()()()
Anna terkesiap dan langsung berlari mendekati Amanda. Dia kemudian bersimpuh di samping Amanda yang terbaring dengan pelipis yang tampak berdarah. Mata Amanda perlahan terpejam dan ringisannya mulai berhenti, berganti dengan kepanikan Anna yang terus memanggil namanya.
Jantung Anna seketika berdegup kencang. Dia menepuk pipi Amanda berulang kali, mencoba membuat sahabatnya itu membuka mata. Namun Amanda tidak bergeming, bahkan sekuat apapun Anna mengguncang bahunya, mata itu tetap terpejam.
Salsa ikut mendekat, memposisikan dirinya di sebelah kanan Amanda. Tangannya terulur mengusap pipi Amanda, memandangi wajah Amanda yang tidak bergeming itu. Terlihat jelas salsa begitu khawatir bahkan buktinya tangannya tampak memucat dan gemetar ketika mencoba meletakkan kepala Amanda di pangkuannya.
Darah di pelipis Amanda masih mengucur, belum ada tanda akan mengering. Salsa dengan perlahan mengusap darah itu dengan bajunya, air matanya kemudian menetes menandakan dia panik dan khawatir.
"Sal, Amanda nggak apa-apa kan?" Tanya Anna yang sudah berlinang air mata.
Salsa menoleh lalu mengangguk ragu. Namun, Anna tidak mengartikan itu seolah Amanda baik-baik saja. Anna lantas berdiri, dia mengarahkan senternya sekeliling mencoba mencari bantuan.
"Kita harus segera mengobatinya, sal. Amanda harus diobati." Ujar Anna gusar.
Salsa mengangguk lemah. "Tapi ini bukan daerah yang kita kenal, na. Kita tidam tahu dimana tempat yang bisa mengobati Amanda."
Anna mengacak rambutnya lalu menggigiti kukunya menandakan dia panik, Anna berjalan mondar-mandir mencari ide. Sementara salsa terus berdoa untuk kesembuhan Amanda, dia juga mencoba mengobati sebisanya luka di pelipis Amanda dengan obat merah yang selalu berada di tasnya itu.
Tidak lama Amanda terdengar meringis, matanya yang tadi terpejam kini terbuka secara perlahan. Sontak hal itu membuat Anna mendekat dan duduk di sampingnya.
"Amanda?" Sebutnya bernapas lega.
Amanda mencoba bangkit dan duduk sambil memegangi kepalanya dengan tangan. Matanya kemudian ia edarkan ke sekeliling yang gelap, mencoba mengenali dan mengingat apa yang baru saja terjadi.
"Amanda, ada yang sakit?"
Anna beringsut mendekati Amanda, memegangi kaki Amanda yang malah membuat Amanda terlonjak kaget dan mengaduh seketika. Dia meringis seraya memegangi kakinya.
"Sakit, bego!" Sungutnya memukul kepala Anna.
"Apa yang sakit?"
"Kaki gue!" Serunya menunjuk kakinya yang tidak sengaja dipegang Anna. "Awas sana!"
Anna menggeser tubuhnya sedikit menjauh, "Masih ada yang sakit?"
Amanda memejamkan matanya, masih dengan tangan yang berada di kepala dia menggeleng. Amanda kemudian menyandarkan tubuhnya sambil meluruskan kakinya yang berdenyut ngilu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK LANGKAH
Fantasy(Cerita ini sedang direvisi) (Judul awal : Mari Berpetualang) _ Kisah ini berawal dari tiga remaja yang datang terlambat ke sekolah. Mereka yang takut mendapatkan hukuman dari guru BK, memutuskan untuk mencari tempat persembunyian. Namun bukannya ru...