{}{}{}
Usai perdebatan panjang, akhirnya ketiganya memilih beristirahat sebentar di kamar itu.
Masih dengan menggunakan seragam sekolah ketiganya terbaring kelelahan, kedua mata mereka menatap langit-langit kamar itu dengan keheningan. Tidak tahu entah apa yang masing-masing mereka pikirkan, tapi dari raut wajah mereka yang lesu menunjukkan bahwa mereka pasti tengah memikirkan tentang semua keanehan yang dialami hari ini.
Tidak dapat dipungkiri ini sungguh mengganggu pikiran mereka, menimbulkan pikiran aneh yang hingga kini makin menghantui. Tidak terasa hampir empat jam mereka berada di lingkungan baru ini, tidak terpikirkan bagaimana beberapa jam kemudian yang akan mereka lewati.
Amanda menolehkan kepalanya pada Anna yang berbaring disebelahnya, wajah sahabatnya itu terlihat sedih bahkan sudut matanya berair. Amanda dapat melihat Anna menyeka air matanya dengan kedua tangan, dia terlihat benar-benar terpukul dengan semua ini.
Amanda tahu Anna pasti ketakutan ditempat ini, buktinya sejak memasuki rumah ini dia hanya diam dan menundukkan kepala. Amanda pun sebenarnya merasakan hal yang sama, bahkan karena ketakutan itu dia sekarang hanya memasrahkan semua yang akan terjadi. Dia hanya bisa berharap bisa kembali, meski otaknya mengatakan itu tidak mungkin.
Amanda meraih tangan Anna, dia menggenggamnya erat dan memberikan semangat pada Anna melalui tatapan. "It Will be okay."
"Kita siapa sih sebenarnya?" Salsa tiba-tiba berucap setelah sekian lama berkutat dengan pikirannya. Dia menolehkan kepala pada Amanda yang berbaring di sampingnya. "Apa kita masih manusia?"
Anna langsung bangkit begitu mendengar perkataan Salsa yang mengejutkan tersebut. Dia menatap salsa tanpa berkedip seolah pernyataan itu terdengar benar adanya.
Amanda duduk termenung, terperangah mendengar dugaan yang baru saja salsa utarakan. "Jadi kini kita bukan lagi manusia?" Lirih Amanda menatap keduanya.
"Jangan berkata seperti itu." Marah Anna tidak suka mendengarnya. "Kita masih manusia, kita masih diri kita sendiri."
"Tapi perkataan Amanda ada benarnya, Na." Ujar Salsa. "Kita mungkin saja bukan manusia lagi."
Anna berdiri dari duduknya, tatapannya terlihat penuh emosi pada salsa. "Atas dasar apa lo berkata seperti itu? Kita ini masih manusia, tidak ada yang bisa membantahnya!"
"Lo kalau udah putus asa, jangan coba pengaruhi pikiran gue!" Tunjuknya pada salsa. "Gue nggak suka dengan pikiran buruk lo itu."
"Terus kenapa kita kayak gini? Kenapa kita bisa berada disini, na?!" Balas Salsa menatap Anna dengan tak kalah emosi. "Bukankah ini sudah membuktikan kalau raga kita saat ini bukan lagi raga yang seutuhnya? Jika kita masih manusia, harusnya kita berada di sekolah saat ini!"
Anna memijit pelipisnya. "Kita hanya terjebak ditempat ini sal, kita masih manusia. Suatu saat kita akan kembali menikmati aktivitas seperti biasanya."
Salsa tertawa kecil. "Kembali? Lo masih yakin dengan perkataan 'kembali' itu? Semua itu hanya omong kosong, na!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK LANGKAH
Fantasy(Cerita ini sedang direvisi) (Judul awal : Mari Berpetualang) _ Kisah ini berawal dari tiga remaja yang datang terlambat ke sekolah. Mereka yang takut mendapatkan hukuman dari guru BK, memutuskan untuk mencari tempat persembunyian. Namun bukannya ru...