Tiga Belas

764 69 22
                                    

Makan malam yang aku rencanakan bersama Mia terpaksa diundur. Aku disibukkan dengan pekerjaanku di klinik. Aku tidak menyangka hari dimana aku cuti, adalah hari yang sangat sibuk, kami menerima belasan pasien baru dan tentu saja sebagian ditransfer kepadaku. Beberapa pasien yang sudah dewasa setuju untuk kutangani setelah jam kerja, tiga hari ini aku pulang jam sebelas malam. Tadi pagi, sebelum membuka klinik di hari SABTU, kami mengadakan meeting dan sepakat untuk menghentikan promosi yang Angga usulkan sebelumnua. Cukup pasien saat ini yang mendapatkan informasi kalau kami menerima pasien di luar jam kerja. Jangan sampai bertambah lagi.

Dengan berat hati aku harus membatalkan rencana makan malamku dengan Mia. Mia sangat memahami kesibukanku. In fact, minggu ini aku mendapati Mia menungguku di parkiran saat jam makan siang. Aku sudah memberi tahunya berkali-kali kalau memang dia datang ke klinik dia harus menghubungiku. Alasannya selalu sama. Mia tidak ingin aku meluangkan waktuku yang terbatas untuk menemuinya, biar kebetulan yang mempertemukan kami. Sangat thoughtful. Hal ini membuatku harus mengecek keberadaannya di parkiran setiap hari. Aku memilih tidak memberi tahunya.

Satu hal lagi. Aku tidak sengaja memberi tahu Mia kalau aku sangat suka bunga mawar saat makan siang bersamanya. And guess what. She sends literally EVERY single day a bouquet of roses to my office this whole week. Semua orang di kantorku sampai membicarakannya. Mia mengirimkan mawar tersebut melalui petugas florist dan tentunya tanpa tanda maupun surat. Jujur saja bunga dari Mia menjadi salah satu alasanku kuat menjalani kesibukan minggu ini. Tadi pagi Mia mengirimkan pesan kepadaku kalau dia tidak bisa datang menemuiku, aku mengatakan tidak masalah. Aku tahu alasan dia tidak bisa datang. Malam ini adalah Music Recital yang selama ini menjadi proyek besar yang sedang Mia kerjakan. Mia mengundangku dengan cara yang membuat hatiku terasa hangat. Untuk pertama kali buket bunga yang dikirimkan kepadaku tidak hanya seikat mawar saja, tapi berisi undangan untuk menghadiri recital jam 8 nanti. Undangan recital yang saat ini sedang aku pegang membuatku ingin segera mengakhiri pekerjaanku hari ini. Tapi aku harus sabar menunggu sampai jam 4, karena pasien terakhirku baru akan kutangani jam 3 nanti.

Aku tidak sabar menunggu malam ini.

-----

"Ma, Fany berangkat ya." Aku pamit kepada mama sambil mengenakan heelsku.

"Bentar, mama mau lihat anak mama dulu." Aku bisa mendengar mama mendorong kursi rodanya keluar kamar.

"Astaganaga, cantiknya anak mama!" Pekik mama melihatku. Mama segera membuka kunci handphonenya dan mulai mengambil gambarku. Aku tertawa melihat tingkah mama.

"Coba Fany berdiri, mama mau foto kamu sambil berdiri. Mau mama masukin ke facebook." Kata mama sambil mengarahkanku untuk berdiri di sebelah guci tinggi yang ada di samping pintu. Aku mencoba menjadi anak berbakti dan memberi senyum termanisku. Tidak ada salahnya membuat orang tua kalian senang dengan menuruti kemauan kecil mereka. Biasanya fotoku akan diposting mama di pagi hari setelah mama saat teduh, dengan memasukkan ayat Alkitab yang dia baca sebelumnya. Apa semua orang tua melakukan hal yang sama?

"Ini dress yang mama beli sama kamu kan? Masih cocok banget dipakai. Aduh cantik banget anak mama!" Mama masih tidak henti-hentinya memujiku sambil tetap mengambil entah berapa banyak gambar. Mama benar, aku mengenakan Black Boat Neck Plain Dress yang aku beli bersama mama. Aku memakainya di hari pemakaman papa. Mama sendiri yang memilihnya. Mama bilang papa pasti ingin melihat putri semata wayangnya terlihat cantik untuk terakhir kalinya sebelum dikuburkan. Dress ini menjadi dress favoritku sejak saat itu. Aku memakainya hanya untuk special occasion, seperti malam ini.

"Ma, Fany kayanya pulang agak malam gapapa ya?" Aku meminta ijin pada mama. Aku berdiri dan mengambil clutch purse dan cardigan yang aku letakkan disampingku. Aku juga meraih sebuket tulip yang aku beli di perjalanan pulang tadi. Aku tidak tahu bunga kesukaan Mia, jadi aku membeli bunga yang pernah aku lihat di gantungan kunci motor Mia.

Sippin' Waterfalls ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang