03. Rumah

1.5K 247 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


()()()

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama, dan setelah melewati berbagai hal selama perjalanan tadi, kini perlahan mereka mulai bernapas lega ketika mulai mendengar riuh suara anak-anak dan sesekali terdengar gelak tawa dari pondok di tengah sawah itu.

Ketiganya kini berhenti, memandang ke arah yang sama. Melihat orang-orang yang ada disana, lalu sejenak mereka kompak terkagum dengan kehangatan yang tercipta diantara orang-orang itu. Bahkan pemandangan yang ada disini semakin membuat ketiganya tidak henti mengedipkan mata berulang-ulang, ini sungguh indah dan belum pernah mereka lihat dengan jelas seperti sekarang.

Sudut bibir salsa terangkat membentuk sebuah senyuman, tangannya bahkan melambai membalas sapaan orang-orang disana. Dan itu untuk kesekian kalinya membuat Amanda dan Anna terdiam dan terbengong saling melempar pandang. Salsa sepertinya tidak sadar dengan keanehan itu.

"Mereka mengenali kita juga?" Amanda mengernyit heran. "Mereka barusan menyapa kita kan?"

"Sepertinya begitu." Anna mengusap tengkuknya mulai takut dan bingung.

"Kita ditawari makanan tuh, ayo kesana!" Salsa masih dengan tidak sadarnya dengan semua keanehan itu berniat mendekat dan menerima tawaran tersebut.

"Sal." Cegah Anna menahan tangannya yang mulai melangkah ke sana. "Ingat, kita sekarang berada dimana! Jangan melakukan hal apapun, tetap disini."

"Apa salahnya sih, cuma ikut makan doang sama mereka, nggak melakukan hal lain."

Anna menghembuskan nafas lelah. "Lo barusan sadar nggak kalau mereka juga mengenali kita?" Tanya Anna yang dibalas tatapan bingung oleh salsa. "Ini semakin aneh, sal."

"Mereka mengenali kita?"

Amanda menatap salsa gemas. "Bahkan tadi dia memanggil nama lo."

"Hah? Serius? Kok gue nggak tahu?"

"Ya, mana mungkin lo tahu kalau fokus mata dan pikiran lo sedari tadi hanya tertuju pada makanannya." Sahut Anna melipat tangannya ke dada.

"Kok mereka bisa tahu juga sama kita? Berarti mereka mengenali kita? Sama kayak bapak yang tadi?" Ujar Salsa bertanya semakin tidak mengerti.

Matanya kembali melirik orang-orang yang tadi sempat menyapa, bahkan sebagian dari mereka hingga kini masih memanggil dengan tangan terangkat menunjukkan makanannya, menawari untuk ikut makan bersama.

Salsa mengusap belakang kepalanya, bulu kuduknya kini merinding tanpa disadari. "Gue jadi takut." Lirih salsa langsung memutuskan kontak mata dari orang-orang itu.

JEJAK LANGKAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang