# 9 MA『Yang Sebenarnya』

1.1K 153 12
                                    

Matahari bersinar memancarkan cahaya hangatnya, udara dingin pagi hari perlahan memudar disaat mentari terus menampakkan diri.

Di Minggu yang cerah ini, Reki berjalan menuju garasi tempatnya bergulat dengan hal per-skateboard-an. Ia hampir tak bisa mengingat sebagian besar obrolan kemarin malam, yang ia ingat hanya suara tawa ketiga adiknya dan juga Langa.

Mengingat hal itu membuat Reki terkekeh. Pasalnya dia yang bangun lebih dulu mendapati Langa yang duduk terdiam dengan ekspresi bingung ditambah rambut bangun tidurnya itu yang menambahkan kesan lucu pada pemuda berdarah Kanada itu.

"Reki."

"Pfft-" Reki yang berusaha keras menahan tawanya terlepas kala mendengar suara Langa yang baru saja bangun. Suaranya serak dan seperti anak kecil.

"Ada apa? Kenapa kau tertawa?"

"Tidak, tidak ada apa-apa. Bangunlah, Kaa-san menyuruhmu untuk sarapan disini."

"Oh." Langa akhirnya bangun, namun kesadaran sesaat hilang mengakibatkan dia kehilangan keseimbangan atas dirinya.

"Langa!" Reki segera berlari dan menopang tubuh yang sedikit lebih besar darinya itu agar tidak terjatuh.

"Duh, bahaya sekali. Jangan langsung berdiri seperti itu." omel Reki, temannya ini bukan hanya ceroboh dalam hal skateboard saja, di kehidupannya ternyata juga tak jauh berbeda.

Langa hanya diam dan perlahan menyandarkan kepalanya pada bahu Reki. "Dimana adik-adik mu?"

"Mereka sedang bersama Kaa-san. Hora, cepatlah-"

"Kalau begitu, biarkan aku seperti ini sebentar." ujar Langa yang kini memeluk Reki.

"O-Oi, kau ini kenapa-"

"Hanya sebentar. Sebentaaar saja." Langa berucap seraya mengusalkan kepalanya. Tangannya itu makin mempererat pelukannya, membuat kehangatan dari tubuh Reki menyebar padanya.

Hembusan nafas Langa terasa hangat saat menyentuh kulitnya-

"Gaah! Apa, apa yang barusan kupikirkan sih?!" Reki menggelengkan kuat kepalanya, mengusir pikiran aneh yang singgah sejenak tadi.

Tujuan awalnya yang hendak merapikan garasinya kini terhenti saat melihat pintu garasi itu terbuka sedikit.

Reki yakin ia menutupnya semalam, walaupun tidak ia kunci. Tapi sebelum ini ia juga tak pernah mengunci garasinya dan semua baik-baik saja.

'Mana mungkin ada pencuri, kan?' batinnya sambil mengedarkan pandangannya, mencari suatu hal yang mencurigakan.

Koyomi baru saja mengambil ice cream yang Langa bawakan semalam itu melewati teras dan tak sengaja melihat kakaknya yang tengah melihat kesana kemari. "Ada apa, Onii-chan?"

"Koyomi, kau masuk ke sini ya?" tanya Reki langsung.

Koyomi sempat terdiam sejenak lalu tak berapa lama kembali seperti biasanya. "Tidak."

Bohong. Kemarin Langa menyuruhnya bersembunyi disana bersama kedua adiknya.

Adiknya yang terus mengacak-acak garasi kakaknya itu membuatnya tak tahan, kalau sampai kakaknya melihat garasi berantakan di keesokan harinya dia lah yang akan menjadi tersangka pertama.

Dengan sedikit kasar, Koyomi memaksa kedua adiknya keluar dari sana. Melihat keadaan sejenak, memastikan bahwa Langa dan kakaknya itu telah keluar dari rumah. Lalu setelahnya dia menyuruh adiknya memasuki rumah.

Tak ia sangka, setelah itu dia lupa menutup kembali garasinya. Kecerobohannya ini membuatnya dalam masalah saja.

"Tunggu, Koyomi-" Reki menarik nafas lelah. Setidaknya ia bisa meminta bantuan adiknya untuk mencari hal mencurigakan tapi adiknya ini malah pergi begitu saja.

My ApologiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang