Sejak awal perintah itu turun, Ming Yu An sudah memiliki firasat yang buruk. Nada santai Yang Mulia Raja—sang ayahanda—saat menunjuknya sebagai perwakilan, untuk menghadiri pertemuan di Kerajaan Monat sudah cukup mengganjal hati. Ditambah seringai dan pelukan yang jarang Pangeran Mahkota An Jong In berikan. Semua itu membayangi kepalanya setiap kaki kudanya memijak tanah.
Maka, saat perjalanannya sudah separuh, ia memutuskan untuk membuat kudanya berbalik arah. Kembali pada Kerajaan Sonne yang terlihat megah, meski dilihat dari jarak yang jauh. Napasnya tercekat melihat Paviliun Desolate yang kosong dan berantakan.
“Wonwoo! Wonwoo! Jeon Wonwoo!”
Berulang kali sang pangeran berteriak memanggil nama sang kekasih. Berjalan serampangan menyusuri balkon, dimana Wonwoo biasa belajar bermain Guqin. Namun, tidak ada Wonwoo di sana, tidak ada siapa-siapa. Kakinya berlari menyusuri sekitar paviliun dan melihat salah satu dayang, yang biasa melayani pujaan hatinya.
“Dayang Choi,” panggil Ming Yu An.
Dayang yang dipanggil otomatis langsung menghentikan langkahnya. Membungkuk hormat pada sang Pangeran. “Ya, Pangeran, ada yang bisa hamba bantu?”
“Dimana Wonwoo?” tanya Ming Yu An, dengan nada setengah cemas.
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan pangeran, Dayang manis itu langsung menundukkan kepalanya semakin dalam. Ia ingin berlari kabur dari hadapan Ming Yu An, namun Pangeran itu langsung meraih lengannya.
“Dimana Wonwoo? Katakan!”
“Tuan Muda Wonwoo di bawa oleh Pangeran Mahkota,” jawab Dayang Choi dengan suara bergetar.
Kepanikan yang melanda Ming Yu An langsung memuncak. Ia melepaskan lengan si Dayang begitu saja, dan berlari dengan panik menuju istana utama. Napasnya semakin memburu seiring dengan kakinya semakin memacu dengan cepat.
Ming Yu An kecolongan. Ia tahu suatu saat hal ini pasti akan terjadi. Kakaknya—bahkan nyaris setiap orang yang berada di bawah naungan Kerajaan Sonne—sangat membenci kehadiran Wonwoo di istana. Kedatangannya sejak awal sudah sangat ditentang. Hanya karena keberadaan Ming Yu An yang senantiasa di sisi, semua orang enggan mengusik Wonwoo secara langsung. Dan tega-teganya An Jong In dan Raja An Joon Gi membuatnya pergi dari istana, agar mereka bisa bebas melakukan keinginannya pada Wonwoo tanpa halangan.
“Wonwoo! Won—” Napas Ming Yu An tercekat melihat keadaan si cantik yang sudah di batas ambang kesadarannya.
“Oh, Pangeran Ming Yu An, kenapa kamu kembali? Apa pertemuannya dibatalkan?” tanya Raja, saat melihat salah satu pangerannya datang. Bibirnya mengembang membentuk seringai, kala matanya menangkap sinar kemarahan dari si bungsu.
Laki-laki bertubuh besar yang berdiri di halaman utama istana langsung membalikkan badannya. Tangan kanannya langsung melepas potongan besi yang baru saja dipanaskan. Manik hitamnya langsung beradu pandang dengan manik sang adik. “Ming Yu ...”
Pedang bermata dua itu keluar dari sarungnya. Berwarna putih mengkilap yang berpendar bahkan di kegelapan. Pada pangkalnya tertulis ‘Feuer’, sebagai penanda bahwa itu adalah pedang yang ditempa khusus untuk sang pangeran kedua.
“Ming Yu, ini ... ini tidak seperti yang kamu pikirkan!” seru An Jong In.
“Yang Mulia, sepertinya Pangeran Ming Yu An benar-benar marah,” bisik Kasim Kim, pada sang raja yang terlihat tidak terusik dengan pedang Feuer yang terhunus.
“Biarkan saja ... aku ingin lihat, bagaimana kedua putraku menangani masalah,” sahut Raja santai.
Disana, tepat di sisi Pangeran An Jong In, laki-laki cantik kesayangan Pangeran Ming Yu An berada. Kedua tangannya terikat pada tiang, mulutnya disumpal dengan kain. Banyak bekas terbakar yang terlihat di kedua tangan, perut, leher bahkan pipinya. Rambut panjangnya terurai acak-acakan. Dalam keadaan setengah sadar, sayup-sayup ia dapat mendengar suara Ming Yu An yang memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We're TOGETHER Again || Meanie
FanfictionPada akhirnya, Kim Mingyu yang akan selalu melindunginya. Melindungi Jeon Wonwoo. Fantasy || Romance