"TUH KAN BEGINI LAGI!!"
Gue bukan lagi orang yang kaget kalau denger seruan penuh emosi macam barusan. Udah biasa. Tapi tetep aja gue heran kenapa selalu aja dia mempermasalahin hal yang sama sih?
"Padahal aku udah sering bilang kalo ejaannya bukan Vincent Van Tarra. Tapi Vantarra. VANTARRA. Disambung bukan dipisah!"
Gue cuma dengus malas ngeliatin Vincent mencak-mencak sendiri sambil baca daftar jadwal piket yang ditempel di dinding kelas. Baru dua hari kami menjalani hari sebagai murid kelas dua belas, dan selama itu pula Vincent ngga pernah bosan memprotes soal ejaan namanya.
Nama Vincent tergolong unik dan punya khas. Vincent Vantarra, yang kata orang tuanya, mereka terinspirasi dari nama pelukis Belanda yang terkenal itu; Vincent Van Gogh. Ya wajar aja sih, Vincent lahir dari keluarga seniman. Ayahnya seorang pelukis, sedangkan Ibunya mantan ballerina yang kini menjadi ketua klub ballet nasional. Oh, menurut cerita, dulu sebelum resmi memberi nama yang tepat buat Vincent, Ibunya berpikir ingin menamai anaknya Pablo Ballerino. Katanya sih biar seimbang dalam memadukan unsur pelukis dan ballerina ke dalam nama anaknya. Tapi akhirnya nama itu dibuang karena dianggap norak.
Gue jadi mikir, kalau aja si Vincent jadi dinamain Pablo Ballerino, bakal seribet apa dia pas udah dewasa? Atau malah ngga dibikin masalah?
"Gila, masa iya tiap tahun aku harus koreksi mulu ke wali kelas kita? Ngga bener nih ngga bener!" Vincent berkacak pinggang, mukanya keliatan sangat kesal.
Tadinya gue memaklumi kalau dia senewen gara-gara ejaan namanya yang ngga sesuai. Tapi kok lama-lama reaksi dia makin lebay ya. Padahal kan tinggal bilang ke sekretaris kelas aja supaya meralat tulisannya. Ini mah pake acara ngamuk dulu, mana masih pagi pula."Cent, duduk bentar sini."
Akhirnya gue panggil dia biar duduk sama gue. Ah by the way, dia emang selalu duduk sama gue selama tiga tahun ini. Ngga paham juga kenapa gue dan Vincent selalu dapet kelas yang sama. Cuma anehnya, gue pun ngga bosen ketemunya sama dia lagi dia lagi.
"Kamu ngga liat aku lagi marah?!" Vincent melotot ke arah gue. Matanya yang lebih bulet dari gue itu seakan mau keluar. Tapi ngeliat itu gue ngga takut sama sekali. Mau Vincent marahnya kayak gimana, di mata gue dia ngga pernah nyeremin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vincent & Yuga (VGa) ✔️
FanfictionThis story is not about enemies become lovers. Not about friends to lovers. Just about Vincent and Yuga. ___ Taegi lokal AU story & written by chaerachae