Chapter 4.

39 7 0
                                    

JIKA ADA TYPO TOLONG KASIH TAU;)

****

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari sepuluh menit yang lalu. Koridor sekolah pun sudah tampak sepi yang hanya menyisakan beberapa murid yang mengikuti eskul. Begitu juga dengan gadis berkepang dua yang terus melangkahkan kakinya sepanjang koridor sehabis keluar dari ruang eskul tikom yang diikutinya baru semingguan lalu. Tak ayal mulutnya bergumam mengikuti lirik lagu yang terdengar di kedua pasang earphone-nya.


*Foto hanya pemanis

Caramel menghentikan langkahnya. Mendongak guna melihat langit yang berwarna kelabu, lalu tangan Caramel menengadah merasakan rintikan air  yang mulai menghujani lapangan dengan deras. Gadis itu melepas sepasang earphone yang terpasang di telinganya dan menyimpan benda tersebut kedalam tas beserta ponselnya yang kehabisan baterai.

Gadis itu tampak berpikir, lalu tak lama Caramel mengambil ancang-ancang berniat untuk menerobos derasnya hujan menuju halte depan sekolah yang jaraknya cukup jauh dari tempatnya berdiri. Caramel mulai menghitung dalam hati. hitungan ketiga saat salah satu kaki Caramel sudah menapaki genangan air yang tercipta, disaat itulah Caramel kembali berbalik dan hampir terjatuh ketika seseorang menarik tangannya dengan keras.

Caramel sedikit meringis, sesaat hampir saja lututnya menyentuh lantai yang basah, andai saja tidak ada yang menahan tubuhnya.

"Lo buta? Gak liat itu lagi hujan?" Tanya sosok tersebut dengan suara beratnya.

Caramel lantas berdiri, menjauhkan diri dari tangan sosok didepannya. "Aku liat dan aku tau kalo sekarang lagi hujan."

"Itu artinya lo bodoh, udah tau lagi hujan ngapain mau langsung nerobos kayak gitu? lo mau sakit? Mau bikin nyokap bokap lo khawatir?!"

Caramel menatap lelaki didepannya. Gadis itu mengulum senyumnya saat sadar ternyata lelaki itu masih sama seperti dulu. "Termasuk kamu?"

Lelaki itu diam, mengalihkan pandangannya enggan melihat Caramel yang sedang berusaha menahan diri untuk tidak tersenyum.

"Waktu gue terlalu berharga untuk cuma khawatirin lo!" Ujar lelaki itu.

Caramel tak mengindahkan ucapan Alaska. "Bilang aja kalo kamu memang peduli sama aku." Ujar Caramel dengan melirik Alaska.

"Ngarep banget!" Ketus Alaska.

"Cie, tau aja kalo aku ngarep kamu peduliin." Cetus Caramel.

Alaska melirik Caramel malas. Rasanya setiap kali mendengar lontaran kata yang keluar dari bibir gadis itu selalu membuat Alaska merasa kesal. Apalagi sudah satu Minggu ini Caramel selalu mengganggu ketenangannya. Dengan mengirimkan spamchat yang isinya tidak penting sama sekali. Membuatkannya sarapan yang setiap pagi kadang sudah ada di mejanya dengan selembar note kecil yang tertulis ucapan selamat pagi. Menghampirinya saat jam istirahat, dan masih banyak lagi.

"Banyak hal yang lebih berguna yang bisa gue lakuin dari pada ngurusin lo yang gak pernah jelas kelakuannya." Kata Alaska.

"Iya emang kelakuan aku gak jelas, tapi tentu aja kalo rasa suka aku sama kamu itu jelas..."

"Nah, ini nih.. yang bikin hidup lo gak jelas, suka sama orang yang jelas-jelas gak suka sama lo!" Ujar Alaska dengan menekan kalimat akhirnya.

AKSARA RASA: (GONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang