Please don't be a silent readers.
~
Adsila merenggangkan otot-ototnya sambil sesekali mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Ia melirik ke pintu kaca balkon, melihat kalau cahaya matahari sudah menembus pada gorden tipis yang dipasang di sana membuat Adsila langsung buru-buru mengambil ponselnya.
Matanya sontak melebar ketika menyadari kalau sekarang sudah pukul setengah sebelas siang. Astaghfirullah, bahkan Adsila tidak ingat sejak kapan dirinya tertidur.
Dengan langkah yang terburu-buru, ia berjalan ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandi paginya. Tak perlu berlama-lama di kamar mandi, karena setelah itu ia sudah keluar dan merias diri dengan riasan tipis.
Dress selutut yang dipadukan dengan long coat sudah membalut tubuhnya dengan sempurna, tidak lupa juga untuknya menggunakan heels yang ukurannya tidak terlalu tinggi yang membuatnya benar-benar terlihat manis dan elegan di saat yang bersamaan.
Setelah siap, Adsila langsung berjalan ke luar kamar, baru saja ia melangkah ke luar, ia langsung mengernyitkan dahinya karena merasa kalau apartemen ini begitu kosong seperti tidak berpenghuni.
Adsila berjalan ke arah dapur, lalu ke ruang tamu, ruang kerja Bihan sampai ke kamar mandi tamu sekali pun, tapi ia sama sekali tidak menemukan tanda-tanda kehidupan di apartemen ini.
Ke mana Bihan pergi?
Suara deringan pada ponselnya mampu memecahkan keheningan apartemen ini, tanpa melihat siapa yang menelepon, Adsila langsung mengangkatnya, membuat sambungan telepon jadi terhubung.
"Halo."
"Assalamu'alaikum."
Mendengar suara salam yang begitu sopan dari wanita di seberang sana membuat Adsila langsung tahu dengan siapa dirinya bertelepon.
"Wa'alaikumussalam. Kenapa, Ra?"
Terdengar embusan napas dari sana. "Kamu di mana? Kamu lupa kalau sekarang aku ada sesi pemotretan?"
Adsila membelalakkan matanya, benar, ia lupa akan hal itu. "Ya Allah, aku lupa. Tunggu, aku berangkat sekarang!"
Belum dijawab oleh wanita di seberang sana, Adsila langsung mematikan teleponnya, lalu tangannya bergerak di atas layar untuk memesan taksi online mengingat kalau Bihan sudah tidak ada lagi di apartemen.
°°°°
"Bagaimana pemotretannya? Bagaimana dengan busana yang sudah kurancang? Kamu suka? Apa ada kendala tadi?"
Pertanyaan beruntun itu membuat wanita bergamis panjang dengan khimar yang menjuntai sampai ke pinggangnya mendengkus. "Kamu terlambat, sesi pemotretan sudah selesai."
Zahra, wanita itu yang baru saja menyahut. Ia adalah teman dekat Adsila, selain teman dekat, Adsila juga ikut merekrut wanita itu untuk menjadi model pakaian muslimah yang ia rancang.
Adsila mengembuskan napas, ia merasa bersalah kali ini.
Melihat raut penyesalan itu membuat Zahra tersenyum tipis, ia berjalan mendekat. "It's okay, semuanya berjalan lancar, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDLOCK [END]
RomanceAdsila dan Bihan, dua insan yang terpaksa harus terikat ke dalam ikatan pernikahan. Dua manusia yang harus menekan ego demi menuruti kemauan orang tua masing-masing. Dua jiwa yang harus terjun ke dalam hubungan sakral karena sebuah perjodohan. Tingg...