29

36 1 0
                                    

Sinar begitu terang mengelilingi Daehwi saat ini, Ia masih menangis dengan terduduk pasrah. Daehwi hilang arah, sebenarnya alasan Daehwi belum tenang hingga sekarang adalah dia belum ingin pergi.

...

Disaat pasrahnya Daehwi, ia dipeluk seseorang. Ia rasa sangat mengenal kehangatan yang diantarkan kepadanya. Bukan, ini bukan Yuri, bukan juga Eunha, ataupun Somi. Kehangatan yang membuatnya tenang, ia merasa selalu melakukan ini dengan seseorang, tidak hanya dirinya tapi juga Yuri.

Kehangatanya membawa ketenangan, sesuatu yang telah lama ia rindukan, tetapi ia tidak ingat apa yang ia rindukan, siapa, atau apa. Hanya, perasaanya saja yang telah melupakan sesuatu yang akhirnya ia memilih untuk mengabaikan. Bertemu dengan Yuri, mungkin salah satu kelegaan perasaanya. Namun detik ini ia merasa lebih lega, ada apa denganya?. Ia benar-benar melupakan sesuatu.

"Kita harus membakar fotonya, jika tidak kita kan membahayakan Yuri," Suaranya, Daehwi mengenal suara itu. Tetapi foto apa yang ia maksud?, dan siapa dia?.

"Disana Janji kita dibuat, dengan konyolnya kita menggunakan darah kita untuk mengikatnya, cari lalu bakar. Kalau tidak, Yuri akan menyusul kita, kamu gak mau kan Yuri meninggal?," lanjutnya lagi, Daehwi mengerutkan dari, lalu matanya melebar. "Dimana letaknya?" Tanya Daehwi.

....

POV Yuri

Aku mendengarnya, jelas itu suara Daehwi yang putus asa. Sebenarnya apa yang terjadi?, apa yang sedang ku alami?, ah yang benar apa yang sedang kami alami?. Daehwi dan diriku apakah semuanya berhubungan?.

Setelah ku ingat lagi, ibuku langsung mengenali Daehwi dan keluarganya dengan baik. Ka Youngmin juga mengenal keluarga Daehwi dan juga, Ka Chaewon juga mengenali keluarga Daehwi. Apakah, Aku dan Daehwi telah mengenal dari lama?. Bisa jadi seperti itu. Namun, mengapa aku lupa dengan Daehwi? Atau, jangan-jangan aku dan Daehwi melupakan sesuatu?. Apa yang kami lupakan?.

"YURI!! LU BISA DENGER SUARA GUE KAN?!" Suara Daehwi!, bener itu suaranya.

"HWI LU DIMANA?!," jawab ku suaranya terasa sangat dekat, dari suaranya terdengar jelas bahwa Daehwi akan memberiku sebuah perintah. Tapi, aku tak dapat melihatnya dimanapun.

"YURI GUE BUTUH BANTUAN LU, YURI LU INGET RUMAH POHON DI TAMAN DEKET RUMAH LU DULU?" Rumah ku yang dulu?, rumah pohon?, taman?. Eoh, ada apa disana?.

"GUE TUNGGU LU DISANA! LU HARUS DATENG!!" Kenapa aku harus datang kesana?, daripada terus bertanya lebih baik ku turuti apa yang dipinta Daehwi. Apakah jawaban dari pertanyaan ku berada disana?.

"Iya Hwi gue kesana!" Jawabku bergegas untuk kerumah lamaku. Perjalanan dari rumah sakit ini kesana sekitar satu jam. Aku terus berpikir mengapa dirumah pohon itu?. Aku alihkan pandanganku keluar jendela bus, Langitnya kelihatan mendung, apakah akan turun hujan?. Apakah Daehwi sudah tiba disana?, apa yang akan diberitahukan Daehwi padaku?.

Setelah sampai tempat yang kutuju, rumah pohon itu terlihat sangat tua. Tetapi masih kokoh, eh?. Kenapa Daehwi bisa tahu rumah lama ku?, apa kami sudah lama saling mengenal?.

"Daehwi? Lu disinikah?" Tanya ku. Aku belum melihat Daehwi.

Aku melihat sekeliling, aku sepertinya selalu menghabisi waktu disini. Tapi, kapan?. Lalu aku menuju bangku dekat rumah pohon. Disana sangat berdebu aku menyeka debunya, saat berniat untuk duduk, eh?.

'Kita sahabat selamanya. Sampai matipun kita selalu menjadi sahabat dan tak bakal ninggalin sahabatnya sendiri'

Manis sekali, ini pasti ditulis oleh anak-anak kecil. Tapi tak mungkin bisa begitu, ga bisa terus bersama bukan walaupun mereka saling bersahabat?.

"Kita ga bisa ninggalin kamu karna kita janji ga bakal saling ninggalin," suara anak kecil perempuan, aku pernah mendengarnya?. Dimana?.

"Yuri, kita ga bisa pergi tanpa lu, dan gue ga mau ngajak lu pergi," Daehwi! Ini suara Daehwi.

"Daehwi dimana?, kenapa gue ga bisa liat lu?" Tanyaku berusaha melihat Daehwi. Aku membendung mataku. Apa maksudnya untuk mengajak?. Aku menghela napas kemudian menyeka airmataku yang akan terjatuh. Daehwi belum menjawab apa yang kutanyakan, aku memilih untuk menenangkan diri.

Perlahan tapi pasti, aku dapat melihat Daehwi dan seorang gadis kecil, tunggu. Aku mendekati gadis kecil itu dan menyamakan posisiku denganya. Tanpa sadar aku memeluknya, rasanya hangat. Aku merindukanya, tetapi siapa dia?. Terdengar konyol, Namun perasaan ini memang nyata.

"Gali tanah yang ada di belakang pohon itu," pintanya. "Kenapa harus digali?, ada apa disana?" Tanyaku yang sudah tak tahan dengan sesaknya pemikiranku.

"Gali cepat, apa kamu mau aku sama Daehwi menderita kayak gini?," Menderita?, apa yang dimaksud?. Daripada aku banyak tanya lebih baik aku turuti apa yang ia pinta. Aku tak membawa sekop ataupun benda yang bisa kupakai, mataku menyapu sekeliling apa yang bisa ku pakai untuk menggali. Langitnya juga semakin gelap, dingin.

Setelah ku cari, aku menggunakan ranting sebagai pembuka galianku, dan ku lanjut menggali dengan tangan, tak peduli bajuku kotor, dan mulai gerimis. Aku harus menggali dan menemukan sesuatu sesuai yang ia harapkan.

Aku menemukan kotak. Segera aku ambil kotak itu, ingin ku membukanya sekarang juga. Namun, tak bisa, langit telah menurunkan airnya dengan deras.

Tanpa berpikir panjang, aku naik ke rumah pohon untuk berteduh disana. Untunglah tidak ada petir saat ini, tubuhku rasanya lelah sekali. Aku mengatur napasku dan memilih untuk menyender. Daehwi dan gadis itu nampaknya tidak mengikutiku.

Aku menyalakan senter ponsel ku, dan membuka kotak yang aku temukan tadi. Aku agak terheran dengan isi didalamnya, Hanya beberapa foto disana dengan keadaan terbalik. Segera ku ambil fotonya dan yang kutemukan adalah, fotoku sewaktu kecil ada disana dengan dua anak kecil lainnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Light on meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang