# 2 MA『Karena aku...』

1.7K 237 5
                                    

Malam ini lumayan tenang. Saat ini, Reki berada di warung ramen yang biasa ia kunjungi. Sendirian. Menikmati waktu dan juga ramen yang ada dihadapannya.

Reki sedikit melamun sembari menyantap makanannya sampai tangan seseorang yang membawa mangkuk ramen dan menaruhnya tepat disampingnya membuatnya tersadar.

"Tapi... Aku tidak memesan ini." ujar Reki saat ia pikir yang menaruh mangkuk ramen itu adalah salah satu pegawai disana.

"Yo!" pria berambut hijau serta mempunyai badan kekar itu menyapa Reki sembari duduk disampingnya.

"Joe."

My Apologies

____________________

Karena aku baik hati dan tidak sombong...


































Jadi aku mau ngasih tau

Vote chapter ini sebelum lanjut

Karena...
































.


























































Kalian bisa loncatin chapter ini soalnya ini sama kayak anime nya...

Yang mau nerusin baca dipersilakan ~

Makasih ^^

"Turnamen utama dimulai hari ini. Apakah kamu tidak datang?" tanya Joe memulai percakapan. Dia khawatir dengan permainan skate nya Langa di malam sebelum kualifikasi, ditambah Reki yang tak datang ke 'S' selama beberapa malam dan juga ia tak sengaja ambil dengar percakapan Miya dan Shadow membicarakan tentang Langa dan Reki yang memiliki sedikit masalah.

"Aku tidak mendaftar." jawab Reki jengah. Tidak bisakah membicarakan hal lain selain skateboard? Dirinya sedang tak ingin mendengarnya.

"Tidak apa-apa jika kamu hanya menonton, jadi mampirlah." ujar Joe yang masih berusaha membuat Reki untuk setidaknya melihat pertandingan turnamen itu.

"Tinggalkan aku sendiri. Aku... tidak lagi..." Reki menatap pantulan dirinya dalam kuah ramen didepannya, betapa menyedihkannya dia saat memikirkan permainan skate semua orang nampak berkembang sedangkan dirinya masih di tempat yang sama.

"Reki." baiklah, Joe ikut jengah menghadapi sikap keras kepala Reki. Dia tak ingin melihat seseorang mengalami sesuatu yang menyakitkan akibat skateboard, baginya cukup si 'mata empat' temannya itulah yang mengalami hal seperti itu didepan matanya.

"Jangan pernah berakhir sendirian." pesannya dengan nada serta raut wajah yang serius.

"Hah?"

.

.

.

.

Di tempat lain, Langa berada di meja makan bersama dengan Ibunya. Beberapa hidangan yang dibuat Ibunya malam ini begitu menggugah selera. Namun, sepertinya Langa tak bisa menikmatinya. Dia menatap makanan didepannya dengan tatapan kosong, mengunyah makanannya perlahan dalam diam.

My ApologiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang