Sekarang hari Sabtu. Mumpung sekolahnya libur, Langa berniat mengunjungi rumah Reki untuk membicarakan sesuatu.
Walau hari masih pagi tapi Langa sudah terlihat rapi. Menggunakan celana jeans biru andalannya, kaus hitam panjang lengkap dengan kemeja plus parfum yang dia semprotkan sedikit pada bajunya.
"Wah wah... Masih pagi tapi sudah rapi, kau mau kemana? Jangan-jangan... Kencan?" ujar Ibu Langa yang tiba-tiba masuk ke kamarnya sambil menggodanya.
"Kaa-san." menyebut ini kencan sepertinya kurang tepat. Langa bukan mau kencan, dia hanya ingin menemui Reki.
"Apa tidak apa-apa kalau hanya begini?" tanya Langa meminta pendapat pada Ibunya mengenai pakaian yang ia pakai saat ini. Pakaiannya tidak terlalu simpel, kan?
"Hm! Kau menawan. Seperti biasanya, haha.." ujar Ibunya sambil menggodanya lagi yang diakhiri tawa garing.
"Tapi, kau beneran mau kencan?" tanyanya lagi sedikit khawatir. Setaunya, Langa itu tidak bisa dekat dengan perempuan walaupun banyak perempuan yang mendekatinya. Jujur saja melihat Langa seperti ini membuatnya bahagia.
"Mana mungkin. Aku ingin... Mendatangi rumah teman." jawab Langa sembari memerhatikan dirinya dalam cermin dihadapannya.
"Walah, kau berdandan seperti ingin mengencani seseorang."
"Apa terlalu kelihatan?" tanya Langa, rasanya dia terlihat seperti biasanya kecuali untuk parfum. Langa sengaja memakainya.
"Tidak juga, sih. Anakku memang selalu seperti ini." Ibunya berkata sambil merangkul lengan anaknya.
'Langa tumbuh sangat cepat, sebentar lagi akan ada tangan orang lain yang merangkulnya seperti ini.' batin Ibunya Langa melanjutkan ucapannya. Rela tidak rela, mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas, suatu saat dia harus melepaskan Langa dari genggamannya.
"Kaa-san." Langa meraih tangan Ibunya, menggenggamnya lembut saat dia melihat ekspresi Ibunya dari pantulan cermin. Ibunya itu suka over thinking, jadi Langa bisa menebak kalau barusan Ibunya pasti memikirkan hal yang belum saatnya dipikirkan.
"Rumahnya siapa, hm?" tanya Ibunya sambil merapikan sedikit pakaian Langa.
"Teman."
"Iya, kau sudah mengatakannya tadi. Tapi, siapa?"
"Rumahnya."
"Ayolah, kau tidak pernah memberi tau Kaa-san siapa namanya. Kau selalu mengganti namanya dengan kata 'dia'. Sekarang beritau Kaa-san, siapa namanya?" tidak tau kah Langa betapa penasarannya sang Ibu. Sampai-sampai sang Ibu gemas sendiri menunggu Langa keceplosan mengucap nama si 'dia', sayangnya hal itu tak pernah terjadi. Saat hampir mengucapkannya, Langa seakan-akan tersadar dan langsung menggantinya dengan kata 'dia'.
Langa yang melihat Ibunya menatapnya dengan mata berbinar akhirnya menyerah. "Reki, lho..."
Sang Ibu terdiam, mengingat kembali. Sepertinya Langa pernah menyebutkan nama itu. "Apa dia yang bermain skateboard denganmu?"
"Iya. Kaa-san tau kan skateboardku patah, jadi aku ingin memintanya memperbaikinya.. Tapi-"
"Kenapa?" Langa yang tiba-tiba terdiam sembari menundukkan kepalanya itu membuatnya bertanya. Kenapa lagi anak satu-satu nya ini? Padahal barusan baik-baik saja.
"Aku takut dia marah." Langa berkata sambil mengangkat kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca.
"He-Hey, kau tidak perlu menangis." dengan sigap sang Ibu mengusap mata anaknya, menghilangkan air mata yang hendak jatuh dari sana.
"Habisnya... Reki membuatkannya untukku dan aku seenaknya mematahkannya. Bagaimana... Kalau dia marah padaku?" Langa memejamkan matanya, yah.. Dia akan membicarakan hal itu dengan Reki. Hal yang paling dia hindari untuk dibicarakan. Reki memang selalu tersenyum, tapi kalau urusan ini apa dia akan tetap tersenyum? Bagaimana kalau Reki marah lagi padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Apologies
Kısa Hikaye{ 4 } 「Diselesaikan」 "Itu hanya berarti kau akan mengingkari janji denganku, kan?! Apa kau tahu betapa aku ..." Dibawah lampu jalan dengan hujan sebagai saksinya, pertengkaran pertama mereka berawal. Langa sungguh tak mengerti kenapa Reki harus sema...