-Tujuh Belas-

418 37 14
                                    

Piala kejurda kompetisi basket antar SMA di depan mata.

Yuga menghela napas dalam sebelum bergabung dengan teman-teman tim basketnya yang hari ini akan melakukan pertandingan final. Sudah tiga hari berlalu sejak babak penyisihan dimulai, Yuga serta timnya bermain apik dan terus melaju ke babak berikutnya tanpa halangan berarti. Hanya saja mereka sempat terseok dan nyaris kalah di perempat final lantaran kehilangan satu pemain andalan; Eric, yang mengalami cedera pundak. Tapi berkat semangat yang tak kunjung padam serta cara Yuga mensiasati trik jitu pada timnya, akhirnya mereka bisa sampai pada babak final.

"As usual, mates. Kita ngga boleh gegabah. Kuncinya tetep tenang dan fokus. Jangan mau diprovokasi sama lawan!" ucap Yuga setelah sesi berdoa dilakukan. "Semangat meraih juara buat kita semua!"

"Juara! Juara! Juara!!"

Lima menit kemudian, pertandingan penentu juara itu pun dilangsungkan.

...

Vincent masih menunggu Yuga yang belum juga keluar dari ruang ganti tim. Padahal satu persatu member tim basket sudah keluar dengan wajah lelah yang terbalut kepuasan juga kegembiraan. Ya, akhirnya tim basket Yuga meraih kejuaraan antar SMA tingkat daerah setelah melalui banyak drama sepanjang empat babak tadi. Meski Eric sudah kembali bermain, tapi kerasnya serangan pemain lawan membuat Yuga dan kawan-kawan cukup kewalahan. Bahkan Vincent bisa lihat sendiri bagaimana raut kecewa Yuga saat gagal merebut bola. Tapi beruntung, di babak terakhir mereka berhasil mengejar ketertinggalan dan ditutup dengan lemparan jarak jauh Yuga yang kali ini berhasil mencetak tiga poin.

"Lo nungguin Yuga ya?"

Vincent menoleh ketika merasa ada yang bertanya padanya. Oh, itu Eric.

"Iya. Dia masih di dalam?"

Eric anggukkan kepala, "Lo masuk aja, ngga apa-apa. Toh anak-anak udah pada pulang semua juga."

"Umm, makasih ya."

Tanpa menunggu lama, Vincent segera meraih knop pintu ruangan tim basket dan masuk ke dalam. Begitu masuk, hal yang pertama kali dilihatnya adalah Yuga yang duduk di lantai dengan kepala menumpu di kedua lututnya. Wajahnya terlihat tak seperti kawan-kawannya yang lain, tak gembira, cenderung sendu, bahkan Vincent merasa barusan sahabat baiknya itu mengusap pipi kanannya dengan cepat.

"Ga.."

Yang dipanggil menoleh sekenanya, tanpa merespon dengan kata juga ekspresi.

"Are you okay?" Vincent bertanya dengan hati-hati. Yuga hanya anggukkan kepala sebagai jawaban.

Merasa perlu, Vincent mengambil duduk di sebelah Yuga. "Congratulations for your win, Ga. You really deserve it. Aku bangga banget sama Yuga."

Ucapan tulus Vincent hanya dibalas senyum tipis oleh Yuga. Selanjutnya ia kembali memasang wajah sendu yang tak elak membuat Vincent mengernyit bingung.

"Kamu kenapa lesu begitu? Capek banget ya?"

Yuga tak menyahut, ia hanya menghela napasnya pelan.

"Yuga masih marah sama aku?" Vincent berdecak, "Yah, masih ya? Udah sebulan kamu begini ke aku. Ngga bosen kah? Ngga kangen ngobrol sampe larut malem sama aku? Ngga kangen main PS berdua sama aku? Ngga kangen makan mie ayam deket komplek sama aku?"

Yuga masih diam, sedang Vincent susah payah menata kesabarannya.

"Yuga harusnya senang karena udah berhasil dapat juara sesuai harapan kalian. Tapi kenapa kamu begini?" Vincent menepuk bahu kanan Yuga pelan, "Ada hal yang ganggu Yuga? Aku siap dengerin apapun itu asalkan Yuga mau ngomong, ngga diam kayak begini terus. Kalau Yuga cuma diam, aku bakal tau masalahnya dari mana?"

Vincent & Yuga (VGa) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang