Please don't be a silent readers.
~
"Mau ke mana?"
Adsila yang sudah siap dengan setelan blazer yang dipadu-padankan dengan celana kulot jadi berhenti, ia menatap Bihan dengan embusan napas. Berbicara dengan Bihan adalah hal yang sekarang-sekarang ini Adsila hindari. Bukan tanpa sebab, karena Adsila merasa tenaganya akan terkuras habis jika berbicara dengan pria itu. Pembicaraan yang tak pernah berakhir baik, karena selalu akan berujung pada pertikaian.
"Bukan urusan Om."
Bihan menyingkirkan laptopnya dari pangkuan, ia menatap Adsila tenang seperti kebiasaan-kebiasaan sebelumnya. Panggilan om sudah tak ia hiraukan lagi. Sebodoh amat, Bihan sudah tak peduli dengan panggilan yang diberikan oleh wanita itu. "Mau ke mana?"
Mendengar Bihan yang masih saja bertanya membuat Adsila mendengkus kesal karena pria itu begitu ingin tahu sekali dengan urusannya. "Udah dibilang kalau ini bukan urusan Om!"
"Jawab aja, kamu mau ke mana?"
"Om sadar enggak sih kalau baju saya itu-itu aja?" tanya Adsila sewot, ia sudah kesal sendiri sedari tadi karena Bihan tak henti-hentinya bertanya.
"Saya sadar. Pertanyaan saya, kamu mau ke mana?" tanya Bihan lagi, ia masih sabar menanti jawaban dari pertanyaannya.
"Saya mau pulang, baju dan barang-barang saya masih ada di sana!"
"Tunggu di sini."
Bihan langsung berdiri, ia melangkah lebar ke dalam kamar. Adsila sendiri hanya bisa mengernyit melihat tingkah pria itu. Sungguh tidak jelas, itu yang baru saja ia gumamkan dalam hati.
Tak ada lima menit, Bihan sudah kembali dengan hoodie yang membalut tubuh tegapnya. Kerutan di kening Adsila makin tampak ketika ia melihat penampilan Bihan saat ini.
"Om mau ngapain?" Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari bibir mungil Adsila.
"Katanya kamu mau pulang."
"Iya, terus kenapa?"
"Ayo, saya antar."
Dengan cepat Adsila langsung menggeleng pertanda ia menolak keras untuk diantar oleh Bihan. "Enggak, enggak perlu, saya bisa sendiri!"
"Sekalian, saya juga mau ke kantor."
Mendengar itu, Adsila langsung memperhatikan penampilan Bihan dari atas sampai bawah. Pakaian kasual yang pria itu kenakan sama sekali tidak menandakan kalau ia memang ingin pergi ke kantor.
"Ke kantor pakai hoodie?" tanya Adsila tak percaya.
"Bebas, itu kantor saya."
Adsila mendengkus. "Enggak perlu repot-repot pakai antar saya segala, saya bisa berangkat sendiri."
"Kamu enggak bisa dengar ya kalau saya sekalian mau ke kantor?"
"Ya udah, silakan. Silakan Om pergi ke kantor, saya juga bisa berangkat sendiri."
"Cepat," kata Bihan yang langsung berjalan pergi seolah tahu kalau Adsila akan mengikutinya. Benar saja, tak lama dari kepergiannya, Adsila ikut mengambil langkah menyusul Bihan walau ia terlihat ogah-ogahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
WEDLOCK [END]
Любовные романыAdsila dan Bihan, dua insan yang terpaksa harus terikat ke dalam ikatan pernikahan. Dua manusia yang harus menekan ego demi menuruti kemauan orang tua masing-masing. Dua jiwa yang harus terjun ke dalam hubungan sakral karena sebuah perjodohan. Tingg...