, menikmati keindahan yang ada dihadapanku. Sesuatu menangkap mataku, Mia ternyata memegang sebuket mawar dari tadi, menunggukku mengambil dari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sippin' Waterfalls ✓
RomanceFany merasa dirinya menjadi orang dewasa terlalu cepat...