• V o t e & C o m m e n t , y a ! •
_________________
Pagi ini Hina menepati janji untuk bertemu dengan Vincenzo. Tepat pukul tujuh pagi, Hina mengundang Vincenzo untuk sarapan bersama di balkon private. Ia berfirasat Vincenzo akan membuat kesepakatan baru."Good morning, queen!"
Suara Vincenzo membuyarkan fokus Hina yang sedang memilih bunga-bunga mawar terbaik untuk dipajang di lobi hotel.
"Gaun itu cocok sekali untukmu, Hina." Vincenzo tersenyum dan menegak kopi pahitnya.
Tentu saja Hina senang, gaun satin merah muda pemberian Vincenzo sengaja Ia kenakan pagi ini. Dipadu dengan scarf hitam yang Ia pesan dari Paris.
"Aku penasaran kesepakatan apa yang kali ini ingin kau buat."
Hina menelan potongan waffle. Vincenzo tertawa kecil lalu mengeluarkan sapu tangannya.
"Kau tak bisa lebih imut dari ini kan. Aku bisa terpesona jika tiap hari bertemu denganmu, Hina."
Vincenzo menempelkan sapu tangannya pada ujung bibir Hina yang tersisa madu dari potongan waffle tadi.
"Aku gunakan sapu tangan agar tak merusak riasanmu, Hina. Setidaknya kali ini, aku tak menjamin keselamatan riasanmu lain kali jika kita tidak berada di balkon yang terbuka."
Vincenzo dan segala gombalannya yang berhasil membuat pagi Hina semanis madu.
"Aku ingin membuat kesepakatan baru. Pertama, aku ingin kau mencarikan aku wanita yang menyelamatkanku hingga berhasil berlayar ke Amerika. Kedua, aku ingin pindah ke kamar di ujung barat sana. Kamar 909 yang masih terkunci." Ucapnya.
Vincenzo tau Hina adalah seorang yang jeli. Ia tak mungkin mengatakan tujuan utamanya pindah ke Hotel Glory yakni untuk mengambil peti berisi emas yang disembunyikan Fabio Cassano di ruang bawah tanah Hotel ini lima tahun yang lalu.
"Mudah bagiku, sekarang katakan apa imbalannya?" Balas Hina.
"Aku akan membantumu membangun toko ramuan baru seperti yang kau impikan. Tentu bangunan tua itu tak memenuhi harapanmu, bukan?"
Vincenzo menyebut toko obat yang baru Hina mulai di sebuah bangunan tua berdinding putih tepat di seberang hotel.
"Baiklah, tapi kali ini aku ingin membangun toko di luar daerah ini. Di sebuah desa di belakang gunung sana, bagaimana?" Hina membuat tawaran yang cukup sulit mengingat akses ke belakang gunung memang sangat terbatas.
"Tentu saja. Aku meminta permintaanku ini, tujuh hari dari sekarang." Tegas Vincenzo.
"Tiga hari."
Hina menyeruput teh melati. Ia memiliki kuasa yang cukup untuk memenuhi permintaan Vincenzo dalam tiga hari.
Dalam sehari, kamar yang dipesan oleh Vincenzo telah siap ditempati. Sebuah kamar istimewa tempat Fabio bermalam selama di Korea.
Kamar itu memiliki akses view di utara dan barat hotel, balkon luas berbentuk siku dan tentu saja pintu rahasia menuju ruang bawah tanah yang hanya diketahui oleh Fabio dan Vincenzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐔𝐍 & 𝐆𝐋𝐎𝐑𝐘 ✓
Fanfiction𝙄𝙣𝙨𝙥𝙞𝙧𝙚𝙙 𝙗𝙮 𝙑𝙄𝙉𝘾𝙀𝙉𝙕𝙊 & 𝙈𝙧. 𝙎𝙪𝙣𝙨𝙝𝙞𝙣𝙚 Vincenzo Cassano, seorang mafia berdarah Korea yang mewarisi jaringan perdagangan manusia milik ayah angkatnya kembali ke Korea. Ia terpikat oleh pesona wanita misterius pemilik Hotel...