Aroma wangi itu menyeruak masuk dalam indra penciuman Mingyu. Merayunya untuk melangkah berani menaiki anakan tangga, hingga kini ia berdiri tepat di depan pintu. Ia menarik napas dalam sebelum mengulurkan tangan untuk membuka pintu secara perlahan.
“Profesor?!”
Di sana, tepat di tengah-tengah ruangan. Seorang laki-laki dengan wajah mirip Profesor Jeon sedang duduk. Mengenakan pakaian era kerajaan yang indah dan rambut panjang, yang membuatnya terlihat seperti perempuan. Jemari lentiknya sibuk memetik senar-senar dari alat musik di depannya. Tenang. Terlihat tidak terganggu dengan kehadiran orang asing di sana.
Mingyu memberanikan diri untuk melangkah mendekat. Ia berjongkok di hadapan laki-laki itu dan terpana. Satu kata yang menggambarkan sosok di hadapannya saat ini. Cantik. Sangat cantik. Satu tingkat lebih cantik dari Profesor Jeon yang sedang ia perjuangkan. Mungkin karena rambutnya yang panjang dan juga jepit yang menahan helaian rambutnya, agar tidak menghalangi pandangan.
“Profesor,” panggil Mingyu lembut.
Namun, tidak ada jawaban. Laki-laki itu masih sibuk dengan dunianya sendiri. Begitu khusuk memainkan jemari lentiknya.Pintu di belakang mereka terbuka. Dan seorang dayang berjalan masuk. Membungkuk begitu hormat pada laki-laki yang kini menghentikan gerakan jarinya. Teralih oleh suara pintu.
“Maaf mengganggu, Yang Mulia,” ucap dayang itu dengan sopan.
“Ada apa, Nyonya Choi?”
Mata Mingyu membola tidak percaya. Suara orang yang mirip Profesor Jeon itu begitu lembut. Sama seperti Profesor yang ia kenal. Dan pikirannya mendadak bercabang kemana-mana. Tentang siapa laki-laki di hadapannya ini.
“Pangeran Ming Yu An sudah kembali, dia meminta Yang Mulia untuk menemuinya di taman belakang.”
Bibir itu mengembangkan senyum yang begitu lebar dan manis. Senyum penuh kebahagiaan yang tidak pernah Mingyu lihat. Dan tunggu, apa tadi laki-laki itu menyebut nama Pangeran Ming Yu An?!
Dengan semangat laki-laki itu berdiri, mengecek wajahnya pada cermin besar di pojok ruangan. Lantas meraih jubah biru yang tergantung di dinding. Saking semangatnya, jepit yang ia kenakan terjatuh tanpa ia sadari.
“Eh, tunggu! Prof—”
Mingyu meraih jepit itu dan berniat menyusul. Namun, kakinya mendadak tidak bisa digerakkan. Ia melihat sekelilingnya dengan panik dan berusaha keras menggerakkan kakinya. Napasnya tercekat melihat bayangannya di cermin. Itu masih wajahnya, namun dengan busananya yang berbeda.
“Bagaimana—”
Bayangan pada cermin itu tiba-tiba berubah secara acak. Cepat. Seperti kaset yang sudah rusak. Berisi tentang laki-laki mirip Profesor Jeon dan—apa itu Pangeran Ming Yu An?
Seperti memori yang di masukkan dengan paksa. Kepala Mingyu terasa sakit seolah kepalanya akan pecah. Ia bahkan tidak sadar kalau kakinya sudah di gerakkan. Melangkah menjauh dari cermin dan jatuh tersandung oleh guqin di tengah ruangan. Hal terakhir yang ia lihat adalah seorang laki-laki, yang sayangnya tidak bisa ia lihat dengan jelas. Karena pandangannya menggelap.
***
“Ada apa, Yang Mulia?” Kim Jong Woon muncul tepat di sisi Wonwoo yang masih terlihat syok. Matanya melihat laki-laki yang terbaring tidak sadarkan diri. “Pangeran? Apa yang terjadi?”
Wonwoo menggelengkan kepalanya. Ia mengambil jepit di tangan Mingyu dan menyimpannya dalam saku. “Tolong katakan pada Profesor Cho, aku membawa Mingyu kembali ke penginapan.”
“Baik, Yang Mulia.”
Kabut hitam tipis terlihat mengelilingi Wonwoo dan Mingyu. Lantas dalam sekejap keduanya menghilang dari dalam ruangan sakral itu. Dan muncul kembali di penginapan, tepatnya di kamar Wonwoo—mengingat sang profesor tidak tahu kamar Mingyu yang mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We're TOGETHER Again || Meanie
FanfictionPada akhirnya, Kim Mingyu yang akan selalu melindunginya. Melindungi Jeon Wonwoo. Fantasy || Romance