One: Park Jisol

113 10 0
                                    

Dengan gontai aku melangkahkan kaki ku menuju kamar mandi, rasanya lelah sekali setelah mengurus bocah kecil berumur 2 tahun itu. Setelah mandi dan mengenakan seragam sekolahku, aku turun untuk sarapan dan sudah ada Mama, Papa dan Hani di meja makan.

Ngomong-ngomong, namaku Park Jisol umurku 18 tahun dan aku kelas 3 SMA di sekolah international di Seoul.

Mama menggeleng kecil sewaktu liat wajahku yang tidak bersemangat ini sedangkan Papa sedang fokus menyuapi Hani sambil bermain sesekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mama menggeleng kecil sewaktu liat wajahku yang tidak bersemangat ini sedangkan Papa sedang fokus menyuapi Hani sambil bermain sesekali.

"Berangkat sama papa?" Tanya Mama sambil menyodorkan semangkuk nasi kepadaku. Aku menggeleng karena sudah ada janji untuk berangkat bareng Yangyang temanku.

Mungkin bisa dibilang satu-satunya temanku karena memang cuma dia yang berteman denganku. Dulu aku sempat homeschooling karena sesuatu hal, lalu akhirnya pindah sekolah dan di sekolah baruku aku banyak tidak di sukai murid perempuan karena salah satu murid laki-laki yang tampan si Yangyang menjadi dekat denganku setelah kami terlibat tugas kelompok.

"Aku sama Yangyang, biasalah" jawabku.

"Loh kok ga bilang? Kan bisa sekalian sarapan bareng kita" ucap Mamaku sambil mengerutkan dahinya mungkin sedikit kesal.

Mama itu emang baik apa lagi ketika tahu kalau Yangyang tinggal sendiri di korea. Bukan sendiri sih, dia lebih sering ditinggal sendiri karena orangtuanya bekerja di luar negeri.

Sebenarnya temanku itu berasal dari China, awalnya mereka pindah Korea karena nenek Yangyang yang tinggal di sini akhirnya mereka menetap sampai sekarang.

Aku memutar kedua bola mataku malas "memang kalau ga sama Yangyang sama siapa lagi? Temanku cuma dia" jawabku.

"Ya teman lama mu mungkin, atau dia?"

"Ma.. sudah berapa kali aku bialng jangan bahas dia"

"Setidaknya kalian harus bertemu sesekali" kini gantian Papa yang menyahutiku.

Oh Tuhan, pagi yang melelahkan "kenapa? Kenapa aku harus ketemu orang kaya dia?! Ahh sudahlah aku nunggu Yangyang diluar saja" ucapku lalu mengambil tas dan memaki sepatuku dan keluar dari rumah.

Aku menunggu temanku itu didepan pagar sambil menyilangkan tangan di depan dada. Beberapa menit menunggu motor milik Yangyang sampai di depan rumahku.

Cih, motor baru rupanya. Kenapa laki-laki suka banget ganti motor?

"Kenapa ga mood banget keliatannya" Yangyang membuka kaca helmnya lalu menyodorkan helm lainnya padaku.

Aku meraih helm itu sambil mendengus "bukan keliatannya, tapi emang ga mood" jawabku lau naik motornya dan menggenggam ujung jaketnya.

"Oke oke marahnya jangan ke aku, so kita berangkat?"

"Pake nanya lagi"

"Pft, oke berangkat"

















Broken | Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang