Tujuh

881 93 9
                                    

21.00

Perayaan natal di komplek ku baru saja selesai. Anak-anak yang aku latih berhasil menampilkan penampilan yang mendapat banyak tepuk tangan dari para orang tua. Dadaku terasa sangat lega, seperti ada batu besar yang baru saja diangkat. Mungkin selanjutnya, aku akan benar-benar mempertimbangkan tawaran yang diberikan kepadaku sebelum langsung menerimanya. Thanks to Mia, karena berkat dia semua anak-anak yang kami ajarkan dapat tampil dengan ceria dan menghafal setiap gerakan dan juga lirik lagu.

Saat ini aku sedang duduk di samping mama yang dari tadi tidak berhenti mengobrol dengan setiap orang yang menyapanya. Angga juga hadir saat acara, tapi kini dia sudah pulang bersama perempuan berambut merah yang ternyata adalah kakak dari salah satu anak choir yang aku latih. Sebenarnya aku juga sudah ingin pulang, karena jujur aku belum ada tidur sama sekali. Semalam aku lembur untuk menyelesaikan sebuah artikel kesehatan yang aku tulis mengenai penyakit mulut. Paginya aku bekerja sampai sore, dan sejak sore sampai detik ini aku berada di lapangan basket komplek perumahan untuk mengikuti pelayanan Natal.

"Mama sudah mau pulang, kamu masih mau di sini atau ikut mama?"

"Mama duluan aja, aku udah ada janji dengan Mia. Rencananya mau ngumpul bareng teman-teman Mia."

"Memangnya kamu kenal sama teman-teman dia?" Tanya Mama.

"Enggak sih mah, tapi aku udah janji sama dia. Mama balik duluan aja soalnya ini udah malam juga."

Mama mengangguk lalu mendekat ke arahku untuk mencium pipiku. Mama lalu pulang bersama bi Yuyun dengan tetangga lainnya. Kini hanya ada aku dan beberapa orang lagi yang masih duduk di bangku yang disediakan untuk orang-orang yang mengikuti acara Natal malam ini.

Mia sedang berada di balik panggung bersama seluruh panitia lain untuk menutup kepanitiaan Natal tahun ini. Aku tidak ikut karena aku memang hanya sebagai volunteer saja. Duduk di sini dan menunggu Mia membuat perasaanku gugup. Ada sedikit penyesalan dalam diriku karena mengiyakan ajakan Mia untuk bertemu dengan teman-temannya. Aku bukanlah orang yang suka bersosialisasi. Semoga tidak banyak tekanan yang aku terima saat berada diantara orang yang tidak aku kenal nanti. Aku lalu membuka handphoneku dan memeriksa beberapa pesan sembari menunggu Mia selesai.

💫💫💫💫💫

23.00

"Kak, we don't have to do this. You seem uncomfortable."

Aku menggeleng mendengar Mia. It's too late to go home. Aku yang mengiyakan ajakannya.

"Gapapa. Aku cuma gugup aja. Nanti bakal hilang sendiri kok." Kataku sambil tersenyum ke arah Mia yang duduk di jok penumpang disebelahku.

Kami memutuskan untuk naik mobilku saja, karena pertemuan ini sudah dimulai pukul 11 malam. Aku takut membayangkan kami pulang lewat tengah malam, dan Mia harus mengendarai motornya.

"You don't have to say anything in there. I just want you to meet my friends." Kata Mia. Aku bisa melihat Mia cemas dengan kegugupanku.

Kami turun dari mobil bersama-sama dan masuk ke dalam sebuah cafe tempat Mia dan teman-temannya sepakat untuk bertemu.

Semoga malam ini berjalan lancar. Aku takut mempermalukan Mia dengan kekikukan ku.

💫💫💫💫💫

Aku duduk disebelah Mia yang dari tadi sangat menikmati obrolan dengan teman-temannya. Aku melihat sisi baru dari Mia yang ceria. Exitement terlihat jelas di matanya.

Sedangkan aku? Aku hanya duduk dengan tenang, sesekali ikut tertawa, dan berusaha mencerna obrolan mereka. Mereka tidak mengobrolkan hal-hal yang spesifik. Pembicaraan mereka ringan dan terkesan umum. Mia lebih banyak bercerita tentang acara Natal yang tadi kami ikuti. Mereka saling menceritakan kehidupan mereka.

Sippin' Waterfalls ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang