"Menurutmu, ini akan menjadi hari yang omong kosong atau hari yang menyenangkan?
"Menyenangkan, ku harap."
Haris berjalan dari parkiran bawah tanah menuju lobi perusahaan diikuti Valencia disisinya. Pemuda itu membawa perlengkapan kamera miliknya.
"Itu hal yang selalu kau inginkan." Sambil berjalan, Valencia hanya terkekeh mendengar ucapan pemuda disampingnya. Keduanya mengenakan setelan pakaian yang serasi. "Ya, aku selalu ingin semua hal berjalan dengan baik."
Gadis itu membenarkan letak tas selempang miliknya. "Kau tau? Kau pasti terkejut pada artis yang bekerjasama denganmu ini."
"Alasannya?"
"Karena dia teman kuliah kita dulu."
o0o
Vincent bertemu lagi dengan Emma di restoran perusahaan di lantai lima. Tidak sengaja bertemu lebih tepatnya. Gadis itu sedang menyantap makan siangnya sendirian. Vincent mengedarkan pandangannya mencari sosok yang selalu bersama si gadis namun ia tidak mendapatinya dimana pun. Emma sungguh sendirian.
"Anak itu telat makan lagi," gumam Vincent. Ia berjalan menghampiri si gadis yang tidak sadar akan kehadirannya. Restoran itu tidak ramai bahkan sepi karena ini sudah lewat dari jam makan.
"Sendirian, Em?" Vincent bertanya sambil mendudukkan bokongnya pada kursi di hadapan Emma.
Gadis itu tidak terkejut sama sekali akan kehadiran sosok lain yang duduk di meja yang sama dengan nya. Emma hanya bergumam dan melanjutkan kegiatan menyantap makanan.
Minuman yang dipesan Vincent baru datang saat makanan di piring si gadis sudah tandas.
"Aku duluan." Ujar Emma. Ia berlalu begitu saja meninggalkan Vincent. Namun saat di gadis melewatinya ia langsung menjegal lengan Emma.
"Duduklah dulu temani aku."
Emma melepaskan Vincent yang menjegal lengannya. Ia balik menatap si pemuda yang menatapnya tepat di mata. "Apa kau ada jadwal pemotretan setelah ini?"
Tidak.
Emma kembali duduk di kursinya tanpa kata. "Jadwalku baru saja selesai."
Keduanya memutuskan berbincang. Tak apa, lagipula Hesti juga belum kembali.
"Apa manajer mu sudah memberitahukan tentang pesta perusahaan?"
"Hesti memaksaku untuk datang."
"Kau memang harus datang, Em. Bersosialisasi lah!"
Emma mengerucutkan bibirnya kesal, "aku se-menyedihkan itu, ya?"
Vincent tertawa melihat wajah Emma yang memelas. Anak itu jarang sekali begitu, jadi Vincent senang saat Emeraldina menunjukan ekspresi lain selain wajah datar.
"Ku dengar ada model baru yang mirip dengan mu. Dengar gosipnya tidak?"
"Aku tidak membuang-buang waktu untuk hal yang seperti itu, Vin."
"Tapi kabar ini sudah menyebar di kalangan pegawai. Sebentar lagu juga Hesti pasti heboh memberitahu mu."
Emma menyibak rambutnya kebelakang dan tersenyum menggoda pada Vincent membuat pemuda itu berdecak menyebalkan. "Mungkin dia ingin menjadi model keren seperti diriku."
"Yeah, dia memang keren."
"Kau sudah bertemu dengannya?"
"Katanya, aku sih tidak tahu seperti apa dia."
Minuman Vincent sudah habis namun keduanya masih asyik berbincang sampai manajer Vincent datang dan memintanya untuk segera pergi karena ada jadwal syuting lagi.
o0o
Benar kata Vincent. Hesti pasti akan heboh mengenai gosip yang sedang hangat di perusahaan agensinya itu. Saat ini keduanya sedang melakukan perjalanan pulang setelah semua jadwal Emma selesai.
"Aku bertemu langsung dengannya, Em. Makanya kau harus percaya karena ini sangat akurat." Hesti mengoceh sambil mengemudikan mobil. "Dia sungguh mirip denganmu."
Entah Emma agak denial, tapi apa yang dikatakan Hesti biasanya memang tepat. Jika anak itu mengatakan bahwa si model baru tersebut mirip dengannya kemungkinan besar memang begitu adanya.
