"Tae, bangun. "
Mingyu menepuk pipi Taehyung pelan, ia tahu Taehyung ingin istirahat tapi ia juga harus makan, kan? Tidak mungkin ia akan menghabiskan waktu tiga hari ini hanya untuk bermanja dengan ranjang empuknya.
"Emh"
Taehyung menepis tangan yang menepuk pipinya, ia melenguh kecil kemudian merubah posisi tidurnya menjadi tengkurap dengan kaki kanan yang sejajar dengan dadanya.
Mingyu menghela nafas pelan, "Tae, bangun dan sarapan dulu setelah itu kau bisa melanjutkan tidurmu sampai puas. "
Ia menarik-narik lengan Taehyung cukup kencang agar si empunya terduduk. Ia menghela napasnya lagi ketika Taehyung kembali menepis tangannya dan menaikkan selimutnya sampai menutupi kepalanya.
"Yak! Bangunlah, Kim! Kalau kau sakit aku juga yang repot nantinya! " Mingyu meninggikan suaranya kesal.
Taehyung berdecak keras, ia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya lalu menatap Mingyu dengan tatapan membunuh. Taehyung turun dari ranjangnya dengan tak rela, ia menuju kamar mandi sekadar untuk gosok gigi dan mencuci muka.
Dengan tak semangat Taehyung berjalan menuju pantry dapur.
"Makanlah "
Mingyu menyodorkan piring berisi nasi dengan aneka lauk pauk yang sehat. Taehyung menerima piring pemberian Mingyu, ia mengambil sendok dan garpu lalu mulai makan.
"Aku akan membawa makanan tepat waktu, jadi jangan menunjukkan wajah menyebalkanmu itu lagi. " Mingyu memutar bola matanya jengah.
"Kau pikir karena jadwalku kosong selama tiga hari lalu aku tak makan? " ketusnya.
"Kan sudah ku jelaskan kemarin, Tae. Aku bangun kesiangan dan lupa jika kau belum sarapan, tapi aku membawa makan malam untukmu, kan? Kenapa kau masih marah?"
Itu benar, Mingyu kemarin bangun kesiangan, ia bangun pukul dua siang dan ia juga lupa kalau masih ada bayi besar yang butuh makanan. Ia teringat Taehyung saat hari hampir berganti malam, ia pun bergegas memasak lalu melesat menuju apartemen Taehyung.
Sampainya ia di apartemen sang artis, ia disuguhi tatapan membunuh yang pemuda Kim layangkan padanya. Ia mencoba mengabaikan tatapan Taehyung dan mulai menata makanan yang ia bawa ke piring sembari mulutnya berceloteh menjelaskan panjang lebar tentang ia yang lupa akan Taehyung dan bangunnya yang kesiangan.
Namun respon Taehyung setelah Mingyu bercerita tetap sama, hanya saja bedanya Taehyung tak lagi melayangkan tatapan membunuh ke pemuda Kim yang lebih tua, tapi ia hanya meliriknya sekilas lalu kembali melanjutkan makannya.
Sungguh, Mingyu hampir saja menjatuhkan rahangnya mendapat respon yang seperti itu dari Taehyung. Ia bergidik sendiri, Taehyung kalau marah seperti perempuan yang sedang pms.
"Terserah"
Mingyu menghela napasnya, ia tersenyum paksa menatap Taehyung, di dalam hatinya ia ingin sekali mengeplak kepala junior-nya itu.
Dari pada berdebat tiada henti dengan Taehyung, Mingyu memilih memakan makanannya seperti yang Taehyung lakukan. Keduanya makan dalam keheningan dan hanya tedengar suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
Setelah menyelesaikan makannya, Taehyung beranjak menuju kamarnya kembali, meninggalkan Mingyu yang menganga melihat itu. Dia benar-benar akan tidur lagi setelah makan?
Mingyu membereskan pantry dapur dengan cepat. Setelah semuanya terlihat rapi dan bersih kembali, ia berjalan perlahan menuju kamar Taehyung. Mingyu mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka, di sana Taehyung sedang duduk di meja kerjanya.
Mingyu membuka pintu itu perlahan, tidak ingin mengganggu aktivitas Taehyung yang sepertinya sedang menggambar. Ia tersenyum kecil melihat Taehyung yang fokus menggambar, mungkin Taehyung tidak sadar akan kehadiran-
"Ada apa?"
Mingyu berdeham kecil, ia kira Taehyung tidak menyadarinya namun ternyata Kim muda itu sadar.
"Tidak, hanya ingin melihatmu. " jawabnya
Ia berjalan menuju sofa yang terletak di depan ranjang Taehyung, mendudukkan pantatnya di sofa empuk itu lalu menatap Taehyung yang masih fokus dengan aktivitasnya.
"Kau pintar menggambar, lalu kenapa kau tidak melanjutkan perusahaan mereka saja? " tanyanya pelan
"Aku tidak tertarik dengan bisnis, itu merepotkan. Terlebih cita-citaku bukan untuk menuruti semua ucapan mereka. " balas Taehyung santai
Mingyu tersenyum kecil, "Kau benar-benar suka menggambar, ya? " Taehyung berdeham singkat menjawab Mingyu.
Mingyu berjalan mendekati Taehyung, ia melihat gambaran Taehyung namun setelahnya ia mengernyitkan keningnya.
"Apa yang kau gambar? "
"Keluarga di masa depan. "
Kerutan di kening Mingyu semakin dalam, "Aku yakin yang ini kau, lalu siapa wanita dan pria dewasa di sini? Tidak mungkinkan kau ingin menikahi dua orang sekaligus? "
"Jangan ngawur! Aku menggambar wanita dan pria di antara kedua sisiku itu karena aku tidak tahu jodohku di masa depan itu pria atau wanita, makanya aku menggambar dua gender yang berbeda di sini. "
Mingyu mengangguk paham, "Ku yakin jika kau akan menikah dengan pria, maka kau yang akan menjadi top-nya. "
"Tentu saja! Memangnya aku ingin mendesah dengan deep voice-ku? Tidak akan! "
♪¸¸.•*¨*•..•*¨*•.¸¸♪
TOK TOK TOK"Masuk"
"Tuan, ini berkas yang anda minta. " ia menyodorkan map coklat di hadapan sang atasan dengan kepala yang sedikit tertunduk.
"Sudah kau cari semua? "
"Sudah, Tuan. Semua yang anda inginkan ada di dalam map ini. " jawabnya
"Baiklah, kembali bekerja. "
Membungkukkan badannya 90 derajat lalu mundur tiga langkah sebelum membalik badannya dan berlalu meninggalkan ruangan sang atasan. Melihat sekretaris-nya yang sudah pergi dari ruangannya, ia mengambil map yang terletak di mejanya lalu membukanya.
Dibacanya deretan kalimat yang tersusun rapi dari lembar satu ke lembar yang lainnya. Ia menyunggingkan senyum miringnya,
"Kim Taehyung-
-aku akan mendapatkan mu. "
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Like Us || KookV ✔
Fanfiction"Aku dominan sejati, dan aku tidak akan membuka pahaku untuk dominan lain." kth "Akan ku pastikan kau membuka pahamu lebar-lebar." jjk