JANGAN LUPA KASIH DUKUNGANNYA, DENGAN CARA VOTE AND COMEN CERITA INI:)
****
"Senja memang indah, tapi keindahan hanya sementara. Seperti kamu, hanya mampu singgah tanpa menetap." ~ Caramel Ardelinna****
"Gue tuh masih gak ngerti sama jalan pikiran lo. Masih banyak cowok diluaran sana yang suka sama lo, tapi kenapa lo ngarepin si Alaska itu mulu si?"
Suara Icha yang tidak ada capek-capeknya sedari tadi terus saja memarahi gadis didepannya, yang sudah beberapa ini tampak tidak punya gairah untuk hidup. Bahkan cara makannya saja sekarang terlihat ogah-ogahan.
"Namanya juga suka. Terus aku harus gimana?" tanya balik Caramel.
"Ya, elo harus cari cowok lain lah. Si Dava, misalnya. Dia suka sama lo 'kan?"
Caramel mengangguk. "Tapi 'kan, aku sukanya cuma sama Alaska. Aku juga udah coba buat gak suka lagi sama Alaska, tapi entah kenapa semakin aku mau lupain malah makin aku gak bisa lupain Alaska."
Icha mendengus, berbicara dengan Caramel memang harus punya kesabaran ekstra. Icha hanya kesal saja dan khawatir terhadap perasaan Caramel. Dia hanya takut Caramel akan terus-terusan di sakiti oleh cowok itu. Padahal banyak cowok-cowok yang mengantri untuk bisa berdekatan dengan Caramel. Tapi sayang, Caramel nya saja yang terlalu bodoh, mengharapkan sesuatu yang tidak pasti bisa di genggam olehnya.
"Dengerin gue." Icha mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap netral Caramel yang kini juga menatapnya."Gak usah ngejar-ngejar orang yang gak mau dirinya lo kejar, kaki lo terlalu berharga untuk menginjak ribuan duri tempat lo berlari."Caramel menghembuskan nafasnya. Lalu, pandangannya beralih ke arah pojok kantin yang terdapat segerombolan cowok yang terlihat rusuh sendiri di antara yang lain.
"Alaska itu bukan sekedar cowok yang aku suka. Tapi, dia juga adalah orang yang dulu gak akan biarin aku nangis." lirih gadis itu.
"Kalo lo mau nyoba buat dekat sama cowok lain, gue bisa bantu." tawar Icha setelah menandaskan minumannya.
Satu jam lalu, lebih tepatnya satu jam lima belas menit. Caramel mengirim pesan pada Alaska hanya sekedar untuk menanyakan kabar cowok itu. Tapi, pesannya itu tak kunjung mendapat balasan. Caramel juga tidak banyak berharap Alaska akan membalas pesannya. Lihat saja centang dua yang terdapat di pojok kanan bawah, sampai sekarang masih saja berwarna abu-abu.
Hari-hari Caramel rasanya begitu berat dengan keabsenannya untuk tidak mendekati Alaska. Bahkan kini gadis itu tengah bergulat dengan pikirannya antara menghampiri Alaska atau tidak.
"Jangan, Mel." kata Icha melihat netra Caramel yang terus memandang ke arah segerombolan cowok yang sudah jelas terdapat cowok yang sudah membuat Caramel uring-uringan seperti ini. "Lo tuh sebenernya bisa, tapi lo nya aja yang gak mau berusaha buat lupain Alaska."
"Dari pada galau kayak gini terus, mending pulang sekolah kita hangout sama temen-temen yang lain." Usul Icha yang terus saja mengeluarkan suara dari mulai marah-marah gak jelas, dan menasehati Caramel yang susah move'on.
"Ayok cabut, engap gue dari tadi rebutan udara sama pengunjung kantin." lanjut Icha mengajar Caramel pergi dari kantin.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA RASA: (GONE)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ------- Caramel adalah murid pindahan dari Bandung. Gadis manja yang bisa dibilang hidupnya sangat sempurna, dengan segala kasih sayang dari ayah dan ibunya. Segala yang dia inginkan pasti terealisasikan dengan mudahny...