Taeyong memijat kepalanya yang kembali berdenyut. Barusan, ia mendapat telepon dari sekolah kalau Sungchan sudah membolos selama 2 hari di Minggu ini.
"Hahh aku harus gimana lagi Ya Tuhan"
Cklek
"Jaemin pulang"
Suara Jaemin dari depan, Taeyong segera ke depan untuk menyambut anak kesayangannya.
"Wah Jaemin udah pulang, ini Mama buatin jus lemon biar Jaemin seger lagi" ucap Taeyong.
Mata Jaemin langsung berbinar dan meneguk jus itu sampai habis. Hari ini memang panas, belum lagi pelajaran tadi yang membuatnya sedikit lelah.
"Makasih, Ma"
Jaemin mengeluarkan formulir pencalonan presiden siswa untuk ia isi di ruang keluarga. Taeyong dibuat penasaran dengan formulir itu.
"Formulir apa itu, Sayang?"
"Ini formulir pencalonan diri buat jadi presiden siswa, Ma. Jaemin mau ikut nyalonin diri" ucap Jaemin dengan bangga.
Taeyong terkejut sekaligus bangga. Tumben anaknya mau ikut organisasi semacam ini, biasanya Jaemin hanya akan diam dikelas. Bahkan Jaemin tak pernah ikut ekskul apa-apa.
"Kamu yakin mau jadi presiden siswa sayang?" Tanya Taeyong hati-hati.
"Emang kenapa? Mama gak percaya kalo Jaemin bisa menang? Oma aja dukung Jaemin loh, masa Mama sendiri gak dukung anaknya"
"B-bukan begitu, Sayang. Tapi eum... Ah! Presiden siswa juga butuh wakil kan? Emangnya Jaemin udah punya wakil?"
"Oh iya ya, Jaemin belom nyari wakilnya, Ma. Ah Jaemin telepon Oma aja deh" Jaemin langsung pergi ke kamarnya. Mengabaikan Taeyong yang masih ingin berbicara.
"Hah... Jaemin lebih percaya Oma daripada Mama nya sendiri"
Cklek
Nah, itu dia tersangka utamanya hari ini. Jung Sungchan.
"Darimana kamu?"
Sungchan memutar bola matanya. Sepertinya Taeyong sudah tau kalau ia membolos.
"Sekolah lah, Ma. Kemana lagi?"
"Anak SD biasanya pulang jam 1 siang! Sekarang udah jam 4 sore, kemana aja kamu?" tanya Taeyong.
"Main di rumah Taro" jawab Sungchan. Ia akan ke kamarnya tetapi tangannya ditahan Taeyong.
"Mama dapet telepon dari sekolah kamu. Kamu bolos 2 kali Minggu ini, kemana kamu? Dari rumah pergi tapi ternyata bukan ke sekolah. Jujur sama Mama"
Sungchan melepaskan pegangan Taeyong ditangannya.
"Mama gak usah tau. Mama urus aja anak kesayangan Mama itu"
Setelah itu Sungchan berlari ke kamarnya. Dan mengunci pintunya.
Brak brak brak
"Jung Sungchan! Keluar kamu! Mama belum selesai bicara! Apa maksud kamu itu hah?!"
Sungchan malah sengaja memakai headphone dan memutar musik dengan sangat kencang.
"Mama cari tau aja sendiri!"
~Heaven~
Doyoung masih menatap Jisung dengan diam. Saat ini ia sudah selesai makan dan mandi. Begitupun dengan Jisung. Bahkan anak itu sudah duduk dengan tenang sambil membaca bukunya.
"Jiji, Bunda dengar kalau kamu ikut pencalonan presiden siswa?"
"Iya Bunda, Jisung juga udah nyiapin semuanya. Ngomong-ngomong, Bunda tau darimana?"
Rasanya, Jisung belum bercerita tentang hal ini pada Doyoung. Bagaimana Doyoung bisa tau?
"Bunda pengen kamu mengundurkan diri"
Ucapan Doyoung membuat Jisung menghentikan kegiatan belajarnya. Lalu menatap Doyoung penuh tanya.
"Maksud Bunda?"
Mata Doyoung mulai berkaca-kaca. Ia tak sanggup mengatakan ini pada anak yang sangat ia banggakan, tapi ia tak ingin terjadi sesuatu pada Jisung.
"Kita orang gak punya, Jisung. Gak seharusnya kita berada di atas, itu tempat untuk orang-orang kaya dan terpandang. Bukan untuk orang seperti kita. Kamu harus tau tempat"
Jisung menatap Doyoung tak percaya. Benarkah ini Bundanya? Kenapa Doyoung tiba-tiba menyinggung tentang status sosial seperti ini?
"Bunda, Jisung gak tau apa yang Bunda maksud. Tapi dengan ataupun persetujuan Bunda, Jisung akan tetap ikut pencalonan itu. Apa salahnya kita yang miskin dan kurang terpandang ini menjadi pemimpin?"
Tidak, tidak ada yang salah dengan itu Jisung. Bunda bangga padamu, Bunda akan dukung kamu dengan sepenuh hati. Ingin rasanya Doyoung berkata seperti itu pada anak malangnya ini.
"Jisung dengerin Bunda-"
"Udah malem, kayanya Bunda butuh lebih banyak istirahat. Jisung mau keluar dulu cari angin"
Sepeninggal Jisung, Doyoung menangis seorang diri. Tubuhnya sudah sangat sakit dan kini hatinya ikut sakit melihat tatapan kecewa yang dilayangkan oleh Jisung. Baru kali ini ia melihat tatapan itu.
Doyoung mengambil ponselnya lalu mengetikan angka yang masih sangat ia hafal dari dulu. Semoga nomornya masih aktif.
Tuut... Tuut...
Ternyata masih tersambung, berati Jaehyun tak mengganti nomornya setelah 18 tahun berlalu.
"Halo?"
Deg
Suara ini. Doyoung sangat merindukan suara berat ini. Hatinya kembali berdebar setelah lama tak mendengar suaranya.
"Siapa? Kalau orang iseng saya tutup teleponnya"
"Ah tunggu. I-ini aku Jaehyun, ... Doyoung. Kim Doyoung"
"..."
"Aku mau minta tolong sama kamu"
"Kamu pergi begitu saja dan tiba-tiba datang, lalu seenaknya meminta tolong?"
"Jaehyun, aku... Aku-"
"Saya rasa tidak ada lagi yang perlu saya dengarkan, selamat malam"
Pip
Air mata Doyoung mengalir begitu saja. Jaehyun sudah sangat membencinya. Itu karena saat Jaehyun mencarinya, Doyoung diculik dan disembunyikan oleh Tuan Jung sendiri. Jaehyun mencari Doyoung kemana-mana, padahal Doyoung berada di ruang bawah tanah rumahnya sendiri.
Doyoung mengusap air matanya. Lalu mengetikan sesuatu untuk Jaehyun.
Semoga Jaehyun tidak memblokir nomornya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Castle; hyunsung ver.✓
Fanfic"Bahagia Jisung bukan di sini, tapi di surga sana sama Bunda nya" Start : 11/03/21 Finish : 18/03/21 **Book ini berisi cerita fiksi karangan penulis yang gak ada hubungan apapun dengan para idol terkait dalam kehidupan nyata. Alias cuma cerita khaya...