6 ▪︎ ADRENALINE

899 194 83
                                    

Vote & Comment , ya ! •
_______________________________

Adrenaline rushing through my veins
I forgot all the pain


Dua bulan kemudian—

"Hina.."

Wanita yang dipanggil itu tengah mengamati keadaan di sekitar hotel, dengan dress hitam glamour berenda putih.

Ia tak menoleh bahkan ketika panggilan kedua terdengar dari ujung pintu.

"Ini aku, Vincenzo."

Hina meneguk wine yang berada di genggamannya. Tatapannya menajam mengikuti pergerakan barisan bodyguard yang menjaga ketat Hotel Glory.

"Kau masih marah padaku?" Ucap Vincenzo dengan nada flirty seperti biasanya.

Kedua tangan Vincenzo telah siap mendarat di bahu indah Hina, sayang kali ini bukan waktu yang tepat untuk bermesraan.

Dengan gesit Hina meraih pedang sabre dan mengayunkannya ke arah Vincenzo. Ujung pedang itu menahan pergerakan Vincenzo.

"Katakan apa urusanmu sebenarnya? Ingin menguasai Hotel Glory?" Hina dan low tone yang mengintimidasi.

Pandangan Vincenzo seketika berubah menjadi serius. Lelaki itu melonggarkan kerahnya, merusak penampilan rapi.

"Kau dan trust issue itu lagi." Bisik Vincenzo kemudian menurunkan pedang itu dengan satu jarinya.

Hina melempar pedang, meluapkan kemarahannya dengan menegak sisa wine pada gelas.

Tak bohong jika beberapa waktu belakangan Trust Issue itu menyiksa Hina. Ia tak bisa tidur tanpa liquor atau tiga butir pil tidur.

Memang gila, setelah menemui fakta bahwa Vincenzo lebih memilih menyelamatkan Hideko daripada dirinya.

Kemudian penyerangan Hotel Glory kedua oleh gangster yang disewa oleh Jennie demi menculik Jisoo, wanita yang tahu terlalu banyak soal politiknya.

Kemudian masalah Niki dan trauma masa lalu yang kerap membuatnya berteriak tanpa sebab di asrama, hingga akhirnya dipulangkan sementara ke Glory.

"Lalu kau berharap aku tetap tenang di situasi gila ini?"

Hina memejamkan mata, menahan agar emosinya tak meledak.

"Aku akan mengatasi semuanya, Hina. Kau hanya perlu tenang dan mengikuti alurnya."

Srrsh!

Hina kembali mengayun sabre hingga ujungnya berada beberapa centi dari wajah Vincenzo.

"Apa yang kau inginkan, Hina?" Vincenzo menunjukkan ekspresi tak paham.

Beberapa bulan ini Hina menjauh dari semua orang. Berbagai masalah menjeratnya, terlebih setelah pertemuan pertamanya dengan Jennie sebulan lalu.

"Apa yang aku inginkan?" Rose menunjukkan smirk layaknya rubah licik di hadapan Vincenzo.

"Rising up to higher."

𝐆𝐔𝐍 & 𝐆𝐋𝐎𝐑𝐘 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang