Jika kemarin Mingyu rajin karena bangun pagi di hari sabtu. Kali ini ia lebih rajin lagi karena meski minggu, ia datang ke kampus. Atas permintaan Wonwoo untuk melihat keadaan Yang Yang—laki-laki itu tidak bisa dihubungi sejak semalam.
Dengan menyodorkan isi chatnya dengan Profesor Jeon, akhirnya Mingyu di beri kunci untuk masuk ke perpustakaan. Ia sudah diberitahu kalau Yang Yang tinggal di bawah gedung itu. Pintunya ada di barisan buku yang jarang di datangi para murid.
Tidak ada kata sandi atau apapun yang mengunci pintu di sudut rak itu. Mingyu dengan ragu membukanya. Aroma amis darah langsung menusuk indra penciuman Mingyu. Spontan mengenakan lengannya untuk menutup hidung. Dengan hati-hati ia melangkah masuk. Ruangan itu hanya di sinari oleh cahaya dari luar yang merembet masuk dari celah-celah atap. Remang-remang.
Wonwoo bilang hanya ada satu kamar di sana. Mingyu melihatnya, pintu kamar itu terbuka dengan lebar. Napasnya terasa berat saat melihat jejak darah di lantai. Lantas semua praduganya menjadi nyata, saat melihat laki-laki yang dicarinya tergeletak tidak berdaya.
“Hyung! Hyung!” Mingyu meraih tubuh itu dengan panik. Separuh tubuh Yang Yang terlumuri darah yang sudah mengering. Kulitnya yang sejak awal sudah sangat putih, kini tidak ada bedanya dengan warna kertas. Mingyu pikir laki-laki itu sudah tiada. Namun, saat tangan Mingyu menyentuh dadanya, meski samar dan sangat lemah, ia dapat merasakan kalau jantung itu masih berdetak.
Mingyu buru-buru meraih handphonenya dan segera menghubungi nomor darurat.
***
Suara ambulans yang datang menarik perhatian Wonwoo dan Seungkwan, yang sedang menikmati udara pagi di taman. Awalnya mereka berdua masih bisa tersenyum dan mengobrol. Namun, saat mata melihat Mingyu melompat turun dari dalam ambulans. Senyum-senyum itu menghilang.
“Hyung!” jerit Seungkwan panik, saat Wonwoo tiba-tiba bangkit dan bergegas berlari. Bahkan infus yang masih terpasang di tangannya, langsung terlepas karena ditarik dengan paksa. Membuat punggung tangan Wonwoo berdarah.
Seolah melupakan rasa sakit yang sedang di alaminya. Ia berlari dengan kalap. Tubuhnya langsung ditangkap oleh Mingyu saat tangannya akan meraih pintu UGD.
“Prof ...” panggil Mingyu sedih. Ia mengeratkan pelukannya, saat laki-laki itu memberontak. Ingin masuk ke dalam sana.
“Itu ... Yang Yang?” lirih Wonwoo pilu. Matanya senantiasa memandang ke dalam ruang, yang terbatas oleh kaca buram. Air matanya mengalir deras tanpa bisa di tahan. “Yang Yang .... Yang Yang ...”
Mingyu mengusap punggung Wonwoo dengan sayang. Membisikkan kata-kata penenang. Bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahwa Yang Yang akan selamat.
***
“Aku rasa memang Profesor Jeon adalah sang Black Robe. Sudah berapa hari Black Robe tidak muncul, padahal dia berjanji akan fokus untuk kasus kematian Kim Jennie dan Sekretariat. Pantas saja jika dia bilang kalau dia juga memiliki kesibukan yang lain,” ujar Seungcheol. Ia sampai begadang memikirkan hal itu, sejak Jihoon dan Seokmin memberitahu. Namun, memang Profesor Jeon terlalu mencurigakan. Dilihat dari usia dan jabatannya yang tidak sesuai. Selamat dari insiden jatuh, meski kepalanya nyaris pecah. Laki-laki itu hanya koma selama satu hari.
“Apa yang kamu dapat soal Yang Yang?” tanya Seungcheol mengubah topik. Ia memandang Jisoo yang tidak pernah lepas dari tablet silvernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We're TOGETHER Again || Meanie
FanfictionPada akhirnya, Kim Mingyu yang akan selalu melindunginya. Melindungi Jeon Wonwoo. Fantasy || Romance