BAB 07

6.8K 568 7
                                    

Please don't be a silent readers.

~

Bihan membuka hendel pintu apartemen dibarengi dengan salam yang terucap dari bibirnya. Tak mendapatkan balasan salam membuat Bihan langsung tahu kalau apartemen ini masih kosong, tidak ada makhluk hidup di dalamnya. Sudah dapat dipastikan juga kalau Adsila belum kembali pulang dari butiknya.

Bihan melangkahkan kakinya masuk ke dalam, suasana yang begitu hening di dalam apartemen membuat langkah kaki Bihan begitu terdengar dengan jelas.

Setelah meletakkan tasnya di atas sofa, tangan Bihan terangkat untuk membuka ikatan dasinya, setelahnya, Bihan langsung mengambil duduk sebentar.

Hari ini Bihan memang pulang lebih awal dari biasanya. Biasanya Bihan selalu memilih pulang jam sepuluh malam, tapi kali ini ia bahkan sudah pulang padahal jam masih menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

Bukan tanpa sebab Bihan melakukan itu, tadi pagi ia sudah pergi lebih pagi dari biasanya dan meninggalkan Adsila sendirian tanpa menyiapkan sarapan untuk wanita itu, maka dari itu sekarang ia memilih untuk menebus perbuatannya dengan pulang lebih awal untuk memasakkan makan malam untuk wanita itu.

Adsila memang menyuruhnya untuk mengurus hidup masing-masing saja, Adsila memang menyuruhnya agar tidak mengurusi urusan wanita itu, tapi tetap saja, sudah menjadi kewajiban Bihan untuk memberikan wanita itu makan guna memenuhi haknya sebagai seorang istri dan menjalankan kewajiban dirinya sebagai seorang suami.

Setelah cukup dengan istirahatnya, Bihan kembali bangkit, kali ini sambil mengambil tasnya lalu berjalan ke arah ruang kerja. Di ruang kerja itulah Bihan baru meletakkan tasnya kembali. Setelahnya, ia langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa sudah kotor. Membayangkan air hangat membasuh tubuhnya dan membawa rasa penatnya hilang saja sudah membuat Bihan senang sendiri.

Tak sampai lima belas menit, Bihan sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah, aroma segar dari sabun yang dikenakan menyeruak seolah makin memperjelas kalau pria itu memang baru saja melakukan ritual mandinya.

Bihan melirik jam dinding, kemudian embusan napas keluar dari mulutnya ketika sadar kalau di jam sembilan seperti ini Adsila belum juga kembali pulang.

Seperti permintaan Adsila, Bihan memang mencoba menurutinya. Mencoba agar tidak terlalu mengatur hidup wanita itu. Tapi tetap saja, Bihan masih kesulitan, mengingat kalau sekarang wanita itu adalah istrinya dan sudah menjadi tanggung jawabnya.

Bihan memegang perutnya yang baru saja berbunyi. Astaghfirullah, bahkan ia jadi melupakan tujuan awalnya mengapa ia memilih untuk pulang lebih awal.

Setelah menjemur handuknya, Bihan langsung berjalan ke arah dapur untuk menyiapkan makan malam. Untung saja di dalam kulkas masih ada sayuran yang masih bisa untuk digunakan. Sayurannya memang sudah tidak lagi segar, tapi masih sangat bisa untuk digunakan. Mungkin kalau menunggu esok hari, sayuran itu akan benar-benar tidak layak lagi untuk dikonsumsi.

Setelah melihat bahan-bahan, Bihan memutuskan untuk membuat cah kangkung, mengingat kalau sekarang juga sudah malam. Lagi pula, masakan itu tidak terlalu menguras waktunya dan tidak begitu merepotkan.

Bihan mulai bersiap dengan alat dan bahannya. Ia melakukan semuanya seorang diri, dari mencuci semua bahan, memotong sayur dan bahan-bahan lain, mencucinya, sampai akhirnya ia memasak dan meracik bumbunya sendiri. Bihan melakukannya sendiri tanpa melihat resep yang sudah pasti dapat ia temukan jika saja ia mau mencarinya di internet.

WEDLOCK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang