28

29 3 1
                                    

Ada banyak hal yang dipikirkan oleh Daehwi yang masih bisa melihat Yuri dan keluarganya saat ini. Sangat hancur hatinya ketika melihat Eunha sekarat dan penuh dengan alat tuk membantu buat si kakak bertahan hidup. Ia merasa akan sia-sia ketika pada akhirnya Eunha, menyusul dirinya. Tidak bisa!, Itu batin Daehwi dan pemikirannya pun selaras. Apa yang akan di terimanya setelah ini?.

"Apa, Nuna akan baik-baik saja?. Katakan padaku, dia gak akan di jemput kan?" Tanya Daehwi pada Mirae yang disampingnya saat ini.

"Aku tidak tahu, aku bukanlah makhluk yang tahu segalanya tentang hidup atau mati seseorang Daehwi" jawabnya

"Siapa yang ngelakuin ini?" Mata Daehwi telah memerah dan terlihat banyak dendam disana. "Enggak puas dia ngerusak semua?. Mau bermain sama Nyawa?. Gue bisa bales itu! Gue muak lama-lama sama itu cewe!"

"Kau ingin kakakmu malah akan menderita karenanya kau menyerang gadis itu? Sadar kau hampir membunuh orang?, Yang kau lakukan akan membuahkan hal yang sia-sia asal kau tahu".

"Tapi Mirae, kakak gue.." ucap Daehwi lirih.

Mirae menatap Daehwi dengan penuh kelembutan. "Hwi, aku ngerti. Tapi Tuhan gak pernah ngajarin kejahatan dibalas dengan kejahatan. Dan apa yang terjadi saat ini adalah takdir kamu gak bisa marah atau berbuat apa-apa. Kamu gak usah nyerang siapapun.. kamu itu orang baik dan berilah kesan yang baik Hwi, gadis itu akan segera menerima ganjaranya percaya padaku.."

"Gue harus apa Rae?.. kenapa gue belum juga tenang?"

"Aku pun tak mengerti, mungkin kau akan kembali bersama ku"

"Kenapa sama lu?"

"Mana aku tahu Daehwi.."

Daehwi menghela napasnya, kemudian masuk kekamar Eunha, ia duduk disebelah ranjang Eunha, menatapnya lekat-lekat. Ia sudah berusaha agar Eunha bisa hidup tenang dan bahagia. Sudah tiga tahun itu terjadi. Tetapi, Ia tak bisa menemukanya lagi saat dirinya muncul kembali di hadapan Eunha. Sebenarnya, perasaan Daehwi hancur setelah meninggalkan Yuri, sangat. Tetapi ia sadar dunianya dan dunia Yuri berbeda. Ia tak akan bisa bersamanya walau bagaimanapun caranya.

'Eunha, gue patah hati ha... Hati gue sakit dan gue liat lu kayak gini makin buat hati gue sakit..'

Hanya ada suara alat medis yang didengar Daehwi. Seorang gadis mengetuk pintu lalu membukanya pelan-pelan kemudian menuju kesamping ranjang Eunha. Posisi Daehwi dan gadis itu, berhadapan satu sama lain. Gadis itu, Yuri. Matanya sudah berkaca melihat Eunha yang berbaring lemah.

"Eonni, siapa yang melakukanya? Apa Ka Mina?, Kenapa bisa?. Eonni, cepatlah sadar dan sembuh agar Daehwi senang melihatnya, Eonni.." ucapnya duduk dan memegang tangan Eunha "Eonni denger Yuri kan?, Eonni pasti kuat. Jangan lemah Eonni ka Jihoon nunggu Eonni ka Jisung sama temen-temen Eonni.. Somi eonni nangis terus Eon.. ini udah sebulan ya Eonni disini.. Yuri mohon tunjukin perkembangan Eonni, jangan pernah berpikir untuk menyusul Daehwi, dia sudah menghilang benar-benar menghilang.." ucap Yuri sambil melihat waktu di tanganya menunjukan 29:24:35, Yuri hanya menangis dan memegangi tangan Eunha. "Eonni harus sadar, Daehwi gak mau Eonni kayak gini, dia gak akan tenang eonni Yuri mohon.."