"Kau harus bertemu dengannya!" Seru Hesti dengan antusiasnya. "Dia juga sopan dan ramah sekali, senyumnya bisa membuatmu bertanya-tanya apakah dia manusia sungguhan atau seorang malaikat."
"Dia lebih cantik dariku kalau begitu."
"Iya, dia laki-laki yang tampan sekaligus cantik. Aku iri dia memiliki wajah yang seperti itu. Sangat sempurna."
"Kurasa kau berlebihan, Hes."
"Aku tidak, Em. Dia memang sesuai dengan apa yang aku deskripsikan."
"Jadi dia laki-laki?" Pertanyaan Emma dibalas hanya dengan anggukkan. "Aku jadi ingin bertemu dengannya."
o0o
Pemotretan untuk albumnya belum selesai. Saat ini Jefran dan kru lainnya tengah break sebentar mempersiapkan pemotretan untuk konsep selanjutnya. Matahari sudah tak lagi menampakkan sinar cerah, tergantikan oleh gelapnya malam.
Akan ada dua versi album yang diluncurkan, Day version dan Night version. Maka pemotretan dilaksanakan sampai malam hari agar kesan dari konsep gelap nya dapat tersampaikan dengan apik dalam album.
Jefran sudah mengenakan kostum untuk konsep pemotretan selanjutnya. Ia berjalan menghampiri sang fotografer yang sedang mensetting ulang kameranya.
"Kau sudah selesai." Kata si fotografer ketika mendapati si artis datang menghampirinya dan duduk di kursi tempat asistennya duduk tadi.
"Haris," panggil Jefran, si fotografer hanya berdeham menanggapi panggilan tersebut.
"Kau tidak seperti Haris yang aku kenal beberapa tahun lalu."
"Sekarang aku dikenal sebagai Raven, jadi ku rasa kau juga seharusnya memanggilku begitu."
Jefran tertawa singkat, "kau benar. Kita tidak sedekat itu untuk saling memanggil nama depan, kan!" Setelah itu Jefran memilih meninggalkan si fotografer.
Pemotretan sesi kedua dilaksanakan seperti seharusnya. Semua berjalan lancar, Jefran akui dirinya sangat terbantu oleh arahan Haris dalam melakukan berbagai pose yang membuat dirinya terlihat lebih menawan dalam kamera.
Kualitas album kali ini akan sangat bagus.
Haris memiliki berbagai pengalaman, jelas saja. Dia banyak menghadiri runaway fashion show di berbagai negara. Bahkan Haris pernah bekerja sama dengan model-model luar negeri.
Hanya memberi arahan tentang bagaimana cara berpose dengan baik tentu bukan hal yang sulit bagi fotografer profesional seperti nya.
Jefran menghempaskan tubuhnya di kursi penumpang. Memejamkan matanya membiarkan sang manajer menyetir sendirian untuk segera membawanya pulang.
Hari ini sangat melelahkan, meskipun semuanya berjalan lancar. Daripada fisik, Jefran rasa batinnya lah yang paling banyak menguras energi.
Bagaimanapun, tidak akan mudah bekerja sama dengan seseorang yang kau anggap teman lama. Teman lama. Jefran ingin tertawa saja rasanya karena ternyata hanya dirinyalah yang menganggap pemuda itu teman.
Gadis cantik yang selalu mendampinginya sejak jaman kuliah itu malah lebih ramah terhadap Jefran. Mereka bertegur sapa dan saling tersenyum, bahkan sempat berbincang basa-basi walau hanya sekejap.
Jefran kira masalah lampau itu sudah terlupakan. Tapi bahkan sampai sekarang pun hal itu tidak juga menghilang dari ingatan. Baik Jefran maupun Haris, keduanya sama saja. Sama-sama sakit kehilangan seseorang karena kesalahan yang bahkan tidak keduanya lakukan.
Mungkin Jefran masih bisa disalahkan atas kejadian itu. Tapi Haris tidak. Tapi kejadian itu juga berdampak terhadapnya, mungkin itu yang membuat Haris tak benar-benar menangkap kehadirannya.
^^
Yang udah vote dan komen, thanks yaa~~
With love, mutiaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Panorama | Kim Chaewon x Kim Sunwoo [END]
FanfictionGulungan panorama kehidupan Emma yang berusaha ditutupi rapat perlahan terbentang ketika dirinya dipertemukan kembali dengan orang-orang yang pernah hadir dimasa lalu. written by mutia aryani, 2021