10

393 66 23
                                    

Kelas bersih, meja tertata rapi dan semuanya terlihat sangat berkilau. Karin tersenyum puas menatap hasil kerjanya.

"Woah... kelas selalu terlihat luar biasa saat jadwal piket mu,"

Karin terkekeh, "terimakasih Hinata, kau sudah membantuku. Padahal ini bukan jadwalmu,"

Hinata tersenyum simpul dan menepuk bahu Karin pelan. "Tidak masalah, lagi pula Fuu juga tidak masuk, kan?"

"Um, ya sekali lagi terimakasih Hinata. Kalau begitu ayo, Sakura pasti sudah menunggu sangat lama." Karin terkekeh geli membayangkan wajah kusut Sakura.

"Eh, apa Sakura akan marah?"

Karin mendengus samar, "tidak, hanya saja dia akan terus mengomel sampai di rumah nanti. Dan itu akan membuat telinga ku berdengung."

Hinata terkekeh geli.

"Ah Hinata, tumben sekali Neji tidak menunggu mu di depan kelas?"

Hinata menggeleng pelan. "Emm, tidak tau."

Karin mengangguk dan menghentikan langkahnya secara tiba-tiba yang membuat Hinata menatap heran kearahnya. "Ada apa?"

"Aku ingin ke toilet,"

Hinata mengangguk, "kalau begitu ayo!"

Karin menatap Hinata sungkan, "aku pergi sendiri saja."

''Aku tidak keberatan.''

"Aku tidak akan lama, lagi pula Kakakmu sudah datang," sela Karin saat melihat Hinata yang akan memprotes.

Hinata mengikuti arah pandang Karin dan mendesah lemah melihat kakaknya berjalan menghampirinya.

"Kami bisa menunggu." Ucap Hinata bersikukuh pada keinginannya.

"Tidak Hinata, aku akan segera menyusul saat sudah selesai," ujar Karin berusaha meyakinkan.

"Ayo Hinata!"

Hinata menghela napas pasrah. "Baiklah kami duluan Karin,"

"Iya"

Karin segera menuju toilet saat Hinata dan Neji sudah tidak terlihat di belokan koridor. Mendesah lelah karena jarak toilet yang sangat jauh. Kalau begini lebih baik ia ke toilet dekat ruang kepala sekolah saja.

***

Karin mencuci tangannya di wastafel dan bergegas untuk menyusul saudari kembarnya. Bisa di pastikan Sakura akan menyambutnya dengan wajah super leceknya.

Ketika keluar dari toilet, Karin menatap heran pada dua pemuda yang ia tau adalah seniornya. Dalam hati Karin bertanya-tanya, sedang apa seniornya berada di area toilet perempuan?


"Hai Karin!"


Karin tersentak saat salah satu seniornya menyapanya. Ia merasa sedikit was-was melihat kedua seniornya mulai mendekatinya dan menatapnya dengan kilatan aneh di mata mereka. Menggeleng pelan, Karin mencoba mengenyahkan pikiran buruk yang sempat terlintas di kepalanya. "H-hai Senior."


''Kau sendirian?''

Karin reflek melangkah mundur  saat Kimimaro mencoba menyentuh ujung rambutnya. "Maaf Senior... sebaiknya aku segera pulang."


Kimimaro dengan cepat menarik lengan Karin yang berusaha melewatinya, sedangkan temannya hanya terkekeh disampingnya.

"Jangan terburu-buru, bisakah kau membantu kami?"

The Bond Between Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang