Di saat Jun dan Chan semakin terdesak akibat kalah perihal jumlah. Wonwoo datang lengkap dengan jubah dan topengnya. Para pemberontak yang bertarung dengan dua anggota SDI itu masih muda. Sebagian besar kekuatan mereka tidak terasah dengan baik. Ikut menyerang mungkin hanya sebatas pelampiasan karena selama ini tidak bisa bebas menunjukkan kekuatan. Jadi, itu bukanlah hal sulit untuk Wonwoo memukul mundur mereka semua. Mengamankan ruangan di mana Yang Yang masih tertidur dengan lelap.
“Seungkwan.” Wonwoo langsung menghampiri adiknya yang masih memeluk Yang Yang dengan erat—menangis karena takut dan juga cemas. Ia mengubah kembali pakaiannya dan memeluk sang adik dari belakang. Seungkwan sempat terkejut dan ingin mendorong tubuh si pemeluk, namun kembali tenang setelah mendengar suara yang ia kenal. “Ini hyung, ini hyung. Semua baik-baik saja, mereka sudah pergi.”
“Hyuuung~” Laki-laki gempal itu berbalik dan memeluk Wonwoo dengan erat.
“Kamu sudah melakukannya dengan baik, Kwan-a. Kamu hebat,” puji Wonwoo, menepuk bahu Seungkwan dan melepaskan pelukannya. Di hapusnya air mata yang membasahi pipi tembam itu.
“Apa Mingyu sudah ketemu?” tanya Jun, dengan napas terengah. Selama menjadi anggota SDI, baru kali ini ia bertarung mati-matian. Cakar-cakar yang ia rawat selama ini nyaris patah karena intesitas pertarungan. Kehadiran Chan yang menemaninya juga tidak membantu banyak. Anak itu hanya manusia biasa, terdampar di SDI karena kesalahan pamannya saat menempatkan surat lamaran.
“Sudah, dia kuantar pulang ke rumahnya,” jawab Wonwoo. Cahaya matanya sedikit meredup saat mengingat pertengkaran singkatnya dengan Mingyu. Namun, ia segera melupakannya dan menoleh pada Yang Yang. “Bagaimana keadaannya? Masih belum ada tanda-tanda akan bangun?”
“Tadi Yang Yang hyung kejang lagi,” sahut Seungkwan pelan.
“Profesor, Seungcheol hyung menitipkan ini.” Chan tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Setengah takut ia berjalan menghampiri Wonwoo. Memberikan sebuah map pada orang yang tidak ia sangka adalah Black Robe.
Ada sedikit bercak darah pada map dan Wonwoo langsung membukanya. Isi map itu berisi mengenai apa yang terjadi pada Yang Yang. Ditulis sendiri oleh Jung Soo. Bercak darah itu menjelaskan kalau berkas ini adalah salah satu dokumen yang Jung Soo bawa kabur dari Aula Putih.
Yang Yang berada di bawah pengaruh mantra yang membuatnya tertidur dan yang bisa membangunkannya hanyalah Yang Yang sendiri. Caranya adalah dengan membuat Yang Yang menyadari kalau yang ia alami dalam mimpi adalah palsu.
Dalam lembaran kertas itu juga tertulis kemungkinan besar, apa yang sedang Yang Yang mimpikan. Hingga membuatnya betah tertidur dan mengabaikan dunia yang sedang kacau.
“Bahkan di saat terakhirnya, dia masih sangat mempedulikan kami,” lirih Wonwoo, mengingat betapa baiknya Jung Soo.
Cara membuat Yang Yang sadar adalah dengan masuk ke alam bawah sadarnya.
“Masuk ke alam bawah sadar? Itu teknik yang susah,” ucap Jun spontan, saat membaca baik terakhir dalam kertas itu. Kepalanya menoleh pada Wonwoo yang termenung.
“Setidaknya kita harus mencoba. Bukan hal yang mudah untuk mengetahui apa yang terjadi pada Yang Yang—bahkan Yang Mulia White Robe sekalipun.” Wonwoo memberikan map itu pada Seungkwan yang berdiri di sisinya.
Jantungnya berdegup kencang saat meraih tangan sahabatnya yang tidak tertusuk infus. Ia pernah mempelajari teknik memasuki alam bawah sadar seseorang, namun ini adalah kali pertama ia praktekkan. Tidak pernah terlintas di kepalanya kalau Yang Yang menjadi objek percobaan pertamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We're TOGETHER Again || Meanie
FanfictionPada akhirnya, Kim Mingyu yang akan selalu melindunginya. Melindungi Jeon Wonwoo. Fantasy || Romance