12. Rapuh

569 136 2
                                    

{}{}{}{}

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

{}{}{}{}

Matahari sudah mulai condong ke arah barat, membuat sinarnya kini lebih mengarah ke arah salsa dan Amanda yang tertunduk dengan air mata yang membanjiri wajah. Keduanya tertunduk menatap tanah kering yang ditutupi dedaunan pohon. Mereka tidak menghiraukan rasa panas yang kian terasa membakar. Keduanya terisak menyebut nama Anna dengan sesak di dada yang semakin mencekat.

Buliran keringat dan air mata kini mengucur menjadi satu, jatuh menetes membasahi tanah kering itu. Entah sampai kapan mereka akan berada di sana. Jika dilihat dari sorot lemah di kedua mata mereka, sepertinya keduanya tidak akan beranjak dari sana.

Salsa perlahan menegakkan kepalanya yang semula tertunduk, ia kemudian menengadah melihat langit yang begitu cerah sebelum menunduk lagi menatap nanar jurang di depannya. Jurang tempat dimana Anna jatuh dan kini hilang dari pandangannya. Seketika salsa mengepalkan kedua tangannya yang bertumpu di tanah dan saat itu juga ia beringsut maju mendekati tepi tebing itu lagi.

Kedua matanya kembali menatap ke bawah sana, berharap dapat menemukan tubuh Anna meski itu tidak akan mungkin lagi.

Salsa kembali memanggil nama sahabatnya itu lagi, namun sekeras apapun salsa berteriak memanggilnya, tetap tidak akan ada sahutan.

Suara salsa semakin melemah, ia tidak punya tenaga lagi dan kini ia kembali tertunduk dengan tubuh yang semakin gemetar. Melihat Amanda terluka saja sudah membuatnya shock dan terlebih sekarang saat Anna hilang dari pandangannya, salsa benar-benar tidak kuat menghadapi ini semua.

"Sekarang kita gimana, sal?" Lirih Amanda menatap salsa di depannya.

Salsa hanya diam, meski begitu air matanya tampak mengalir semakin deras, tangis salsa kembali pecah, tidak lama ia menggeleng sebagai jawaban pertanyaan Amanda. Salsa meremas dadanya, ia kini menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi. Salsa menyalahkan dirinya yang tidak bisa menjaga Anna. Salsa menyalahkan dirinya yang lebih memilih menuntaskan misi itu dibanding menolong Anna yang bertaruh nyawa. Dan salsa menyalahkan dirinya karena membiarkan Anna terjatuh tanpa ia sadari.

Sementara buliran air mata yang keluar dari mata Amanda itu adalah bentuk perpaduan antara sakit kehilangan Anna dan rasa sakit kakinya yang kian bertambah setiap detiknya. Jika disatukan, sakit di kakinya ini tidak ada apa-apanya dibanding sakitnya melihat sahabat yang selalu ada tiba-tiba hilang begitu saja.

Amanda membiarkan kakinya yang terluka dan lebih memilih beringsut ke tepi tebing untuk mencari sekali lagi sahabatnya itu. Amanda dengan air mata yang berlinang dan tangan yang masih gemetar, ia melirik ke bawah dengan napas tidak beraturan. Matanya mulai menjelajahi setiap objek di sana sambil menyebut nama Anna dan berharap panggilannya disahuti.

Salsa yang melihat itu terdiam, terlebih saat pandangan matanya tidak sengaja tertuju pada darah yang bercucuran dari luka di kaki Amanda. Seketika itu saja tangis salsa berhenti, dan detik itu juga ia menarik Amanda untuk menjauh dari tepi tebing itu.

JEJAK LANGKAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang