1

1K 82 14
                                    

.
.
.

         

Pagi yang cerah di iringi kicauan burung menemani seorang gadis berambut merah yang tengah mematut dirinya di depan cermin. Mengaplikasikan bedak tipis, mengoleskan lip balm di bibirnya dan sebagai sentuhan terakhir ia mengenakan kaca mata merah miliknya.

"Karin! Cepat turun sayang. Kita sarapan!"

"Ya, Ma sebentar." sahut si gadis tak kalah kencang dari teriakan mamanya.

Karin, Haruno Karin bergegas menemui sang mama tercinta setelah memastikan tidak ada yang kurang pada penampilannya. Menyambar tas di meja belajarnya lalu meninggalkan kamar dengan langkah penuh semangat.

********

Haruno Mebuki menatap sekilas putrinya yang tengah menuruni tangga lalu kembali berkutat dengan beberapa maid yang tengah membantunya menyusun menu makanan di meja makan.

"Ayo sarapan, sayang."

"Ya, Ma." Karin segera mendudukan dirinya di samping Mamanya.

"Tidur mu nyenyak?"

"Umm."

Mebuki terkekeh lalu mengusap rambut Karin penuh sayang. Merasa beruntung karena masih dapat menikmati kebersamaanya bersama putri tercinta. Sejujurnya ia sangat merindukan keluarga kecilnya. Tapi tuntutan pekerjaan mengharuskannya untuk berada pada posisi yang cukup sulit, dimana ia dan sang suami harus tinggal secara terpisah demi mencari rezeki untuk kebahagiaan keluarga kecilnya.

"Kau ingin Mama antar, sayang?"

Karin berpikir sejenak, lalu menggeleng. "Tidak perlu Ma, aku akan berangkat dengan supir saja."

Mebuki tersenyum. "Baiklah, kalau begitu cepat habiskan sarapan mu. Kau tidak ingin terlambat, kan?"

"Siap Mama!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Karin melangkah memasuki gedung sekolahannya dengan santai. Ini masih pagi dan baru ada beberapa siswa yang sudah datang. Karin memang menyukai datang lebih awal.

Karin menghentikan langkahnya saat dua orang gadis menghampiri dan menatapnya tajam.

"Pagi Karin! Dimana buku tugasku?" Shion, gadis berambut pirang itu mengacungkan tangannya dengan angkuh. Disampingnya, gadis berambut merah pucat hanya bersidekap dada memperhatikan.

Tanpa banyak kata Karin segera menggeledah tasnya untuk mencari buku milik Shon. Alisnya bertaut karena tidak menemukan buku yang ia cari. "A-aku, tidak menemukannya,"

"Dengar, ini masih pagi dan aku sedang tidak ingin berdebat."

Karin menghembuskan napas lirih untuk menghilangkan kegelisahannya, "maaf aku benar-benar tidak membawanya Shion. Se-sepertinya tertinggal"

Shion mendecih sinis. "Berani sekali!" tangannya menjambak kasar rambut Karin hingga membuatnya meringis.

"Tidak disini Shion." sahut Tayuya melihat sekeliling yang mulai ramai siswa-siswi yang baru berdatangan.

Shion melirik sekilas, dan benar saja sekolah sudah mulai ramai. Akan sangat berbahaya jika ia tetap berada di sini.

"Ikut aku gadis sialan! Aku akan memberimu pelajaran,"
dengan kasar Shion menyeret Karin di ikuti Tayuya yang berjalan santai di belakangnya.

......................

Brukk!

"Aww sstt...." Karin meringis merasakan punggungnya membentur kerasnya dinding toilet.

"Bukankah sudah ku katakan! Jangan pernah berani menentangku, Haruno!" Shion berdecih remeh menatap Karin yang hanya menunduk pasrah.

"Ma-maaf, semalam setelah mengerjakan tugas mu, aku meletakannya di meja dan aku lupa memasukannya ke dalam tas." lirih Karin melirik takut gadis pirang di depannya. Tangannya meremas rok seragamnya hingga kusut.

Shion tertawa mengejek. "Apa aku terlihat peduli? Yang aku tahu semua tugasku selesai, Haruno!"

Tayuya tersenyum miring menyaksikannya. "Aku ingin sekali memberinya pelajaran, tapi tidak sekarang Shion!"

"Apa maksudmu?!"

"Kita bisa melakukannya nanti Shion!"

"Dan membiarkannya lolos begitu saja, begitu?!"

Tayuya berdecak sebal melihat betapa keras kepalanya sahabatnya ini. "Sebentar lagi bel masuk bodoh!"

Shion memutar bola matanya malas sebelum meninggalkan toilet dengan langkah yang di hentak-hentakkan.
"Ya, baiklah terserah kau saja,"

Tayuya menatap datar kepergian sahabatnya lalu melirik Karin yang masih tidak bergeming di tempatnya.

"Jangan senang dulu Karin. Persiapkan diri mu karena lain kali kami tidak akan mengampuni mu." ucapnya lalu pergi menyusul Shion.

"Haah," hanya helaan napas yang keluar dari bibir Karin. Matanya jelas memancarkan kekesalan, ingin sekali ia membalas tapi ia tidak seberani itu.

Ia tidak mengerti, mengapa Shion dan teman-temannya memusuhinya. Karin bahkan sangat yakin dirinya tidak pernah terlibat masalah dengan siapapun.
"Hah, sudahlah." mengakhiri lamunannya dan membenahi seragamnya kemudian pergi meninggalkan toilet setelah mendengar bel masuk berbunyi.

.
.
.
.
.
.
.

Yamanaka Ino tersenyum puas dengan hasil kerjanya, sedetik kemudian tatapannya berubah tajam. Tadinya ia ingin segera kembali ke kelas setelah dari toilet. Namun ia mengurungkan niatnya saat mendengar suara keributan. Mengintip dari bilik toilet yang tadi di tempatinya, ia melihat dengan jelas saat Shion dan Tayuya kembali berbuat ulah pada Karin. Ingin rasanya Ino menghajar dua gadis sok berkuasa itu, tapi ia menyadari, ini bukan saatnya. Mencoba menahan diri untuk tidak menerjang mereka, Ino lebih memilih merekam semua kejadian itu lalu mengirimnya pada seseorang. Dan tadaa... Ia yakin seseorang di sebrang sana pasti tengah memelototi ponselnya setelah melihat rekaman ini.

"Setelah ini kalian tidak akan bisa berbuat seenaknya lagi...."

.
.
.
.
.
.

The Bond Between Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang