9. Rasa Bersalah Takut Eli Kenapa-Kenapa

409 151 45
                                    

Cerita ini hanyalah fiktif belaka













"Apa aku boleh ikut?" tanya Jamal.

"Boleh banget." Eli semangat.

"Kenapa?" Jaka menyela.

"Ada sesuatu yang perlu dibicarakan dan juga aku sudah lumayan lama tidak berkunjung ke rumahmu, Jaka."

"Udahlah, Jaka. Biarin, dia mau silaturahmi." ucap Eli mencoba merayu Jaka agar Jamal diperbolehkan ikut pergi bersama mereka.

"Saya tidak tanya kamu." ketus Jaka.

Setelah mengurus sawah, Jaka dan Eli berboncengan ke rumah beserta Jamal dengan motornya sendiri. Serupa yang dibicarakan dia tadi, Eli mampir sebentar di rumah Jaka untuk memindahkan sisa lauk ke wadah milik Jaka. Walaupun rantang bukanlah tupperware, yang namanya kepunyaan emak wajib dijaga baik-baik jika ingin selamat dunia akhirat.

Ketika sampai, Eli segera membuka pintu dan tersentak saat menyadari jika rumah Jaka tidak terkunci. Lantas dia menoleh ke belakang dengan raut muka tidak selownya.

"Loh? Lo gak kunci rumah?" kaget Eli.

"Tidak." sahut Jaka dengan ekspresi santai sambil turun dari motor.

"Gak takut apa kalau maling masuk?"

"Siapa yang mau mencuri? Saya tidak menyimpan apa-apa yang berharga."

"Tetap aja harus dikunci, gimana kalau harimau tiba-tiba masuk?"

"Kenapa kamu mendadak khawatir? Bukannya waktu itu kamu pernah mendobrak paksa rumah saya?"

"Ya... tapi itu kan udah berlalu, kenapa harus banget pake diungkit-ungkit melulu gitu ih?" kata Eli malu-malu dengan semburat merah yang mulai menyebar di pipi.

"Yasudah, silakan masuk. Tunggu apa lagi?"

Selama memanyunkan bibirnya dengan rasa geer tingkat dewa, Eli mengandai-andaikan berbagai kemungkinan yang akan menjadi alasan Jaka melakukan hal yang lumayan membahayakan tersebut. "Atau jangan-jangan lo sengaja gak kunci rumah biar lain kali gue bisa langsung masuk waktu gue mau ya?"

"Kalau mau berpikiran seperti itu, silakan saja." Jaka yang sudah terlalu penat untuk meladeni tingkah menyebalkan plus tidak jelas dari Eli, tanpa babibu langsung menyongsong cewek itu dan masuk lebih dulu.

Masih dengan kepedean yang melampaui batas, Eli mesam-mesem seraya berkata, "Ternyata lo perhatian juga ya. Tapi tenang aja, gue gak akan mencoba untuk masuk lagi. Karena sekarang rumah lo udah gak guna dan gue tau rumah lo bukan jalan keluarnya. Gue juga gak masalah berlama-lama di sini karena nyatanya semua gak seburuk itu."

Asalkan sekarang ada bodyguard yang ngikutin gue kemana-mana— Eli

Eli ikut jalan ke dalam rumah tatkala Jamal melewatinya. Jaka dan Jamal duduk di sofa sedangkan Eli melengos ke dapur dan riuh mencari-cari piring. Sehabis ketemu, dia lantas mengeluarkan makanan dari rantang dan memindahkannya. Lalu meletakkan piring ke meja makan dan menutupnya dengan tudung saji.

Eli melihat-lihat sekeliling dapur sambil menyandarkan pinggangnya di kursi dan mengawasi kedua lelaki yang hanya duduk masih belum juga membuka mulut sejak tadi dia membuat kegaduhan di dapur. Jamal yang merasa diamati sontak membalas tatapan Eli dan Jaka segera menoleh ke arah pandangan Jamal waktu dia menangkap Jamal sedang memandang sesuatu di belakangnya.

"Hey, kapan kamu mau pulang?" seru Jaka agak ditekan.

"Kenapa? Sabar dong, gue juga barusan sampe." kata Eli sedikit jengkel dan tersinggung lantaran perkataan Jaka seperti tengah mengusirnya.

1983 [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang