-Enam-

575 122 19
                                    

Salah.

Aku ngga bermaksud buat jauhin Yuga dengan alasan supaya dia bisa berbaur sama temen lain. Aku bahkan ngga kepikiran gimana jadinya kalau benaran terpisah sama dia. Kami udah terlalu dekat sejak umur sembilan. Dan selama itu justru aku yang ngga membiarkan Yuga main sama teman lain. Aku yang mengikat dia dengan berbagai janji agar terus bersama. Aku selalu memastikan Yuga supaya tetap nyaman dan ngga berpaling ke mana-mana.

Tapi sejak kenal Jimmy, aku terpengaruh. Dan tanpa sadar aku mengikuti apa yang dikatakannya. Entah aku yang bodoh atau memang sedang goyah karena segitu gampangnya terhasut. Secara perlahan jarak antara aku dan Yuga melebar. Aku berusaha buat ngga menoleh ke arah dia, meski beberapa kali aku dengar dia manggil namaku.

Kedengaran jahat kan? Tapi ngga lama setelah itu aku pun sadar betapa menyebalkannya sikapku ini. Dan aku sadar kalau ngga seharusnya aku perlakukan Yuga kayak gitu. Dia terlalu baik buat diabaikan. Dia ngga sanggup buat aku tinggalkan.

"Aku ngga bisa jauhin Yuga."

Jimmy menoleh cepat, Juna ikut tertegun.

"Hah? Apaan?" tanya Jimmy dengan dahi mengerut.

Aku hela napas, "Jim, menurutku ngga ada salahnya kalau Yuga cuma dekat sama aku. Selagi dia tetap berhubungan baik sama yang lain, that's fine tho."

"Lo kenapa jadi berubah pikiran gitu sih?"

"Ya karena aku ngerasa kalau ini ngga bener."

Jimmy mendengus, "Lo sendiri yang bilang bakal terus sama gue kan sekarang?"

"Tapi ngga perlu dengan cara ngejauhin Yuga juga kan? Kita masih bisa temenan baik."

"Cent," Jimmy meletakkan joysticknya, dan menghampiriku di tempat tidur. "Lo lupa udah milih kampus buat kuliah nanti? Lo sama Yuga ngga bakal barengan. Dan cara ini tuh bisa melatih lo terbiasa tanpa dia."

"Tapi kami ini tetangga. Rumahnya cuma berjarak dua puluh meter dari rumahku. Tetep aja kami bakal sering ketemu."

"Seenggaknya lo ngga bakal nempel mulu sama dia. Lo bisa main sama orang lain tanpa harus ngerasa udah ngekhianatin dia."

"Siapa bilang Yuga merasa dikhianati? Aku pun mana ada berkhianat ke dia."

"Cent, lo udah sama gue sekarang. Kenapa terus aja mikirin Yuga sih?"

"He's my best friend, Jim!"

"Terus gue apa? Gue juga sahabat baik lo!"

"Hey hey hey. Lo berdua santai dong. Kesannya kayak lagi rebutin si Yuga aja," Juna datang menengahi. "Dan lo Jim, ngapain amat sih lo kek ikut campur banget? Biarin ajalah Vincent mau sahabatan sama siapa aja. Kok malah jadi lo yang ngatur?"

Jimmy mendengus, "Jun. Kalo lo ngga ngerti apa-apa mending diem deh."

"Gue ngerti kok."

"Ngerti apaan lo?"

"Lah, lo kira gue bego banget apa?" Juna berdecak. "Gue kenal lo dari balita, Jim. Bahkan kelakuan lo udah bisa gue baca sejak tau Vincent bakal sekelas sama kita tahun ini."

"Ngomong apa sih lo?"

"Gue tadinya pengen diem aja tapi berhubung lo lama-lama lebay gue jadi ngga tahan."

Aku makin bingung dan ngga ngerti arah pembicaraan ini. Tapi ngeliat Jimmy pasang wajah serius begitu, kayaknya ini bukan hal sepele.

"Gue ngerti, karena dulu lo juga kayak gini sama abang gue. Lo ngelarang Bang Surya deket sama siapapun terutama sama temen-temen ceweknya."

Vincent & Yuga (VGa) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang