Chapter 6.

34 5 0
                                    

BUDIYAKAN VOTE DULU SEBELUM MEMBACA<3

SALAM SAYANG DARI AKU YANG SEDANG SEMANGAT NULIS. APA KABAR?

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM:
@Amelloy__

________________

"Jika menjadi kunang-kunang tidak bisa menggapai Bulan, maka aku akan menjadi bintang yang selalu menemani bulan kala gelap."

***

"Atu, oh-- atu." Terdengar suara yang berasal dari sebuah layar monitor, yang menampilkan serial upin dan Ipin yang terkenal dengan kepala botaknya, yang di biarkan begitu saja menyala oleh sang pemilik.

"ALASKA, CEPETAN TURUN. MAKAN DULU." Sebuah lengkingan suara yang berasal dari ibunda tercinta, tak mampu membangunkan Alaska yang sedang tertidur pulas di sopa. Dia malah mengeratkan pelukannya pada bantalan sopa.

Tia, yang tidak mendapat sahutan dari anaknya, langsung menghampiri dimana Alaska berada. "Alaska, makan dulu Sanah. Tumbenan jam segini udah tidur," ucap Tia. Dia menggoyangkan tubuh Alaska yang masih tidak mau bangun.

"Iya mah," sahut Alaska, yang sudah terduduk dengan mata yang masih terpejam.

"Ayo cepetan, Zoa udah nungguin kamu tuh di meja makan."

"Zoa ada di sinih?" Tanya Alaska. "Iya makanya cepetan. Sanah cuci muka dulu." Alaska mengganguk, kemudian beranjak untuk mencuci mukanya.

"Zoa, ayok makan nak," ujar Tia yang melihat Zoa malah mengendong Arka, adik dari Alaska yang baru berumur tujuh tahun.

"Iya Tante." Zoa memindahkan Arka pada tempat duduk di sebelahnya.

"Hai," sapa Alaska pada Zoa.

Zoa tersenyum sekilas melihat Alaska.  Lalu membantu mengambilkan nasi untuk Arka, bocah laki-laki yang selalu menempel padanya.

"Bangun tidur?" Tanya Zoa.

Alaska mengangguk seraya menaruh nasi pada piring miliknya.

"Gimana sekolah kalian? Baik-baik aja  'kan?" tanya Pram pada Alaska dan Zoa.

"Baik-baik aja kok, Om. Kemarin juga 'kan Alaska menang Olimpiade sains." jawab Zoa.

Pram tersenyum bangga atas apa yang sudah dicapai oleh Alaska. Tidak sia-sia dirinya mendidik Alaska dengan keras. "Bagus, kamu harus pertahanan prestasi itu. Jangan buat Papah sama Mamah kecewa." Kata Pram.

Alaska tidak membalas ucapan Pram. Lelaki itu hanya diam sambil melanjutkan makanya. Jujur saja, selama ini Alaska sudah muak dengan segala tekanan yang di berikan Pram padanya. Bagai Burung dalam sangkar, Alaska tidak pernah diijinkan untuk bebas, segala sesuatunya sudah Pram atur untuk dirinya.

Setelah acara makan malam. Alaska membawa Zoa ke taman belakang rumahnya, yang terdapat kolam ikan yang cukup besar. Di sana mereka hanya memberi makan ikan tanpa adanya obrolan sama sekali. Zoa yang sibuk dengan memberi makan ikan, dan Alaska yang sibuk memerhatikan gerak-gerik Zoa.

Zoa yang sadar sedang di perhatikan Alaska langsung menoleh dan tersenyum. "Kenapa?" Tanya Zoa membuat Alaska tersadar.

"Gak papa, gue cuma seneng liat lo kayak gini. Rasanya kayak ngeliat bidadari yang jatuh dari pohon." Seloroh Alaska.

AKSARA RASA: (GONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang