Prolog

4.5K 483 24
                                    


Selamat datang buat kamu yang baru saja menemukan cerita ini. Dan selamat membaca kembali bagi yang sudah pernah membacanya
...

Oke, let's go!

()()()()

()()()()

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

()()()()

Pagi itu adalah pagi pertama di awal bulan Maret. Suasananya masih tetap sama, hanya saja rasanya udara begitu dingin pagi ini, apalagi ditambah rintikan hujan yang masih mengguyur sedari malam dan masih berlanjut hingga pagi ini. Siapa saja pasti akan memilih untuk melanjutkan tidur jika sudah begini, tidak terkecuali tiga remaja yang tampak masih tertidur lelap di kamar bernuansa abu-abu itu.

Mereka adalah, Anna, Amanda dan Salsa. Pembuat onar dan selalu mencari masalah di sekolah. Dan mungkin kali ini mereka akan kembali berbuat ulah lagi dengan datang terlambat. Buktinya hingga sudah pukul delapan pun, ketiganya masih saja terlelap tanpa sadar jika jarum jam terus bergerak maju. Mereka sepertinya juga lupa dengan hukuman yang akan didapatkan jika kembali terlambat lagi untuk kesekian kalinya.

"Banguunnn!!!"

Suara lantang itu menggelegar seluruh rumah bertepatan dengan pintu kamar yang dibuka secara paksa. Raska, kakak lelaki Anna itu berdiri diambang pintu dengan panci ditangannya. Panci itu baru saja ia gunakan sebagai benda untuk membangunkan ketiganya dari mimpi indah.

Anna terkejut setengah mati mendengar teriakan kakaknya itu, apalagi disusul dengan bunyi pukulan panci yang memekakkan telinga. Anna mengusap dadanya yang berdegup amat kencang, napasnya pun terengah-engah seolah menandakan dia sangat terkejut bukan main.

"Lo bisa dengan cara lembut nggak sih, banguninnya?" Sungut Anna segera turun dari kasur. "Jantung gue hampir mau copot rasanya." Keluhnya sambil memegangi dadanya yang masih saja berdegup kencang.

"Heh, terakhir gue bangunin lo dengan cara lembut, lo bangun apa nggak? Nggak kan." Ujar Raska menunjuk adiknya itu.

"Sana, berangkat sekolah." Ucapnya setelah itu, lalu keluar dari kamar dengan tidak lupa memukul panci itu sekali lagi.

Anna mengacak rambutnya kesal, matanya kemudian melirik kedua sahabatnya yang sepertinya masih berusaha mengumpulkan nyawa. Keduanya berusaha membuka mata, meski rasa kantuk itu terus menyerang.

"Udah jam berapa sih emang? Masih jam lima kan? Nanggung, tidur satu jam lagi juga masih sempat ke sekolah." Sahut Amanda menarik selimutnya kembali, lalu merebahkan tubuh dan tertidur.

Anna mengangguk membenarkan, perempuan itu kembali hendak membaringkan badannya lagi jika saja pintu kamar tidak kembali terbuka. Kali ini menampilkan wanita paruh baya yang berkacak pinggang menatap ketiganya dengan pandangan menghunus. Spatula tampak masih berada di genggamannya, begitupun celemek yang juga masih ia kenakan dibadan, menandakan jika wanita itu tengah memasak sarapan untuk ketiganya mungkin.

JEJAK LANGKAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang