'Yabai, kenapa aku menangis.' Reki menghapus air matanya yang secara tak sadar mengalir setelah kemenangan Langa.
Air mata itu bukan untuk melambangkan kebahagiaan atas keberhasilan temannya itu, melainkan kesedihan serta keinginannya untuk berada disamping Langa.
Dia tak ingin jadi 'pendukung' dan hanya melihat bagaimana temannya berkembang. Dia ingin mengalami kemajuan bersama temannya. Melewati pahit manisnya pengalaman, dan mengukir kenangan indah yang bisa dia ceritakan kembali suatu saat nanti.
Tapi, dia sadar. Itu tidak bisa. Langa sudah jauh berada di depannya. Teman-temannya yang lain pun pasti sudah mengalami banyak kemajuan. Dan dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat perkembangan skating Shadow yang jauh lebih baik darinya sekarang. Sudah berakhir.
"Aku harus pergi." gumamnya sambil mulai berjalan. Tidak bagus kalau sampai Langa menemukannya kembali.
Dengan pikiran kosong, Reki membiarkan kakinya mengarahkannya untuk pulang. Dia sudah memikirkan hal ini berulang-ulang. Dan sekarang dia yakin sepenuhnya.
Dia tak akan datang lagi ke arena 'S'.
♣ My Apologies ♣
Suasana riuh mewarnai perjalan Reki menuju gerbang utama 'S'. Semua orang membicarakan pertandingan yang sedang berlangsung.
"Cherry menyamai Adam!"
"Sangat cepat!"
"Dia bahkan seri dengan Adam!"
"Apa dia setara dengan Adam?"
"Kamu luar biasa, Cherry!"
'Yappari, hanya aku yang tidak luar biasa.' batin Reki tak bosan memikirkan hal itu. Kalau dia memaksakan untuk terus datang ke 'S' mungkin dia akan mengalami masalah mental, dan sebelum itu terjadi lebih baik dia menghentikannya dari sekarang.
Sebelum keluar dari arena 'S', Reki menghampiri salah satu penjaga yang berdiri diam disana. Mengeluarkan pin, identitas yang biasanya dipakai untuk masuk kesana dan menyerahkannya. Setelah itu Reki kembali berjalan.
"Apa benar tidak apa-apa?" Reki mendengar si penjaga itu menanyakan hal itu saat dirinya belum terlalu jauh.
"Tidak apa-apa... Sekarang." jawabnya tanpa membalikkan badannya. Reki terus berjalan dengan tanpa memikirkan apapun lagi.
"Huufft~" Reki menghela nafas lega, seakan beban yang dia tanggung kini lenyap setelah dia memberikan pin itu.
"Reki!"
'Apa itu? Duh, Kyan Reki berhentilah memikirkan Langa.' Reki menggelengkan kepalanya pelan, mengusir suara Langa yang sempat terdengar olehnya. Apa dirinya terlalu lelah sampai-sampai dia mendengar suara Langa memanggil namanya.
Ah... Reki jadi mengingatnya lagi kan. Saat berlatih dulu, Langa sangat sering memanggil namanya. Seperti, 'Reki! Lihatlah!' atau 'Waahh! Aku bisa melakukannya, Reki!' dan juga 'Reki itu luar biasa yaa.'
Dulu, berlatih bersama Langa adalah hal yang paling menyenangkan. Semenjak Langa datang, skateboard yang tadinya hanya seperti hobi biasa kini memiliki arti lebih. Tapi sekarang berbeda. Skating Langa berkembang pesat dan melampaui dirinya. Memikirkannya hanya membuat Reki ingin menangis.
Secara mendadak tubuh Reki dihantam dari belakang disertai dengan tangan yang melingkari pinggangnya.
"Reki." suara khas itu menyapa telinganya lembut dan surai halus kebiruan itu menyentuh wajah Reki diiringi dengan kepala yang bersandar pada bahunya.
Tanpa banyak berpikir Reki tau siapa yang sedang memeluknya.
"Langa."
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Apologies
Historia Corta{ 4 } 「Diselesaikan」 "Itu hanya berarti kau akan mengingkari janji denganku, kan?! Apa kau tahu betapa aku ..." Dibawah lampu jalan dengan hujan sebagai saksinya, pertengkaran pertama mereka berawal. Langa sungguh tak mengerti kenapa Reki harus sema...