Tangan Eunha tiba-tiba sedikit bergerak, Yuri agak terkejut "iya Eonni, Ka Jihoon juga nunggu Eonni.."

Daehwi hanya menatap Yuri, ia rasa sangat tertusuk hatinya melihat angka yang terdapat ditangan Yuri. Ia terus berpikir, bagaimana jika memang itu sisa umur dari Yuri?, matanya berkaca. Ia menatap Yuri dalam, yang akhirnya Daehwi menangis juga karena tak tahan dengan rasa sesak yang ia alami sendiri.

"Kenapa?.." ia menunduk, sambil menangis tersedu-sedu. Daehwi berdiri dan berlari menuju atap rumah sakit itu.

"Kenapa, hiks kenapa semuanya terjadi sebenarnya apa rencana mu?, aku lelah.. aku sangat lelah tak bisakah aku tenang?, biarkan gadis yang kucintai hidup, biarkan dia merasakan kebahagiaan, biarkan semua yang kucinta bahagia aku hanya menginginkan itu. Tapi mengapa itu tak terwujud juga?,apa gunanya aku berada disini?. Bergunakah aku? Aku mohon tolong aku.. " Daehwi menangis sejadinya, namun yang ia lihat hanya langit malam bagai tak peduli bagaimana kesedihan yang ia alami.

"Tolong aku.. ku mohon siapapun," Daehwi tersengguk-sengguk.

...

"Eunha," panggil Jihoon sambil mengelus surai Eunha yang masih terbaring diranjangnya kemudian mengenggam tanganya.

"Syukurlah.." mata Jihoon berkaca melihat keadaan Eunha sudah siuman. Mencium punggung tangan Eunha, kemudian duduk disampingnya, Jihoon tersenyum dan juga merasa lega.

Eunha melirik Jihoon, ia ingin mengatakan sesuatu namun, sekuat apapun ia ingin berbicara ia rasa hasilnya mustahil, ia tak mampu berbicara saat ini entah apa yang terjadi.

"Tenangin diri dulu yah.." Ujar Jihoon dengan lembut masih menggenggam tanganya menciumnya lagi "Kita mulai lagi, kali ini aku akan selalu jujur sama keadaan.." ujarnya lagi lalu tersenyum.

Perkataan Jihoon membuat hatinya lega, dan senyumanya merekah disertai anggukan. Ia bersyukur apa yang ia lakukan tak akan sia-sia dengan mempertahankanya, ia rasa ia tak akan menyesal.

Disisi lain, jantung Yuri terasa nyeri juga sesak ia tak mengerti mengapa ini terjadi padanya, ia memegang dadanya matanya membendung, yang ia ingat adalah Daehwi, yang ia rasa, ia harus mencari Daehwi. Tapi dimana sekarang Daehwi?.

'Tolong aku.. ku mohon siapapun,' mata Yuri melebar, ia segera meninggalkan kamar kakaknya, dengan menangis ia mencari dimana sumber suara yang didengarnya. Dadanya semakin terasa sakit, rasanya seperti ada yang menusuk jantungnya bertubi-tubi. Menyesakkan juga, menyakitkan.

"Daehwi dimana lu?!" Pekik Yuri atas keyakinanya bahwa Daehwi masih berada disekitar Yuri, ia tak peduli dengan pasien yang akan terganggu dengan suaranya. Yang ia pedulikan adalah suara Daehwi sosok yang ia cintai, suara yang mengantarkanya untuk segara menenangkanya.

"Daehwi!!" Air mata Yuri belum juga berhenti, ia tetap mencari lanjutan suara Daehwi. Namun, suaranya begitu lemah. Yuri yakin ia bisa menemukan Daehwi.

Sinar begitu terang mengelilingi Daehwi saat ini, Ia masih menangis dengan terduduk pasrah. Daehwi hilang arah, sebenarnya alasan Daehwi belum tenang hingga sekarang adalah dia belum ingin pergi.

Light on meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang